Pendosa yang Dimuliakan

MONITORDAY.COM - Islam adalah agama kasih sayang. Jiwa kasih Islam tersebut bukan hanya dirasakan dan dinikmati umat Islam, tetapi dirasakan oleh seluruh alam, baik makhluk hidup maupun benda mati. Hal ini bukan sekedar klaim dan isapan jempol tanpa bukti, sebab sejarah gemilang umat Islam telah mencatat nilai cinta kasih Islam kepada seluruh makhluk.
Untuk itu, akidah Islam adalah akidah yang penuh kasih sayang, demikian pula syariat dan muamalat Islam pun sangat penuh dengan kasih sayang. Dalam bidang akidah, salah satu wujud kasih sayangnya terdapat dalam larangan memaksakan Islam kepada pemeluk agama lain. Kita juga dilarang mencaci maki penganut agama lain dan sesembahan mereka. Kita juga dilarang merusak tempat ibadah mereka.
Dalam bidang syariah, bukti kasih sayang ajaran Islam salah satunya diwujudkan dalam larangan membunuh tanpa alasan syar’i, meskipun terhadap orang non-muslim. Dalam hal muamalah, salah satunya diwujudkan dengan larangan berbuat lalim, meskipun terhadap penganut agama lain. Tidak boleh saling memberi madarat. Kita juga diperintahkan selalu berbuat baik kepada tetangga kita, meskipun mereka adalah non muslim.
Bahkan, kita diharuskan berbuat baik pada binatang dan alam semesta. Karena itu, kita dilarang melakukan kerusakan appaun di muka bumi ini.
Oleh karena itu, Allah Swt menegaskan: “… dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu". (QS. Al-Araf: 156).
Dengan demikian, Islam yang merupakan agama Allah Swt, menjadi manifestasi nilai-nilai kasing sayang tersebut, dimana kasih sayang Islam tersebut—sebagaimana ayat tadi--mencakup segala makhluk Allah. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah Saw bersabda: "Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis hal berikut dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di 'Arsy: "Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku." (HR Bukhari dan Muslim).
Tentu saja Allah Swt sangat tidak menyukai mereka yang membangkang perintah-Nya dan melanggar larangannya. Terdapat berbagai peringatan Allah agar dalam hidup ini, kita tidak semena-mena dan senantiasa taat pada-Nya dan Rasul-Nya.
Salah satu bukti kasih sayang Allah Swt yang mencakup segala sesuatu tersebut adalah apa yang dialami seorang wanita tuna susila, dimana pendosa tersebut tiba-tiba mendapat derajat di sisi Allah Swt dan yang seharusnya mendapat balasan neraka atas perbuatannya, justru ia mendapatkan surga-Nya.
Kisah tersebut diriwayatkan dalam berbagai hadits shahih. Lengkapnya sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah bersabda: “Seorang wanita tuna susila telah diampuni Allah. Wanita itu lewat di depan sekor anjing yang berada di samping sebuah sumur. Anjing itu menjulurkan lidahnya yang hampir mati karena kehausan. Lalu wanita itu membuka sepatunya, kemudian diikat oleh kain yang menutupi kepalanya, lalu memasukkannya ke dalam sumur (untuk menimba air), lalu ia memberi minum anjing yang kehausan itu. Karena itu, wanita tersebut mendapatkan ampunan Allah Swt atas usahanya memberi minum anjing yang kehausan tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim).
Para ulama hadits menyebut bahwa kesahihan hadits tersebut berada di puncaknya, sebab diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Untuk itu, tidak ada keraguan akan keabsahan hadits tersebut.
Dalam hadits tersebut juga tidak disebutkan apa motivasi sang wanita menolong anjing? Dari penjelasan Rasulullah di atas kita dapatkan bahwa yang mendorong wanita itu menolong anjing itu adalah rasa kasih sayang yang mendalam dan tulus sebagai seorang manusia kepada salah satu makhluk Allah lainnya yang tak berdaya, tanpa pamrih ataupun harapan balasan tertentu.
Wanita itu mengorbankan sepatu dan penutup kepalanya untuk mengambil air dari sumur, sebab itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan anjing itu. Ia tahu, anjing itu berada di gerbang kematian karena kehauasan. Jika bukan ia yang menolongnya, anjing itu akan segera mati kehausan di tengah panasnya gurun pasir.
Betapa beruntung wanita itu. Rasa kasih sayang yang Allah tanamkan pada lubuk hatinya, berbuah ampunan Allah sehingga ia mendapatkan kemuliaan berupa ampunan Allah Swt atas segala dosa besar yang ia lakukan, bahkan dosa zina.
Jika Allah mengampuni seluruh dosa seorang wanita tuna susila akibat kasih sayang yang dimiliki wanita itu terhadap seekor binatang, maka betapa besar kemuliaan seorang muslim yang menolong sesamanya dengan keikhlasan dan rasa kasih sayang kepada saudaranya. Kasih sayang tanpa pamrih dan murni karena lahir dari lubuk hati terdalam sebagai buah dari keimanannya yang paling mendalam.
Adapun kasih sayang dan kepedulian seorang muslim yang dilakukan dengan semu, penuh pamrih, pencitraan dan karena berharap sesuatu dari orang yang ditolong, maka sesungguhnya kasih sayang seperti itu tidak akan mendapatkan balasan apapun. Ia akan seperti debu yang ditiup angin dan berhamburan, tidak ada harapan kebaikan yang kita dapatkan darinya.
Sungguh Allah tidak memandang siapa yang ditolong. Allah memandang sejauh mana pertolongan itu diberikan kepada orang lain dengan penuh ketulusan dan tanpa pamrih balasan duniawi dari manusia. Semuanya dilakukan karena Allah Swt.