Digitalisasi Tingkatkan Produktivitas dan Efisiensi Pertanian

Digitalisasi Tingkatkan Produktivitas dan Efisiensi Pertanian
Ilustrasi IoT pada sektor pertanian/ net

MONITORDAY.COM -Pemerintah fokus pada pengembangan pertanian digital hingga pengolahan komoditas pertanian untuk memiliki nilai tambah dalam program pembangunan jangka menengah hingga 2024. Program ini menjadi strategi utama berbasis internet of thing (IoT), selain target pembangunan 1.000 kampung hortikultura dan penumbuhan lebih 500 UMKM.

Kebijakan ini terkait dengan prioritas pengembangan beberapa komoditas yang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Kementan menaungi pembinaan 569 komoditas. Di antaranya adalah 26 jenis sayuran, 15 jenis tanaman obat, 27 jenis buah dan 19 jenis tanaman hias.

Meski teknologi digital hanya sebagai alat bantu namun dalam jangka panjang akan menjadi kunci daya saing. Kualitas produk yang tinggi, efisiensi proses yang mampu menurunkan biaya produksi, dan keterlibatan SDM muda dalam pengembangan pertanian harus menjadi cakrawala baru bagi pertanian modern Tanah Air. Penerapan digitalisasi dilakukan pada kegiatan kegiatan budidaya pertanian sehingga sesuai dengan prinsip good agriculture pracitises (GAP).

Salah satu mitra dalam pengembangan teknologi ini adalah INTA Crop Technology. Co founder perusahaan asal Spanyol ini, Antonio Marheunda, menambahkan bahwa pihaknya menyediakan sistem instalasi teknologi mitigasi irigasi babis IoT untuk greenhouse yang sudah diadopsi di 30 negara. 

Selain pengaturan pengairan, instlasi ini juga mengirimkan sensor pemberian nutrisi esensial baik mako element dan micro elemen. Terkait pengaturan pemupukan dilakukan langsung pada akar tanaman yang merupakan kombinasi prosesor fertilasi soluasi dan pH kontrol yang membuat maksimalisasi serapan bagi tanaman.

Dua strategi besar pemerintah untuk sektor pertanian yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024 yaitu meningkatkan ketersediaan akses dan kualitas konsumsi pangan serta meningkatkan nilai tambah, tenaga kerja, dan investasi di sektor riil dan idustrialisasi.

Dari strategi pertama, dia menyebut dimulai dari bagaimana meningkatkan kualitas konsumsi, keamanan, serta juga fortifikasi dan biofortifikasi pangan untuk meningkatkan nilai gizi suatu pangan. Menurutnya, strategi ini jauh berbeda dari RPJMN sebelumnya yang banyak berorientasi hanya pada produksi. Pondasi kedua, meningkatkan ketersediaan tanaman pangan, dan pangan hasil laut secara berkelanjutan untuk menjamin stabilitas stok dan harga kebutuhan pokok. 

Selanjutnya pemerintah berfokus pada peningkatan produktivitas sumber daya manusia yang berkelanjutan di bidang pertanian dan kepastian pasar, peningkatan produktivitas sumber daya pertanian berkelanjutan dan digitalisasi pertanian, serta perbaikan tata kelola sistem pangan nasional.

Kebijakan pemerintah akan mengarah pada mengintensifkan pertanian digital atau pertanian yang presisi, pengembangan pangan lokal, diversifikasi produk pangan, korporasi petani, pembiayaan inklusif, dan sistem pangan berkelanjutan.

Strategi kedua, ditekankan pada nilai tambah dari produk pertanian dengan pengolahan hasil pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, dan nonagro yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Hal ini dikemas dalam bingkai integrated close-loop strategy.