Taufan Zasya: Eksperimen Kebijakan Uji Publik Ala Jokowi

Taufan Zasya:  Eksperimen Kebijakan Uji Publik Ala Jokowi
Pengamat komunikasi publik, Taufan Zasya (Foto: Monitorday.com)

MONITORDAY.COM - Pengamat komunikasi publik, Taufan Zasya menilai dasar pidato Presiden Joko Widodo yang kerap kali mengundang banyak tanggapan adalah sebuah bentuk uji publik dan ini merupakan langkah cerdas. 

Bagaimanapun, tim komunikasi di Istana adalah orang-orang terpilih karena kompetensinya sehingga setiap pernyataan Presiden Jokowi sudah dipertimbangkan secara matang. 

"Presiden Jokowi kalau bikin pernyataan seperti sedang uji publik, agar Presiden bisa lihat langsung tanggapan masyarakat secara cepat tanpa perlu lewat proses survey formal," ucap Taufan kepada monitorday.com,  Senin (10/5/2021). 

Taufan yang juga Staf Khusus Bupati Banggai, Sulawesi Tengah ini menganalisa bahwa Tim Komunikasi Istana seolah ingin mengetahui feedback dari pidato Presiden melalui kanal digital resmi. Mungkin juga ini experiment atau agenda setting dalam konteks positif. 

Alumnus Deakin University Australia dan Coventry University, United Kingdom menelaah sejumlah pernyataan Presiden Jokowi yang sempat ramai di publik. Salah satunya regulasi RUU Minuman Keras (Minol), yang kemudian dicabut oleh Jokowi yang menimbulkan perdebatan panjang. 

Taufan menganggap bahwa Tim Komunikasi Istana mengedepankan transparansi dan mempertegas kepada publik bahwa setiap ujaran Presiden tidak perlu diplintir-plintir, seolah Presiden tidak mendengar masukan. Buktinya, aturan tersebut lantas dicabut setelah mendapatkan masukan dari berbagai lapisan masyarakat. 

Selanjutnya, Presiden pun juga cepat tanggap menegur menterinya karena komunikasi publik yang buruk terkait Undang-undang Cipta Kerja. 

"Pasalnya, keberadaan UU tersebut telah membuat banyak polemik di masyarakat, bahkan hingga menggelar aksi unjuk rasa," ucap Taufan 

Taufan menelisik tim komunikasi Istana menggunakan Big Data untuk menarik persepsi dan tanggapan publik secara digital dalam "uji publik ala Jokowi". Cara ini digunakan untuk melihat reaksi publik menelaah substabsi pidato Presiden. 

Bagi Taufan, tidak ada yang salah dari Pidato Jokowi soal makanan dalam konteks dua perayaan keagamaan yang berlangsung hampir bersamaan yang berbarengan dengan larangan mudik. 

Seperti diketahui perayaan Idul Fitri 1442 H atau lebaran diperkirakan jatuh pada 13 Mei, yang juga bertepatan perayaan kenaikan Isa Almasih. Seluruh masyarakat, termasuk umat Kristiani pun juga dilarang untuk mudik pada kedua momen perayaan besar keagamaan ini. 

Presiden Jokowi meminta masyarakat yang rindu kampung halaman, termasuk kuliner, untuk memesan secara online saja. 

Tentu bagi yang muslim, harus makan makanan yang halal. Namun, bagi agama lain seperti yang merayakan Kenaikan Isa Al-Masih tentu, harus menghormati apa yang dikonsumsi oleh mereka yang bukan Islam dengan makanan khas kedaerahannya. 

Kendati demikian, Taufan mengimbau agar tim komunikasi di era demokrasi ini, dengan melonjaknya pengguna sosial media, maka komunikasi menjadi kekuatan utama. Hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi haruslah dihadapi dengan komunikatif. 

Kedepannya, tim komunikasi lah yang menanggapi jika terjadi riak-riak di publik. Yang jelas, Presiden sudah melakukan hal yang tepat. Kalau bahasa kiasannya, winning the mind and heart of the people. Memenangkan pikiran dan perasaan publik.