Toxic Positivity: Saat Berpikir Positif Tak Selalu Baik
Berlebihan dalam berpikir positif disebut Toxic Positivity.

MONDAYREVIEW.COM – Berpikir positif menjadi salah satu hal yang dianjurkan agar kita kuat dalam menghadapi hidup. Bahkan muncul sebuah teori apa yang terus menerus kita pikirkan suatu saat akan menjadi kenyataan. Hukum ini disebut dengan law of attraction yang popular melalui buku motivasi popular The Secret. Berpikir positif dianggap bisa meringankan beban hidup karena kita diajari memandang segala sesuatu dari sisi positifnya. Namun tahukah anda jika berpikir positif secara berlebihan itu tidak baik? Berlebihan dalam berpikir positif disebut Toxic Positivity.
Toxic positivity menjadi popular akhir-akhir ini berkat para psikolog dan dokter yang membahasnya di medsos. Dari sana kita tahu bahwa secara tak sadar, toxic positivity banyak sekali dipraktikan oleh masyarakat kita. Saat seseorang ditimpa kesedihan, masyarakat kita lebih suka untuk menasehati ketimbang mendengarkan atau memberikan solusi. Padahal seorang yang sedih seringkali tak memerlukan nasehat. Nasehat yang diberikan misalnya “kamu pasti kuat menghadapi cobaan ini”, “jangan khawatir, cobaan kamu masih belum seberapa dibanding orang lain.”
Nasehat-nasehat tersebut sekilas terlihat sangat bijak, namun yang dilupakan adalah bahwa di dalamnya mengandung unsur toxic positivity. Seorang yang sedang bersedih atau berduka dipaksa untuk mengingkari dan merasa baik-baik saja. Ini terlihat baik, namun secara psikologis hal ini merugikan sang korban. Sikap yang benar manakala ada kawan yang curhat tentang kesedihannya adalah berempati, yakni dengan mendengarnya, dan tidak menasehatinya untuk tidak sedih. Misalnya, “aku memahami kenapa kau bersedih seperti itu.” Atau “aku bisa mengerti perasaan kamu saat ini”.
Setelah kita mencoba mengerti keadaan sang korban, kita bisa menawarkan solusi untuk menyelesaikan permasalahannya. Kita bisa membantunya secara riil, bukan hanya sekadar memberikan nasehat semata. Hal ini merupakan upaya yang benar saat menangani seseorang yang sedang mengalami kesedihan baik berupa kesedihan biasa maupun level di atasnya seperti depresi. Acap kali masyarakat kita masih sok tahu dalam menangani penderita depresi atau bertindak hanya berdasarkan kebiasaan saja.
Memang apa akibatnya jika seseorang dijejali dengan toxic positivity? Ada beberapa dampak negative dari toxic positivity, yakni adanya kebingungan emosi diri bagi si penderita. Emosi negative yang dipaksa dipendam oleh toxic positivity juga akan mengakibatkan dampak buruk bagi psikologis penderita. Sayangnya soal toxic positivity ini masih langka masyarakat yang memahaminya. Banyak pula stigma di masyarakat yang mendorong terjadinya toxic positivity, misalnya meluapkan emosi adalah sebuah bentuk ketidaksabaran. Padahal memendam emosi tak kalah bahaya dengan mencurahkan emosi.