Menggagas Moderasi Keagamaan Yang Moderat

Menggagas Moderasi Keagamaan Yang Moderat
Ummatan Wasathan landasan gagasan moderasi Islam

MONITORDAY.COM - Moderasi Beragama atau Wasathiyatul Islam sedang masif disosialisasikan oleh banyak pihak baik pemerintah maupun ormas Islam. Gagasan moderasi keagamaan bukanlah tanpa kritik. 

Ketua Umum PP. Muhammadiyah dalam kegiatan refleksi kebangsaan mengatakan bahwa jangan sampai moderasi beragama terjatuh pada sinkretisme atau sekularisme. Hal ini adalah penyimpangan dari tujuan moderasi itu sendiri. 

Yang dikhawatirkan juga adalah moderasi yang ingin melawan ekstremisme justru malah terjatuh ke dalam ekstremisme atas nama moderasi. Lagi-lagi ini merupakan penyimpangan dari tujuan moderasi. Karena itu diperlukan moderasi yang moderat. 

Moderasi sebagai jalan tengah dari corak pemahaman keagamaan semestinya dicapai juga dengan sikap tengahan. Salah kaprah jika moderasi dicapai dengan jalan yang ekstrem. Moderasi dengan cara ekstrem malah akan melahirkan ekstremisme baru. 

Karena itu jauh-jauh hari Muhammadiyah pun sudah mengingatkan agar BNPT dan Densus tidak lagi menggunakan terminologi deradikalisasi, melainkan moderasi. Yakni mendekati kelompok-kelompok ekstrem tidak dengan cara yang sama ekstremnya. 

Muhammadiyah berhasil membuktikan bahwa ormas Islam ini bisa menjadi tenda besar bagi beragam corak pemahaman agama, dari mulai puritan sampai dengan progresif. Tentu saja tetap ada batasan saat sebuah paham agama ingin dirangkul oleh Muhammadiyah. 

Keberhasilan Muhammadiyah menjadi tenda besar bagi beragam corak pemikiran ini bukti bahwa Muhammadiyah telah berhasil melakukan moderasi yang moderat. Bukti lainnya adalah tingkat toleransi Muhammadiyah yang tinggi sampai membuat lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia Timur yang mayoritas mahasiswanya non muslim. 

Muhammadiyah mewujudkan moderasi dalam sikap nyata, bukan hanya slogan. Hal ini lebih baik dibanding moderasi hanya sebatas slogan atau seminar. Sikap moderat yang nyata dapat lebih menyentuh bagi orang-orang yang ekstrem akan kembali menjadi moderat. 

Dalam pepatah Arab disebutkan bahwa bahasa perbuatan lebih fasih dibandingkan dengan bahasa lisan dalam menyampaikan sesuatu. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan kita untuk menjadi teladan bukan hanya menyampaikan dakwah secara lisan. Wujud nyata moderasi dapat menjadi inspirasi bagi tersebarnya sikap moderat.