Penyesuaian Program Pertanian Hadapi Pandemi

Kondisi ekonomi pandemi yang berkepanjangan mengharuskan Kementerian Pertanian untuk melakukan banyak penyesuaian agar mampu mendongkrak produktivitas petani.  Penyesuaian program di Ditjen Tanaman Pangan, yakni penambahan alsintan pascapanen untuk RMU dan bangunan sebesar Rp100 miliar untuk mendukung cadangan pangan masyarakat.

Penyesuaian Program Pertanian Hadapi Pandemi
Mentan Syahrul Yasin Limpo/ net

MONDAYREVIEW.COM – Kondisi ekonomi pandemi yang berkepanjangan mengharuskan Kementerian Pertanian untuk melakukan banyak penyesuaian agar mampu mendongkrak produktivitas petani.  Penyesuaian program di Ditjen Tanaman Pangan, yakni penambahan alsintan pascapanen untuk RMU dan bangunan sebesar Rp100 miliar untuk mendukung cadangan pangan masyarakat.

Mekanisasi tidak hanya digunakan pada lapangan (on farm) tetapi juga digunakan pada kegiatan pengolahan (off farm).  Kegiatan off farm meliputi kegiatan proses penanganan bahan pangan setelah dipanen, baik dengan cara tradisional maupun mekanis.

Proses penanganan bahan pangan tersebut meliputi penyimpanan, perontokan biji jagung, dan pengeringan. Mesin Pengering bertujuan dari pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air gabah sehingga aman untuk disimpan maupun diproses lebih lanjut. Proses penurunan kandungan air dilakukan dengan perpindahan air dalam produk ke udara bebas atau penguapan.

Gabah yang akan dikeringkan di masukkan kedalam kotak pengering, udara pemanas akan dihembuskan ke bagian bawah dari kotak pengering (ruang plenum) dengan menggunakan blower. Udara panas naik menuju kotak pengeringan yang berisi gabah melalui lantai yang berlubang-lubang, udara panas akan membawa uap air dari gabah.

Alsintan pasca panen lainnya yang juga diperlukan adalah Mesin Penyosoh Beras dimana hasil penggilingan pertama pada proses pemecahan kulit (husking) yang dihasilkan masih mengandung lapisan bekatul yang membuat beras berwarna gelap kecoklatan. Untuk membuang lapisan bekatul dari butiran beras dilakukan suatu tahap kegiatan yang disebut penyosohan.

Tahap ini disebut juga tahap whitening atau polishing. Disebut whitening karena tahap ini berfungsi merubah beras menjadi beras putih, sedangkan disebut polishing karena permukaan beras digosok untuk membuang lapisan bekatul sehingga didapat beras putih. Hasil dari tahap ini adalah beras sosoh yang berwarna putih dan hasil sampingan berupa dedak dan bekatul.

Kemudian, penambahan areal jagung 346.000 ha sebesar Rp176,4 miliar dan alsintan pascapanen Rp125 miliar.

Pada Ditjen Hortikultura, terdapat penambahan kegiatan benih sebar hortikultura Rp19,09 miliar; sarana prasarana perbenihan Rp15 miliar; sarana dan prasarana pengolahan hasil pascapanen Rp52,06 miliar; distribusi pangan Rp3 miliar; sertifikasi produk Rp4,8 miliar; dan  cold storage Rp36 miliar.

Pada Ditjen Perkebunan, terdapat penambahan kegiatan berupa penyediaan alat pengolahan dan pascapanen sebanyak 1.011 unit sebesar Rp210,4 miliar.

Pada Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, terdapat penambahan kegiatan bantuan kambing/domba (ternak) menjadi 20.000 ekor atau Rp42 miliar; bantuan prasarana paket ayam lokal (500 ribu ekor ayam lokal, pakan, obat, vitamin, kandang, sarpras, dan mesin tetas) sebesar Rp33,7 miliar; layanan sapras internal yaitu pusat dan 22 UPT sebesar Rp136,7miliar; serta sapi indukan menjadi 5.000 ekor atau Rp41,9 miliar.

Penyesuaian program/kegiatan dan anggaran juga dilakukan pada Ditjen PSP, badan lingkup Kementerian Pertanian, Setjen, dan Itjen.

Sebagai contoh, di Ditjen PSP ada penambahan untuk pengadaan hand sprayer mendukung pekarangan pangan lestari (P2L) sebesar Rp33,9 miliar dan pengadaan screen house sebesar Rp150 miliar.

Kemudian, di Badan PPSDMP ada penambahan kegiatan bimtek/pelatihan penyuluh dan petani sebesar Rp40 miliar; Badan Litbang Pertanian ada penambahan pemberdayaan laboratorium dan instalasi penelitian perbenihan sebesar Rp108 miliar; dan Badan Karantina Pertanian ada penguatan sarana perkantoran (incenerator; X-ray dan alat lab) untuk memperkuat fungsi Badan Karantina Pertanian sebesar Rp100 miliar.

Alat Mesin Pertanian modern

Traktor adalah alat mesin pertanian yang paling mudah dijumpai karena banyak digunakan petani maupun kelompok tani untuk mengolah tanah sebelum penanaman benih. Setidaknya ada dua ukuran traktor kecil dan besar. Berdasarkan bentuk roda, ada dua jenis traktor yaitu traktor dengan roda rantai untuk kondisi tanah berlumpur dan traktor roda dua yang biasa digunakan pada kondisi tanah kering. Harga mesin traktor mulai jutaan hingga puluhan juta.

Selain traktor alat mesin pertanian yang sering digunakan untuk mengolah tanah adalah kultivator. Mesin ini digunakan untuk mengolah tanah sekunder, dengan cara mengaduk dan menghancurkan gumpalan tanah yang besar, sebelum penanaman (untuk mengaerasi tanah) maupun setelah benih atau bibit tertanam (untuk membunuh gulma). Harga kultivator dibandrol dengan kisaran jutaan hingga puluhan juta.

Combine harvester digunakan sebagai alat pemanen padi. Alat mesin pertanian ini dapat memotong bulir tanaman yang berdiri, merontokan dan membersihkan gabah sambil berjalan di sawah. Dengan alat ini akan mempercepat waktu pemanenan, pemahaman tentang alat ini sangat penting dalam pengelolaan pertanian modern. Harga alai ini lebih dari seratus juta.

Sprayer pertanian ini digunakan untuk menyebarkan atau menyemprotkan cairan pupuk, herbisida, pestisida, dan cairan lain ke lahan pertanian sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman. Sprayer manual yang biasanya dibawa petani di punggungnya ini dibandrol di kisaran Rp3,5 juta.

Namun seiring dengan perkembangan teknologi pertanian, saat ini terdapat sprayer modern berbentuk drone, yang dilengkapi dengan kamera, tangki berkapasitas 10 liter dan 40 kali lipat lebih efisien ketimbang sprayer manual. Harga drone ini dibandrol dengan harga hingga ratusan juta.