Supply Chain Management Farmasi

MONITORDAY.COM - Indonesia secara statistik menduduki peringkat pertama dalam angka kematian harian Covid-19 pada pekan-pekan ini. Meski angka kematian harian di Jakarta relatif menurun, di TPU Rorotan sebagai pemakaman khusus Covid dalam satu-dua hari belakangan jumlah jenazah yang dikuburkan menurun dengan rerata 50 jenazah per-hari dari sebelumnya tak kurang 300 jenazah per-hari. Sehingga angka kematian banyak disumbang oleh provinsi lain di Jawa.
Di puncak kasus penularan terjadi kelangkaan fasilitas rumah sakit, oksigen dan obat-obatan terkait terapi Covid. Diambil langkah penambahan shelter isolasi dan ruang rawat inap termasuk pendirian RS lapangan oleh Pemerintah Daerah untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan rumah sakit. Suplai oksigen industri juga dialihkan ke oksigen medis. Telemedicine juga dijadikan alternatif dalam memantau pasien yang sedang melakukan isolasi mandiri. Tentu masih banyak laporan yang mengungkapkan berbagai langkah tersebut mampu dieksekusi dengan optimal.
Pemerintah perlu segera melakukan evaluasi apakah masalah kelangkaan oksigen dan obat-obatan terjadi pada lini produksi atau distribusi. Pendekatan integratif manajemen rantai pasok (supply chain management) akan mengurai dan memberikan solusi pengambilan keputusan yang optimal untuk mengatasi masalah tersebut.
Terkait ketersediaan oksigen, Pemerintah harus memetakan kebutuhan Rumah Sakit dan kebutuhan pasien yang sedang melakukan isolasi mandiri. Terkait kebutuhan RS perlu dipertimbangkan bagaimana alternatif penyediaan generator oksigen, ekstraktor oksigen, sentral oksigen, dan tabung-tabung oksigen. Dengan kejadian kelangkaan oksigen beberapa waktu lalu maka manajemen risiko harus diterapkan untuk menghadapi situasi paling sulit di masa yang akan datang.
Obat untuk Covid-19 bukan perkara gampang. Informasi yang sampai ke publik sangat beragam dan banyak terjadi bias. Sebelumnya Pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan harus memastikan daftar obat-obatan yang direkomendasikan untuk terapi Covid-19. Termasuk perubahan-perubahan seiring temuan riset dari dalam dan luar negeri. Kelangkaan obat terapi Covid-19 menjadi pertanyaan publik. Mengingat dalam beberapa waktu terakhir beredar banyak kabar dan kontroversi terkait daftar obat tersebut.
Produksi Obat secara umum dan terkait terapi Covid-19 menjadi masalah krusial bagi Indonesia. Menurut Produksi obat-obatan hanya 3% nya produksi dalam negeri, 97% masih impor. Padahal dari 1.809 macam obat yang ada di e-katalog hanya 56 item obat yang belum diproduksi di dalam negeri. Dari 10 bahan baku obat yang terbesar baru dua yang ada di Indonesia. Dan yang lainnya masih impor. Kondisi ini menurut Menkes cukup menyulitkan khususnya untuk penanganan Covid-19 yang harus mengimpor bahan baku obat dari luar negeri.
Dengan pendekatan Manajemen Rantai Pasok maka persoalan industri farmasi dapat dipetakan dengan detail dari hulu hingga hilir. Pandemi ini mengharuskan Indonesia untuk melihat dan menelaah dengan cermat pasokan bahan baku, ‘kemampuan produksi, hingga obat-obatan sampai ke tangan end-user atau pasien.