Politik Transaksional Warnai Kehadiran Anies di Hajatan Rizieq
Kehadiran Anies di nikahan putri Rizieq Shihab lah yang memiliki nilai-nilai politis

MONITORDAY.COM - Kehadiran Anies Baswedan di hajatan nikahan anak Rizieq Shihab beberapa hari lalu, mengundang banyak tanya justru politik transaksional warnai kegiatan tersebut.
"Jika ada kalangan yang menggugat seolah ada unsur politik dalam peristiwa pemanggilan Anies. Justru kehadiran Anies di nikahan putri Rizieq Shihab lah yang memiliki nilai-nilai politis," ucap Pakar komunikasi politik, Lely Arrianie kepada Monitorday.com, Minggu (22/11/2020).
Jika dilihat dari sejarah terpilihnya Anis sebagai Gubernur DKI Jakarta, selain takdir Tuhan juga tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan FPI dan gerakan pengawal fatwa MUI yang memborbardir musibah politik yang dialami Ahok atas tuduhan sebagai penista agama.
Artinya, FPi memuluskan jalan Anies menuju jabatan dan kekuasaan intrik politik itu. Terkait pelanggaran protokol kesehatan yang dialamatkan ke Rizieq Shihab sehingga harus membayar sangsi sebesar Rp. 50 juta akibat sangkaan itu.
Malah tak sebanding dengan bantuan masker yang diberikan agar FPI menjalankan protokol kesehatan (prokes) yang nilainya ratusan juta rupiah.
Anies nampak tidak hanya lalai dan abai dalam pencegahan kerumunan dimana ada Rizieq Shihab, tapi tidak berani mengantisipasi karena nuansa relasi patron klien dan balas budi politik yang pernah diberikan padanya.
Seyogyanya Anies bisa saja saat hadir dalam acara nikahan itu dengan mengultimatum bahwa jika kerumunan masih sebanyak ini. Maka, Anis tidak bakal menghadiri diacara akad yang tamu undagannya tidak lebih dari 30 orang sesuai aturan prokes.
Jika kalimat itu di lontarkan Anis, ucapan itu bisa menjadi alat pencegah.
Yang terjadi, Anies justru menjadi bagian dari kerumunan melanggar perda yang dibuatnya sendiri tentang PSBB dan Prokes.
Jadi seolah ada komedi tragedi, drama dan politik yang dimainkan Anies dalam menyikapi fenomena Rzieq Shihab dan kelompoknya dalam wilayah kekuasaan Anies.
Ini berbeda dengan kepala daerah lain yang notabene tidak terlibat dalam keikutsertaan kerumunan itu. Komunikasi politik yang dilakukan Anies seolah bermain dalam dua kaki.
Komunikasi politik itu seharusnya mampu mengatur tingkah laku orang dibawah kondisi pertentangan. Anies dinilai "galau dan gamang bahkan alay" kala berhadapan dengan kelompok Rizieq Shihab.