Gerak Langkah Muhammadiyah Mencerahkan Bangsa

Selain tabligh menyebarkan ajaran Islam, Muhammadiyah juga mencoba membangun monumen amal saleh berupa amal usaha.

Gerak Langkah Muhammadiyah Mencerahkan Bangsa
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – 18 November 2020 bertepatan dengan Milad Muhammadiyah ke-108 dalam hitungan kalender masehi. Momentum milad senantiasa dimanfaatkan Muhammadiyah untuk melakukan kembali penyegaran dan juga refleksi terhadap gerakannya. Dari mulai tingkat pusat sampai ranting menyelenggarakan beragam kegiatan dalam rangka memeriahkan milad Muhammadiyah. Diharapkan dari kegiatan Milad ini juga menjadi momentum syiar dakwah Muhammadiyah bagi umat dan bangsa.

Muhammadiyah merupakan organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia. Walaupun dari segi kuantitas, Nahdatul Ulama mempunyai jamaah terbanyak, namun dari segi infrastruktur berupa amal usaha, Muhammadiyah adalah yang terbesar. Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Haedar Nashir dalam buku Muhammadiyah gerakan pembaharuan. Selama satu abad lebih delapan tahun kiprahnya, Muhammadiyah aktif dalam gerakan dakwah berupa tabligh di masjid-masjid.

Namun yang membedakan Muhammadiyah adalah selain tabligh menyebarkan ajaran Islam, Muhammadiyah juga mencoba membangun monumen amal saleh berupa amal usaha. Amal usaha ini terdiri dari dua kata yakni amal dan usaha, sekilas frase yang terdiri dari dua kata ini terlihat tak bermakna. Karena amal dan usaha mempunyai kesamaan arti hanya berbeda bahasa saja. Amal bahasa Arab, usaha bahasa Indonesia. Namun jika ditinjau dari perspektif hari ini, amal usaha adalah padanan dari social entrepreneurship. Amal mengandung dimensi sosial, usaha mengandung dimensi entrepreneur.

Amal usaha Muhammadiyah terbagi ke dalam tiga ranah yang juga disebut trisula abad pertama Muhammadiyah. Ranah tersebut adalah feeding (pelayanan sosial), schooling (pendidikan) dan healing (kesehatan). Dalam pelayanan sosial Muhammadiyah membangun panti asuhan. Dalam bidang pendidikan Muhammadiyah membangun lembaga pendidikan dari tingkat PAUD sampai Perguruan Tinggi. Dalam bidang kesehatan Muhammadiyah membangun klinik sampai rumah sakit. Amal usaha ini tersebar dari Sabang sampai Merauke di bawah satu naungan yakni Persyarikatan Muhammadiyah.

Trisula abad pertama Muhammadiyah tersebut berhasil membantu pemerintah mengatasi persoalan-persoalan masyarakat. Bayangkan berapa banyak anak putus sekolah jika hanya ada sekolah negeri di Indonesia. Berapa banyak yang tidak akan mendapatkan layanan kesehatan jika hanya mengandalkan klinik, puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah. Berapa banyak anak yatim yang terlantar jika hanya mengandalkan program kerja dinas sosial. Peran Muhammadiyah sangat besar dalam mengisi kekosongan tersebut.

Tentu saja pihak swasta yang menambal kapasitas kinerja pemerintah bukan hanya pemerintah. Namun jika dibandingkan dengan yang lain, yang paling besar dan terkoordinir adalah Muhammadiyah. Tentu saja hal ini merupakan anugerah yang patut disyukuri oleh Muhammadiyah. Bukan untuk menyombongkan diri, namun untuk menjadi bahan refleksi. Bahwa langkah yang telah dilakukan jangan sampai terhenti. Namun jangan cepat berpuas diri, justru ini merupakan tantangan bagi Muhammadiyah untuk lebih berinovasi.