Pandemi dan Kesepakatan Koridor Perjalanan

MONITORDAY.COM - Virus dan hantu sama- sama tak terlihat. Keduanya membuat orang percaya tak percaya dengan keberadaan, dampak, dan akibatnya. Bagi yang pernah terpapar dan merasakan gejala apalagi masuk dalam kategori sedang atau berat mungkin akan benar-benar percaya. Kebanyakan orang tak berkesempatan ‘melihat’ virus dan memahami bagaimana virus menggerogoti kesehatan manusia.
Harus diakui bahwa data-data kematian akibat virus ini juga tak sepenuhnya mudah diterima publik. Pun data menyangkut kapasitas fasilitas kesehatan yang kadang kewalahan kalah suatu daerah masuk ke zona merah. Sebagian orang juga tak mau tahu dan cenderung menyangkal karena dihadapkan pada pilihan sulit yang membuat putus asa. Bukan tak percaya namun aktivitas mencari nafkah tetap harus dilakukan. Maka segala argumen mengingkari pandemi dibangun dalam dirinya sebagai mekanisme bertahan hodup.
Persoalan ini memang tak sederhana sekaligus mengingatkan manusia akan tata dunia baru yang lebih sehat, aman, dan manusiawi harus dibangun. Tarik-menarik antara kepentingan mengungkit ekonomi dengan mengendalikan pandemi. Hari-hari ini kita dalam posisi harap-harap cemas karena angka pertambahan kasus terinfeksi COVID yang meningkat.
Dunia memang masih tertatih dan oleng menghadapi pandemi. Seluruh ahli yang paling kompeten masih berjibaku mencegah penularan, mengembangkan vaksin dan obat yang paling efektif, dan berbagai upaya lainnya yang melibatkan berbagai disiplin ilmu terkait. DI sisi lain varian-varian baru virus seakan lebih cepat dan lebih pintar dari manusia.
Lebih dari itu pandemi ini diperkirakan akan berlangsung lama dengan kemungkinan akan menjadi endemik. Singapura sudah menyiapkan diri untuk itu. Mereka sudah menghitung dan mulai mengatur strategi terutama untuk menyediakan dan mendistribusikan vaksin bagi seluruh warganya andai setiap tahun setiap individu harus divaksin setiap tahun.
Implementasi koridor perjalanan
Menjaga protokol kesehatan adalah kunci, Termasuk mengembangkan koridor pergerakan atau mobilitas umum yang mampu menekan penyebaran COVID secara optimal. Sehingga dirumuskanlah Program Travel Corridor Arrangement (TCA) untuk membuka kembali pariwisata Indonesia dengan sejumlah negara.
Finalisasi corridor arrangements itu berkaitan dengan beberapa prasyarat seperti siapa yang bisa masuk ke Bali, seperti yang sudah tervaksin dan berbagai tahapannya. Koridor itu menjadi sangat urgen bukan sebatas ‘pemanis bibir’. Tahapan-tahapan tersebut seperti testing sebelum keberangkatan dan penanganan CHSE.
CHSE adalah program Kemenparekraf berupa penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan). Penerapan program ini sendiri dengan melakukan sertifikasi CHSE untuk para pelaku usaha di industri pariwisata dan ekonomi kreatif
Langkah Pemerintah harus dirumuskan dan diterapkan dengan cepat dan seksama. Kerjasama antar negara menjadi penting. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, kesepakatan TCA telah sampai tahap akhir dengan kerjasama empat negara.
Menlu mengindikasikan ada empat negara yang bisa dimulai pembahasan finalisasi travel corridor. Yaitu Timur Tengah UEA, Singapura, Tiongkok, Belanda. Karena prinsipnya direct point to point harus ada prosedur masuk dan keluar ke negaranya.
Kemenparekaf juga menjalankan program pilot project untuk kembali menggagas beberapa negara, di antaranya Ukraina dan Polandia, untuk percobaan awal dalam kenormalan baru. Meski terjalin kerjasama, turis asing yang akan masuk ke Indonesia tetap harus menjalani sejumlah pemeriksaan. Semuanya harus mengikuti prosedur maupun tahapan-tahapan seperti PCR test, vaksin sebelum dan setelah kedatangan.
Terkait wilayah Indonesia yang disepakati dalam program TCA itu di antaranya Bali, dan Lagoi - Bintan, dan Batam. Fokus Kemenparekraf saat ini membuka lebih dulu pariwisata Bali yang ditargetkan pada periode Juni-Juli tahun ini. Oleh sebab itu, pemerintah terus mempercepat vaksinasi terhadap warga Bali agar tercapai 2 juta orang hingga pertengahan tahun ini.