Menerjemahkan Bencana

MONITORDAY.COM - Semua yang ada di dunia ini bersifat fana/rusak, termasuk bumi. Allah Swt menyatakan hal ini dalam Al-Quran surah Al-Qasas ayat 88: “Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.”
Dikuatkan juga oleh Al-Quran surah Ar-Rahman ayat 26-27: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
Rasulullah Saw turut menegaskan hal ini melalui sabda-Nya, dari Abu Hurairah beliau bersabda: “Kalimat yang paling benar yang dikatakan oleh penyair adalah kata-kata Labid, yaitu: "Ingatlah, segala sesuatu selain Allah pasti binasa.”
Bumi yang menjadi tempat tinggal manusia ini pun lambat laun akan menemui kebinasaan/kerusakannya. Namun yang jelas, proses kerusakannya sendiri akan berlangsung secara bertahap. Sedangkan cepat atau lambat proses itu tergantung bagaimana perlakuan penghuni bumi.
Sebagai satu-satunya perawat langsung bumi, manusia sering dibuat lupa akan tugasnya tersebut. Maka yang terjadi adalah kehancuran lingkungan berupa bencana. Hancurnya lingkungan menyebabkan efek domino, dimana saat salah satu elemen bumi rusak akan merembet pada kerusakan-kerusakan yang lain.
Misalnya, pandemi virus corona, hal konkret yang kita rasakan langsung. Terjadinya pandemi virus ini bukan serta merta sebab hewan yang disebut penyebar pertama virus ini. Virus ini secara tidak sadar ternyata diciptakan sendiri oleh manusia.
Tidak terkendalinya nafsu manusia dalam pengeksploitasian bumi juga rendahnya kesadaran menjaga bumi adalah sebab utama adanya pandemi. Normalnya, hewan mendapat asupan baik dari alam. Tapi nyatanya, alam yang seharusnya mencukupi asupan hewan ternyata sudah dirusak manusia. Efeknya hewan menjadi sakit kemudian menyebabkan hadirnya virus.
Pandemi ini kemudian merusak keseimbangan alam semesta, manusia menjadi sakit, bahan pangan berkurang, dsb seperti yang kita rasakan. Lambat laun, ketidakseimbangan alam akan berdampak pada kehancuran alam itu sendiri.
Bagaimana prosesnya? Al-Quran banyak menginformasikannya. Diawali dengan firman Allah di beberapa surah Al-Quran, diantaranya surah Ar-Rum ayat 41, surah As-Syura ayat 30, surah Ali Imran ayat 165, dan surah An-Nisa ayat 62 yang menyatakan bahwasannya kerusakan, musibah dan bencana yang terjadi di bumi diakibatkan oleh kesalahan dan ulah tangan manusia, seperti contoh pandemi yang disebut di atas.
Proses kehancuran yang diakibatkan oleh manusia ini perlahan-perlahan akan menjadi banyak. Para ilmuwan memprediksi bahwa akan terjadi pandemi-pandemi lain di masa mendatang seiring dengan masifnya perubahan iklim.
Selanjutnya, yang menjadi akhir dari kehancuran dan kebinasaan bumi adalah kiamat. Seperti yang dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Quran, misalnya surah Al-Zalzalah, dimana bumi akan diguncangkan, gunung diluluhlantakan, matahari akan digulung, langit terbelah, meteor akan berhujanan, lautan akan meluap dan peradaban manusia akan punah.
Islam mempunyai konsep dzohir dan batin. Di samping penyebab dzohir berupa sikap apatis atas penjagaan alam, kehancuran alam juga disebabkan penyebab batin berupa ibadah. Dalam menerjemahkan bencana, hendaknya umat islam berpandangan dari dua kacamata ini, kacamata dzohir dan batin.
Berkaitan dengan sebab batin bahwa pernah suatu hari manusia berbuat zalim, enggan mengeluarkan zakat. Hal inilah yang mengundang kemurkaan Allah yang berakibat pada terjadinya musim kemarau panjang. Bahkan disebutkan kalau hujan tidak akan turun, kecuali karena kebutuhan hewan.
Rasulullah Saw bersabda: ''Tidak menghalangi suatu kaum dari mengeluarkan harta mereka melainkan mereka (sebenarnya) menghalangi langit dari menurunkan hujan. Kalaulah tidak karena binatang yang ada di muka bumi ini, niscaya langit pasti tidak akan menurunkan hujan untuk selama-lamanya.'' (HR. Muslim)
Adalah suatu proses alam bahwa bumi akan binasa. Bencana menjadi rangkaian dari proses kebinasaan alam. Saat manusia semakin bebas berulah zalim, maka akan semakin cepat proses kebinasan terjadi. Semakin besar skala kezalimannya, baik zalim dzohir maupun batin, semakin besar pula dampaknya bagi kehidupan.
Bencana harus diterjemahkan sebagai teguran keras bagi jiwa kita yang rakus dan zalim. Tanda-tanda alam memberi sinyal bahwa tak lama lagi dunia akan bertemu kebinasaan alias kiamat. Sudah sejauh mana tugas kita sebagai khalifah dilaksanakan?