Geliat Partai Politik 'Berebut' Kursi Pendamping Jokowi

Partai politik ramai-ramai menyatakan dukungan dan menyiapkan kadernya untuk mendampingi Jokowi.

Geliat Partai Politik 'Berebut' Kursi Pendamping Jokowi
Salah satu baliho Cak Imin di Jl Ahmad Yani, Kota Palopo/Net

MONITORDAY.COM - Ada yang unik jelang perhelatan Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, partai-partai politik mulai mendeklarasikan tokoh-tokoh mereka untuk digadang menjadi pendamping Jokowi. Ada yang secara terang-terangan melakukan deklarasi dengan memasang baliho di berbagai tempat, seperti Cak Imin dari PKB. Ada pula yang diam-diam, semisal Partai Golkar dan PAN yang baru sebatas mewacanakan pencalonan para Ketumnya.

Menganggapi tingkah para elite partai tersebut,  pengamat politik dan pemerintahan dari Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf menyebut bahwa parpol melakukan hal tersebut dalam rangka mendongkrak polularitasnya melalui peguasa.

“Upaya politik seperti itu biasanya ditempuh untuk mencapai target politik tertentu dalam jangka pendek. Elektabilitas pastai misalnya. Dan cara yang paling mudah untuk mencapai target seperti itu, biasanya adalah dengan nyantol ke penguasa, biasanya begitu,” kata Asep Warlan kepada monitorday.com, Kamis (1/03/2018).

Asep menengarai, bila upaya tersebut dilakukan karena hingga saat ini belum ada calon lain yang cukup kuat untuk melawan Jokowi. Maka merapat ke penguasa adalah hal yang paling mungkin, agar mendapatkan keuntungan bagi partainya masing-masing.

“Yang lain kan masih spekulatif masih belum ada kepastian, jadi mereka ngikut disitu dulu, nah dari situlah mendapat bargainingnya. Karena mereka berkuasa kan. Nah karena berkuasa itulah bargainingnya apa yang bisa dimanfaatkan oleh partai politik ini,” sambung Asep.

Kata Asep, itu menjadi sikap yang paling realistis dan wajar dilakukan parpol-parpol. Karena menurut Asep, mereka butuh amunisi untuk Pileg, dan juga di Pilpres mendatang. Makanya yang paling menguntungkan berkoalisi dengan penguasa. Karena kalau mendukung yang lain, apalagi yang lain belum ada koalisinya, maka itu beresiko.

Asep melajuntkan langkah awal untuk melakukan hal tersebut, Parpol membuka komunikasi dengan menawarkan orang kepada penguasa untuk menjadi wakilnya.  

 “Sembari membuka kominikasi politik mereka menawarkan kandidatnya, atau kandidat dari partai lain. Harapannya,  itu menjadi bekal mereka nanti untuk 2019. Karena bagaimanapun juga mereka butuh modal besar, dan penguasalah yang bisa memfasilitasi itu,” pungkasnya.

[Mrf]