Refleksi Maulid Nabi

Refleksi Maulid Nabi
Foto: radarselatan.co.id

MONITORDAY.COM - Rindu kami padamu Yaa Rasul, rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rasul, serasa dikau disini

Penggalan syair di atas merupakan lagu yang dipopulerkan oleh grup musik Bimbo. Alunan nadanya yang indah, liriknya yang mudah menjadi faktor lagu ini bisa diterima masyarakat luas, khususnya kaum muslim.

Bukan sekadar memainkan irama, lagu ini juga mampu memainkan perasaan para pendengarnya. Adalah tidak mudah menaruh sebuah rasa rindu yang dalam kepada sosok yang dicintai namun belum pernah ditemui.

Cinta itu buta, mungkin bisa dibilang fakta. Buktinya seperti yang orang-orang muslim rasakan, mereka sudah terbiasa merindukan seseorang meskipun tidak tau-menau wajahnya. Pun mereka terbiasa mencintai suatu Dzat (dibaca: Allah) tanpa mengetahui bentuknya.

Lagu ‘Rindu Kami Padamu Rasul’ biasanya ramai diperdengarkan pada Bulan Ramadhan. Entah apa hubungannya, penulis berasumsi bahwa di bulan Ramadhan, keimanan seseorang sedang aktif-aktifnya berjalan, sehingga lebih peka menangkap pesan agama walau harus lewat lagu.

Tapi bagi penulis tidak, lagu di atas dan lagu-lagu religi lainnya relevan diperdengarkan sepanjang tahun. Mengingat bahwa lagu religi bukan cuman rangkaian melodi bertema agama. Lebih jauh dari itu, lagu religi melibatkan rasa dan nurani, juga tak jarang bisa meningkatkan nilai spiritualitas.

Penulis sengaja memenggal syair lagu Bimbo, sebab setiap tanggal 12 Rabiul Awwal di Tahun Qomariyah/Hijriyah ada peringatan Maulid Nabi SAW. Lagu tersebut cukup mendeskripsikan perasaan setiap muslim yang rindu sosok Rasulullah SAW.

Mengenai perayaan maulid nabi, tidak ada contoh dari Nabi untuk merayakannya. Dan tentang hukumnya, tentu tidak semua isi kepala orang akan sama. Ada yang berpendapat bahwa maulid nabi itu sesuatu yang dianjurkan, ada juga yang berpendapat bid’ah. Isu perbedaan pandangan keagamaan ini termasuk isu yang tidak pernah selesai. Setiap tahunnya selalu saja dibahas dan dipermasalahkan.

Maulid Nabi sering dimiripkan dengan perayaan natal. Jika kita lihat sekilas secara kasat mata, memang dua hari besar itu ditetapkan sebagai hari kelahiran dua orang berpengaruh bagi dua umat beragama. Jika umat muslim merayakan maulid nabi apakah menyerupai umat kristen?

Perayaan tidak selalu identik dengan pesta, kehebohan, dsb. Esensi dari perayaan hanya satu, yaitu ingat. Padahal sebenarnya jika tidak diperingati maupun dirayakan juga tidak jadi soal, yang penting ingat.

Praktik perayaan terhadap suatu momen sering terjadi di masyarakat muslim Indonesia. Bahkan sudah menjadi tradisi yang turun temurun. Hanya saja bila suatu tradisi disifati wajib maka disebut salah atau biasa diistilahkan bid’ah.

Gus Baha pernah berkata, "Termasuk kriminal dalam hukum Islam ialah mewajibkan hal yang tidak wajib, karena hal itu bahaya bagi umat." Pernyataan Gus Baha tersebut didukung oleh sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang membuat perkara baru (Bid’ah) dalam urusan agama yang tidak ada sumbernya (tidak diturunkan keterangan padanya) maka tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hal yang ingin penulis fokuskan adalah bentuk perayaan maulid Nabi. Setiap orang pasti diberkahi jiwa kreatif. Karena kreatifitas-lah maka muncul beragam perayaan. Hukum segala sesuatu pada asalnya adalah boleh/mubah. Penulis berpandangan bahwa perayaan maulid nabi hukumnya adalah boleh.

Boleh yang seperti apa? Boleh yang sesuai standar syariat. Bukan karena sesuatu boleh berarti boleh melanggar aturan syariat. Justru karena boleh kita harus lebih berhati-hati agar tidak mendekat pada sesuatu yang dilarang oleh syariat.

Bentuk perayaan maulid nabi yang penulis setujui adalah dengan berefleksi dan mengkaji lebih dalam kehidupan Nabi SAW. Tidak ada yang lebih bermanfaat selain itu. Dengan cara seperti itu kita sudah mendapatkan esensi dari perayaan, yaitu ingat, juga bertambahnya kecintaan kita terhadap Nabi SAW.

Mari kita sama-sama refleksikan maulid nabi ini dengan ekspresi rindu dan cinta, tidak berlebihan tapi esensinya dapat. Mengikuti apa yang menjadi tuntunan Nabi SAW, menuruti setiap sabdanya dan mencontoh setiap gerak-gerik kehidupannya.