Siasat Manufaktur Bernafas Teratur

Penjualan kendaraan bagai mati suri. Nafas industri manufaktur lainnya di Indonesia setali tiga uang. Baik pabrikan besar maupun industri kecil dan menengahnya. Pingsan kehabisan nafas. Padahal jutaan pekerja bergantung hidupnya di sana.

Siasat Manufaktur Bernafas Teratur
ilustrasi/ Astra Otoparts

MONDAYREVIEW.COM – Penjualan kendaraan bagai mati suri. Berdampak ke hulunya. Nafas industri manufaktur lainnya di Indonesia setali tiga uang. Baik pabrikan besar maupun industri kecil dan menengahnya. Pingsan kehabisan nafas. Padahal jutaan pekerja bergantung hidupnya di sana.  

Industri manufaktur menjadi salah satu sektor yang diandalkan dalam upaya pemulihan ekonomi nasional yang tertekan pandemi Covid-19. Di tengah tantangan dampak pandemi Covid-19, sektor industri tetap menjadi kontributor terbesar untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 19,98 persen.

Kontribusi sektor industri itu juga terlihat dari capaian nilai tambah sebesar Rp700,51 triliun dan telah mempekerjakan sebanyak 18,5 juta pekerja. Demikian catatan Kementerian Perindustrian yang saat ini harus bekerja keras mencari solusi bekerjasama dengan dunia industri untuk bertahan dan bangkit lagi dari pukulan telak pandemi.

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) untuk mengamankan kelangsungan bisnis sektor industri, namun tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Kemenperin telah mengeluarkan sebanyak 17,5 ribu izin, yang mewakili total tenaga kerja hingga 4,9 juta orang.

Sebagaimana kita ketahui bahwa ada tiga sektor ekonomi menurut kegiatannya, yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Ketiga sektor tersebut punya keterkaitan satu sama lain yang bermula dari sektor primer lalu ke sektor sekunder dan akhirnya ke sektor tersier.

Sektor primer adalah sektor yang mencakup industri bahan baku dengan kegiatan ekstraksi dan pengumpulan sumber daya alam, seperti pertanian, kehutanan, pertambangan, dan perikanan.

Sektor sekunder adalah sektor yang mencakup industri manufaktur yang kegiatannya menghasilkan produk jadi yang dapat digunakan ataupun terlibat dalam konstruksi.

Sementara sektor tersier adalah sektor yang mencakup industri jasa yang mana kegiatannya melakukan pengangkutan (transport), distribusi (distribution), dan penjualan barang dari produsen ke konsumen.

Jadi perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang membuat produk jadi dengan memanfaatkan bahan mentah dengan tujuan mendapatkan keuntungan (profit). Dan sektor inilah yang saat ini paling terpukul.

Langkah manufaktur besar

PT Astra Otoparts Tbk sebagai manufaktur terbesar di Indonesia mengambil langkah realistis. Sedikit banyak kondisi penjualan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat bakal mempengaruhi bisnisnya. Untuk itu perusahaan mencari cara dengan menguatkan segmen after sales.

Untuk itu perusahaan tak ingin hanya mengandalkan pada segmen Original Equipment Manufacturer (OEM) saja. Astra Auto berusaha me-leverage after market, kalau untuk OEM supplier dengan memperkuat juga ekspornya jadi tidak hanya domestik saja.

Seperti yang diketahui, perusahaan memiliki anak usaha yang bergerak di bidang manufaktur onderdil otomotif untuk speedometer dan print system di Vietnam. Dimana kedua produk tersebut masing-masing sebagai OEM bagi brand Honda dan Yamaha di negara itu.

Bermodalkan kekuatan di bidang manufaktur, Kelompok Usaha Bakrie akan fokus dalam proyek-proyek pengembangan infrastruktur strategis dengan penerapan teknologi tepat guna, pemanfaatan perkembangan teknologi digital, serta sumber daya manusia yang handal.

Terkait pengembangan teknologi digital salah satu sisi yang menarik adalah penggunaan teknologi edge computing yang diperkirakan akan segera diaplikasikan untuk kegiatan industrial di berbagai sektor dalam waktu dekat.

Selain industri manufaktur, edge computing bisa saja diaplikasikan di perusahaan retail, production house (PH) untuk film animasi, hingga sektor kesehatan atau healthcare.

Edge computing adalah lokasi perantara antara "inti" cloud atau pusat data tradisional milik perusahaan dengan perangkat yang terhubung, seperti perangkat IoT (Internet of Things). Beberapa pelaku di sektor retail telah mengalokasikan teknologi ini di toko-tokonya, walaupun dalam skala kecil, guna membantu transaksional yang terjadi setiap hari.

Teknologi ini memungkinkan setiap perusahaan yang memiliki banyak cabang di berbagai daerah untuk mengelola data perangkatnya dengan cepat sehingga terhindar dari masalah latensi atau downtime secara signifikan.

Di Indonesia sendiri, penggunaan edge computing dan pengoptimalan pusat data masih belum masif untuk digunakan. Indonesia harus mampu beradaptasi dengan cepat agar dapat bersaing dengan derasnya arus teknologi yang terus berkembang.

Pelaku industri data center nasional harus segera mengadopsi teknologi data center pintar, mengintegrasikan seluruh aspek penting di data center agar dapat memberikan analisa komprehensif untuk pengelolaan yang efektif dan efisien.

Transformasi digital juga perlu dilakukan untuk menciptakan ekosistem pusat data yang tangguh dan berkelanjutan (sustainable) agar dapat tetap kompetitif. Transformasi ini juga perlu didukung dengan pembangunan dan pemerataan kompetensi professional TI baik di daerah maupun pusat.

Beberapa sektor yang mulai bergerak naik antara lain industri otomotif, pertambangan, bahan bangunan, jasa keuangan, teknologi informasi, alat berat, permesinan, pengemasan barang, dan pembangkit energi.

Beberapa sektor tertentu bahkan tidak mengalami pengaruh selama masa pandemi COVID-19 dan kinerjanya justru meningkat, yaitu industri rokok dan tembakau, makanan pokok, batubara, farmasi dan alat kesehatan, serta minyak nabati.

Minyak nabati ini terutama Crude Palm Oil (CPO), karena kita berhasil membuat program B30. Inilah sektor-sektor yang dapat menghela Indonesia untuk recover lebih cepat.

Tiga program dan kebijakan di bidang perekonomian untuk mengatasi dampak dari pandemi COVID-19. Kebijakan itu adalah program pemulihan ekonomi nasional, program exit strategy yaitu pembukaan ekonomi secara bertahap menuju normal baru, serta reset dan transformasi ekonomi untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya menjajaki peluang pasar bagi Industri Kecil Menengah (IKM) logam otomotif agar tetap menjalankan usahanya di tengah dampak pandemi COVID-19.

Pemerintah mendorong substitusi impor

Di masa pandemi ini, sejumlah IKM di sentra logam Tegal yang telah menjadi mitra Agen Pemegang Merek (APM) sebagai tier 1 dan tier 2 mengalami penurunan omzet hingga 90 persen dikarenakan APM sempat berhenti beroperasi beberapa waktu lalu.

Substitusi impor yang tengah dilakukan PT Sinar Agung Selalu Sukses (SASS) di masa pandemi ini menjadi harapan baik bagi pelaku IKM di sentra logam Tegal.

SASS merupakan salah satu perusahan manufaktur otomotif yang memproduksi suku cadang kendaraan bermotor roda dua dan empat untuk pasar original equipment manufacturer (OEM) maupun aftermarket.

IKM di sentra logam Tegal berhasil mendapatkan purchase order (PO) dari SASS untuk membuat produk substitusi impor berupa handle socket LT 10 ton, handle socket LT 5 ton, dan handle socket LT 30,32 ton.

Selain itu, mereka juga akan mendapat pesanan tangkai spion dari SASS. Adapun IKM yang akan mengerjakan produk substitusi impor tersebut adalah PT Bimuda Karya Teknik yang didukung oleh IKM lainnya seperti PT Mitra Karya Tegal dan PT Tiga Bersaudara. Produk-produk itu nantinya akan diproduksi menggunakan mesin stamping.

IKM perlu melakukan investasi untuk pembuatan dies (cetakan) dengan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, ada program restrukturisasi mesin dan peralatan untuk  membantu meringankan pelaku IKM dalam investasi pembuatan cetakan.