Umat Lelucon

MONITORDAY.COM - Allah Swt telah memberikan kabar gembira kepada umat Islam bahwa mereka bukanlah umat biasa. Mereka adalah umat terbaik dan umat paling unggul:
“Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; (dimana kalian) menyeru pada kebaikan dan mencegah hal-hal yang munkar serta beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110).
Ayat di atas adalah puncak dari rangkaian beberapa ayat sebelumnya dalam surat Ali Imran, yang dimulai dari ayat 102. Jika kita perhatikan, dari ayat 102 sampai 110 surat Ali Imran tersebut terdapat empat perintah dan tiga buah larangan.
Empat buah perintah tersebut adalah:
- Perintah bertakwa kepada Allah Swt dengan sesungguhnya dan bukan takwa formalitas.
- Perintah berpegang teguh pada agama Allah Swt.
- Perintah agar kita senantiasa mengingat kenikmatan Allah dimana Allah Swt telah melembutkan hati kita, sehingga mereka yang awalnya bermusuhan berubah menjadi saudara yang saling mengasihi.
- Perintah agar ada di antara umat Islam ini mereka yang sanggup menyeru pada kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahyu munkar).
Adapun tiga larangan yang terdapat pada ayat-ayat tersebut adalah:
- Larangan agar kita tidak meninggal dunia kecuali dalam keadaan berislam.
- Larangan bercerai berai sesama umat Islam
- Larangan meniru orang-orang yang tetap bercerai berai dan berselisih, padahal petunjuk Allah Swt sudah diberikan kepada mereka.
Jika umat ini memenuhi empat perintah dan menghindari tiga larangan di atas, barulah ia akan menjadi umat terbaik (khairu ummah) dengan tiga karakter: konsisten menegakkan kema’rufan/menyeru kepada kebaikan, konsisten mencegah segala kemunkaran dan diikat dengan keimanan kepada Allah Swt.
Itulah tujuh prinsipil (empat perintah dan tiga larangan) yang menghantarkan umat ini pada derajat keutamaan dan keunggulan, sebab mereka disebut sebagai umat terbaik di antara umat-umat lainnya di muka bumi ini.
Inilah kabar gembira yang Allah berikan kepada kita, supaya kita tidak lupa dan lengah atas anugerah tersebut. Lalu, bagaimanakah fakta umat Islam hari ini? Apakah benar-benar layak disebut sebagai umat terbaik di antara umat-umat lainnya?
Sayang sekali, apa yang kita rasakan dan kita saksikan hari ini, justru fakta sebaliknya. Ketika Allah Swt memerintahkan agar kita bertakwa kepada Allah Swt dengan serius, justru banyak sikap takwa kita yang masih formalitas, dimana rasa takut dan rasa cinta belum kita berikan karena Allah, tetapi rasa takut itu lebih dominan berubah menjadi rasa takut miskin, takut kehilangan jabatan, kekuasaan dan pekerjaan.
Ketika Allah Sw memerintah kita memegang erat agama Allah Swt, terutama pada suasana pandemi yang sangat berat ini, justru yang kita pegang teguh bukan agama Allah, tetapi hawa nafsu dan kepentingan diri dan kelompok, sehingga terjadi persaingan-persaingan tidak sehat antar umat, dengan menghalalkan segala cara.
Ketika Allah memerintahkan kita agar senantiasa mengingat kenikmatan dari Allah, dimana Allah Swt telah melembutkan hati kita, sehingga mereka yang awalnya bermusuhan berubah menjadi saudara yang saling mengasihi, namun yang terjadi justru kita berupaya mengeraskan hati kita dan menjadikan saudara kita sebagai musuh hingga kita saling benci.
Demikian pula ketika Allah Swt memerintahkan agar kita menjadi umat yang konsisten menyeru pada kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahyi munkar), sebagian kita malah melakukan hal sebaliknya, dimana kemunkaran telah menjadi hal biasa di depan mata kita dan kita membiarkannya. Bahkan, kita lah yang membuat kemunkaran itu.
Perihal larangan, ketika Allah melarang kita agar tidak meninggal dunia kecuali dalam keadaan berislam, ada orang yang di ujung hayatnya sengaja meninggalkan Islam.
Ketika dilarang bercerai-berai, hari ini kita justru memperlihatkan perpecahan yang luar biasa di antara umat Islam. Umat yang digambarkan oleh Rasulullah Saw sebagai sebuah bangunan yang semua bagainnya saling menguatkan, justru saat ini kita saling memfitnah, saling menjatuhkan dan saling bersing tidak sehat dengan sesama muslim lainnya.
Hari ini kita kehilangan figur yang dapat mengeratkan umat di tengah-tengah pertarungan tidak sehat dalam kehidupan kita sehari-hari. Di antara umat ini, masih ada yang tetap konsisten pada khittah perjuangannya, ada juga yang dengan sadar menjual khittah dan idealismenya.
Demikian pula ketika Allah Swt melarang meniru orang-orang yang masih tetap bercerai berai dan berselisih, meskipun petunjuk Allah Swt sudah diberikan kepada mereka, kita malah berada pada kondisi yang lebih parah dari mereka. Setiap hari kita membaca firman Allah akan bahaya perpecahan dan perceraiberaian, tetapi setiap saat pula kita memelihara perpecahan.
Kondisi seperti ini telah menjadikan umat Islam sebagai umat yang menjauh dari nilai keutamaan yang Allah janjikan untuk mereka, sehingga umat Islam kehilangan wibawa. Yang ada, mereka hanya jadi alat mainan para oknum yang mengaku sebagai tokoh umat, menjadi alat politik untuk nafsu kekuasaan dan jabatan yang mereka impikan.
Umat ini diperebutkan, bukan untuk dibina, dicerdaskan dan disejahterakan. Mereka diperebutkan hanya untuk dieksploitasi demi memenuhi hasrat birahi politik dan nafsu kekuasaan oknum yang sudah merasa menjadi orang besar dan tokoh yang dipuja-puji oleh umatnya. Sungguh, inilah kenyataan umat yang telah diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw:
“Tak lama lagi, akan banyak orang yang memperebutkan kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana orang yang kelaparan memperebutkan makanan siap santap”.
Dengan penuh keheranan, seorang sahabat bertanya, ”Apakah saat itu jumlah kami sedikit?”
Rasulullah menjawab, ”Justru jumlah kalian pada saat itu sangat banyak. Akan tetapi, saat itu kalian seperti buih air. Karenanya, sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian dari hati musuh-musuh kalian; dan Allah akan menanamkan ke dalam hati kalian Alwahn."
Seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apa itu Alwahn?" beliau menjawab: "Cinta dunia dan takut mati."
Peringatan Rasulullah Saw itu, kini benar-benar terjadi, dimana jumlah umat ini sangat banyak, tetapi tidak memiliki wibawa. Ia bukan lagi umat terbaik. Ia menjadi umat lelucon dan alat permainan. Ia akan menjadi umat terbaik kembali ketika amar ma’ruf nahi munkar menjadi bagian dari ruh mereka; dan keimanan pada Allah memenuhi relung jiwa mereka sebagaimana ditegaskan di atas.