Potensi Ekspor Porang, Minyak Atsiri, dan Edamame 

Potensi Ekspor Porang, Minyak Atsiri, dan Edamame 
Ilustrasi panen edamame di Temanggung, Jawa Tengah/ist

MONITORDAY.COM - Dalam beberapa kesempatan Presiden Joko Widodo menyampaikan pentingnya Indonesia mendorong budi daya dan ekspor komoditas pertanian. Ekspor komoditas pertanian menjadi salah satu peluang Indonesia untuk memperbaiki ekonomi negara. Para petani, Pemerintah dan eksportir harus bekerjasama membangun ekosistem pertanian yang mampu memenuhi permintaan pasar dunia. 

Diantara komoditas potensial tersebut adalah porang, nilam atau minyak atsiri, dan edamame. Ketiga komoditas berkaitan dengan industri pangan, farmasi, dan kosmetika. Porang dan edamame lebih banyak diserap untuk memenuhi kebutuhan pangan. Sementara minyak atsiri digunakan untuk bahan farmasi dan kosmetika. 

Porang memiliki kandungan anti oksidan dan anti inflamasi. Kandungan inilah yang membuat porang menjadi primadona. Kandungan glukomanan  yang ada di dalamnya adalah zat gula kompleks dan serat larut yang memberikan efek kenyal atau kenyal. Kadar glukomanan dalam umbi putih basis kering 44%, dalam umbi kuning basis kering 55% 

Pemerintah dituntut untuk mendorong dan memperbaiki budi daya dan rantai pasaok komoditas ini. Nilai ekspor porang 2018 sebesar Rp 11,31 miliar, 2019 sebesar Rp 644 miliar, 2020 sebesar Rp 1,42 Triliun.80% sebagai bahan pangan, 20% sebagai bahan kosmetik.  Kementan canangkan 32 hektare budidaya porang, 37 kabupaten, 10 propinsi

Minyak Atsiri juga menjadi salah satu andalan ekpor. Nilam merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Dalam dunia perdagangan internasional minyak nilam sering dikenal dengan Patchouli Oil. Minyak nilam kerap digunakan sebagai bahan campuran pembuatan kosmetik, farmasi, dan aroma terapi yang berfungsi sebagai zat pengikat/fixative agent dan farmasi.

Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan, Indonesia merupakan negara produsen utama minyak nilam dunia, menguasai berkisar 95% pasar dunia. Saat ini, berkisar 85% ekspor minyak atsiri Indonesia didominasi oleh minyak nilam dengan volume 1.200-1.500 ton/tahun, dan diekspor ke beberapa negara diantaranya Singapura, Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Switzerland, Inggris, dan negara lainnya.

Prospek ekspor komoditi nilam pada masa yang akan datang masih cukup besar, mengingat tingginya permintaan dunia akan minyak nilam.

Beberapa jenis nilam yang banyak dikembangkan di Indonesia diantaranya varietas tapak tuan, varietas sidikalang, varietas lhoksumawe dan varietas Pachoullina 1, dan 2 yang di kembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro).

Sebagian besar produksi minyak nilam dari sentra produksi tersebut di ekspor ke negara-negara industri. Seperti Amerika Serikat Inggris, Perancis, dan seterusnya Swiss, Jerman, Belanda, Hongkong,  Mesir, Arab Saudi,” katanya.

Selain porang dan nilam ada pula edamame. Edamame adalah kacang kedelai yang masih berada di dalam polongnya. Camilan tradisional dari Jepang ini kini banyak diminati oleh masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya karena rasanya yang nikmat, tapi juga karena ada banyak manfaat edamame bagi kesehatan tubuh.
Salah satu pengekspor edamame adalah PT ANJ. Dari perusahaan ini ekspor produk edamame mencatatkan kinerja yang baik. Perusahaan membukukan pendapatan USD461.280 pada tahun 2020. Angka itu meningkat dari tahun 2019 yang hanya mendapatkan senilai USD332.031. Kemudian, harga jual rata-rata juga mengalami peningkatan dari Rp7.459/kg pada tahun 2019 menjadi Rp7.971/kg pada tahun 2020. 66% ekspor produk ini berasal dari Jember, Jawa Timur.