Basmalah, Lakukan Perbuatan Penting dan Baik dengan Nama Allah

Basmalah, Lakukan Perbuatan Penting dan Baik dengan Nama Allah
reaktor.com

MONITORDAY.COM - Rasulullah Shalallohu Alaihi wa Salam bersabda: “Setiap perbuatan (penting dan baik) yang tidak dimulai dengan Bismilahirrahmanirrahim maka perbuatan tersebut terputus/cacat (Hadist Riwayat Bukhori).

Kebenaran atas sabda Rasulullah ini ditunjukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mushaf Al-Qur’an. Meskipun Allah Swt memerintahkan lsti’adzah sebelum membaca Al-Qur’an, tetapi Allah Swt sendiri memulai surat-surat yang tercantum dalam kitab-Nya dengan “Bismilahirrahmanirrahim.”

Kecuali surat At-Taubah atau surat Al-Bara’ah. Untuk menggenapkan menjadi 114 sesuai dengan jumlah surat dalam Al-Qur’an, “Bismilahirrahmanirrahim” tercantum pada surat An-Naml ayat ke 30.

Mengapa perbuatan penting dan baik harus diawali dengan “Bismilahirrahmanirrahim”? Apa hikmah yang terkandung di dalamnya?

Berkenaan dengan hadis diatas, Syaikh Muhammad Haqqi an-Nazili dalam  kitabnya Khazinatul Asrar Jalilatul Adzkar, yaitu kitab yang menguraikan secara kompilatif tentang keutamaan beberapa surat  dan ayat Al-Qur’an berdasarkan hadist shohih, menguraikan antara lain:

Setiap orang yang masuk ke rumahnya pasti diikuti setan. Jika ia masuk rumah dan membaca basmalah, maka setan akan berkata kepada kawannya, “Tak ada jalan masuk bagi kalian”. Jika ia mau makan dan membaca basmalah,maka setan berkata kepada kawan-kawanya “Tidak ada makanan bagi kalian disini.”

Jika mau minum dan membaca basmalah, maka setan berkata kepada kawan-kawannya, “Tidak ada minuman bagi kalian disini.” Sebaliknya jika ketika masuk rumah tidak membaca basmalah maka setan akan ikut masuk bersamanya. Demikian pula jika mau makan dan minum tidak membaca basmalah, maka setan akan ikut makan dan minum bersamanya.

Bacaan basmalah secara harfiah berarti dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan menyebut nama Allah saat memulai pekerjaan yang penting dan baik mengandung arti bahwa seseorang melakukan pekerjan itu karena mematuhi perintah-Nya dengan mengindahkan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam pekerjaan dan tidak akan melakukan kebohongan dan kecurangan.

Dengan menyebut nama Allah juga mengandung arti bahwa pekerjaan yang dilakukannya tiada lain hanya untuk memperolah ridho-Nya.

Dari sekian banyak sifat Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an, ada dua sifat Allah yang terkandung dalam basmalah, yaitu: sifat “Rahman” (kasih) dan Sifat “Rahim” (sayang). Dua sifat ini, “Kasih”dan “Sayang” merupakan dua hal yang selalu menjadi dambaan manusia dalam hidupnya.

Keinginan untuk mendapatkan “kasih” dan “sayang” terutama akan muncul ketika seseorang sedang merasakan penderitaan. Dengan demikian, seseorang yang mengawali pekerjaan penting dan baik dengan membaca basmalah secara psikis akan mempengaruhi kejiwaannya bahwa pekerjaan itu selain dilakukan karena Allah juga berorientasi untuk mendapatkan “kasih” dan “sayang” Allah.

Ketika melukiskan bagaimana pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Allah. Allah berfirman: “Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan” (QS.Al-Furqan [25]:23).

Sementara dalam ayat lain Allah menjelaskan tentang dzat-Nya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal”(QS.Ar-Rahman [55]:26-27).

Melalui ayat-ayat tersebut, Allah swt menegaskan bahwa perbuatan yang dilakukan bukan karena Allah dan bukan untuk Allah akan lenyap dan hapus. Allah akan menghadapi semua amal yang dilakukan itu menjadikannya debu yang berterbangan.

Artinya Allah mengahapuskan semua pekerjaan itu. Dan yang kekal hanya wajah Allah yang Maha Mulia. Karena itu, pekerjaan yang diawali dengan mengucapkan basmalah akan kekal dan tidak akan binasa.

Sebuah kisah yang makruf di kalangan ahli hadis dapat memberikan gambaran konkrit mengenai makna ini.

Dari Abdullah bin Umar-radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tiga orang sebelum kamu bepergian hingga pada malam hari mereka berlindung di sebuah gua. Tiba-tiba batu besar jatuh dari bukit dan menutup lubang gua tersebut. Meraka saling berkata: tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu besar ini kecuali kalian berdo’a kepada Allah swt dengan menyebutkan amal saleh kalian”.

Seorang diantara mereka (orang pertama) berkata: “Ya Allah, dahulu aku mempunyai orang tua yang sudah tua renta. Aku tidak pernah memberikan susu kepada mereka dengan mendahulukan keluargaku atau urusan kekayaanku.

Suatu hari aku mencari kayu bakar, aku tidak kembali hingga mereka berdua tertidur. Aku membuatkan minuman (susu) untuk mereka berdua, kudapati mereka sudah tidur. Aku tidak mau  membangunkannya.

Aku tidak mau mendahulukan keluargaku sebelum memberikan susu kepada keduannya. Akupun tidur sedangkan tempat tempat susu ada ditanganku. Aku menunggu mereka berdua terjaga hingga terbit fajar.

Sedangkan anak-anakku menangis di kakiku dalam keadaan lapar. Kemudian keduanya bangun dan meminum susu itu. Ya Allah jika aku melakukan semua itu karena  mengharap ridha-Mu, maka lepaskanlah batu yang menutup gua itu.” Gua sedikit terbuka tetapi tidak cukup untuk mengeluarkan mereka dari dalam gua tersebut.

Orang yang kedua berkata: “Ya Allah, ada putri pamanku yang paling aku cintai. Aku sangat mencintainya seperti layaknya laki-laki mencintai seorang wanita. Aku pernah ingin melakukan perbuatan tercela terhadap dirinya. Ia pernah dalam keadaan sangat membutuhkan uang.Ia mendatangiku dan aku memberikan seratus dua puluh dinar kepadanya dengan sarat ia mau berzina denganku.Ia setuju melakukan hal itu.

Ketika aku duduk di antara kedau kakinya,ia berkata: “Takutlah kepada Allah, janganlah engkau pecahkan kemuliaan seorang wanita kecuali dengan pernikahan yang sah. Akupun berpaling meninggalkannya, padahal ia wanita yang sangat aku cintai.

Akupun meninggalkan uang yang telah kuberikan padanya. Ya Allah, jika yang telah kulakukan itu adalah untuk mengaharapkan ridha-Mu, lepaskanlah kami dari gua ini.” Batu itupun bergeser den gua terbuka tetapi belum cukup untuk keluar.

Orang ketiga berkata: “Ya Allah, Aku pernah menyewa beberapa buruh. Aku memberikan upah kepada mereka, kecuali satu orang. Ia meninggalkan upahnya dan pergi. Upah yang ia tinggalkan itu berkembang menjadi harta yang banyak.

Suatu ketika ia datang kepadaku dan berkata: “Wahai hamba Allah, berikanlah upahku! Aku menjawab: Semua yang engkau lihat, Unta, Lembu, Kambing dan Hamba sahaya adalah upahmu.

Ia berkata: “Wahai hamba Allah jangalah mengejekku. Aku berkata: Aku tidak mengejekmu. Ia mengambil dan menggiring semuanya, tidak meninggalkan sedikitpun. Ya Allah, jika yang semua yang telah kulakukan itu untuk mengharapkan rida-Mu. Lepaskanlah kami dari gua ini”. Batu itupun bergeser dan guapun terbuka. Mereka dapat keluar dan  pergi dengan selamat. (Hadist Riwayat Bukhari III/19-Muslim XVII/55-57).

Mengurus orang tua, menghindari maksiat, dan mengelola upah buruh adalah hal yang biasa dan merupakan pekerjaan sehari-hari yang penting dan baik. Semuanya akan mendapatkan kemuliaan dan keridhaan Allah bila dilakukan dengan Basmalah atau sebelum melakukannya dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang). Wallahu’alam bi showab.