Yang Untung dan Yang Buntung dari Kenaikan Harga Batubara

MONITORDAY.COM - Harga batubara kini menanjak pada kisaran USD 200 per ton. DIlihat dari perbandingan produksi dan konsumsi Indonesia masih berada di posisi aman bahkan diuntungkan. Kebutuhan batubara PLN sekira 121 juta ton dan produksi kita diproyeksikan 625 juta ton. Perusahaan tambang batubara tentu sangat diuntungkan namun tidak demikian halnya dengan PT PLN (Perusahaan Listrik Negara).
Pembangkit listrik di Indonesia sekira 85% masih bertumpu pada energi fosil. Hampir 50% dari batubara dan 28% dari gas, dan 7% dari BBM. Sekitar 15% nya dipasok oleh energi baru terbarukan melalui pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga panas bumi, pembangkit listrik tenaga bayu, dan pembangkit listrik tenaga surya.
Hingga hari ini cadangan dan produksi batubara Indonesia masih mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri bahkan untuk ekspor. Namun kelangkaan di pasar global yang memicu kenaikan harga tetap berimbas pada anggaran PLN sebagai penyedia listrik nasional. Dengan mengacu pada harga batu bara acuan (HBA) dan nilai tukar rupiah saat ini, tahun ini PLN memerlukan biaya tambahan untuk pengadaan batu bara sekitar Rp78,95 triliun.
Energi yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dari batu bara pada 2020 mencapai sekitar 66 persen dari total tenaga listrik yang diproduksikan. Bahkan, persentase itu diproyeksikan meningkat menjadi 70,10 persen pada 2024. Kebutuhan batu bara PLN sendiri pada 2021 hingga 2024 masing-masing direncanakan sebesar 121 juta ton, 129 juta ton, 135 juta ton, dan 137 juta ton.
Produksi Batubara Indonesia
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi batu bara nasional hingga akhir Juni 2021 mencapai 286 juta ton. Realisasi itu baru 45,76 persen dari target produksi tahun ini yang ditetapkan sebesar 625 juta ton.
Salah satu penyebab belum terpacunya produksi batu bara adalah karena faktor cuaca. Dia menerima laporan dari produsen batu bara bahwa wilayah tambang, terutama di Kalimantan Selatan masih basah, sehingga produksi belum bisa dilakukan. Selain itu, dia juga mendengar para penambang sedikit kesulitan mencari alat berat ketika ingin meningkatkan produksi dalam waktu dekat.
10 perusahaan penambang batubara yang saat ini menangguk cuan adalah PT Kaltim Prima Coal, PT Adaro Indonesia, ,PT Kideco Jaya Agung, PT Borneo Indobara, PT Berau Coal, PT Bara Tabang, PT Arutmin Indonesia, PT Bukit Asam, PT Multi Harapan Utama, dan PT Ganda Alam Makmur.