Muhammadiyah Sumedang Soroti Kurangnya Tradisi Tabayyun Terhadap Maraknya Hoaks Jelang Pilpres

Menjelang berugulirnya Pilpres, sebaran haoks semakin masif dilakukan. Hoaks diproduksi dan disebarkan untuk menyerang bahkan menjatuhkan lawan politik. cara tersebut akan terus-menerus dilakukan sehingga masyarakat luas percaya dan mengamini berita bohong tersebut.

Muhammadiyah Sumedang Soroti Kurangnya Tradisi Tabayyun Terhadap Maraknya Hoaks Jelang Pilpres
Wakil Ketua PDM Sumedang Majelis Hikmah dan Kebijakan Publik, Supala/foto: istimewa

MONITORDAY.COM – Menjelang berugulirnya Pilpres, sebaran haoks semakin masif dilakukan. Hoaks diproduksi dan disebarkan untuk menyerang bahkan menjatuhkan lawan politik. cara tersebut akan terus-menerus dilakukan sehingga masyarakat luas percaya dan mengamini berita bohong tersebut.

Maraknya haoks ini bisa diatasi dengan tradisi tabayyun. Seperti yang dikatakan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sumedang, Supala, bahwa tabayyun menjadi hal penting dalam menghadapi maraknya sebaran hoaks di tahun politik ini.

Dia mengatakan, Muhammadiyah sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, tidak akan secara langsung terjun ke dalam politik praktis. Namun tetap mempunyai landasan penting untuk memilih pemimpin yang baik dan memberi maslahah untuk bangsa dan agama.

“Secara organisasi Muhammadiyah netral, tidak ke 02 maupun 02. Namun secara pribadi para pimpinan pempersilahkan para memilih sesuai ijtihad masing-masing,” tutur Supala kepda monitorday.com, Minggu (10/2).

Namun, Dia menyoroti anggota Muhammadiyah di Sumedang sendiri yang belum mempunyai tradisi tabayyun dalam menghadapi Pilpres ini. Padahal hoaks semakin masif dan gencar disebarkan. Karena itu, banyak dari mereka yang masih terpengaruh berita tersebut.

“Jadi ada tradisi di kita yang belum terbangun, yaitu tradisi tabayyun. Yaitu melihat dan memverifikasi langsung berita dari sumber aslinya, atau berita yang sebenarnya. Jadi sangat sedikit di kalangan kita yang paham seperti itu. Padalah gerakan hoaks ini sangat luar biasa,” ungkap Supala.

“karena itu saya melihat kecondongan simpatisan Muhammadiyah di Sumedang sendiri condong ke 02, karena masih banyak yang kurang Tabayyun terhadap hoaks yang ada,” tambahnya.

Supala mengatakan, tradisi tabayyun yang belum terbangun dalam menghadapi Pilpres ini akan berakibat pada sangkaan yang berlebihan terhadap salah satu calon yang cenderung banyak menjadi sasaran hoaks.

“Saya juga heran, dengan masyarakat saat ini, seperti Indonesia saat ini akan kiamat, Indonesia akan punah. Itu diakibatkan karena mereka kurang memahami  dan cenderung tidak tabayyun terhadap berita yang justru akan merugikan Muhammadiyah sendiri,” ungkap Supala.

Padahal, kata Dia, Muhammadiyah berkomitmen untuk tetap menjaga kerukunan diantara berbagai perbedaan pandangan, termasuk perbedaan pilihan politik. menurutnya, hal ini yang harus dipegang oleh setiap anggota Muhammadiyah.

“Seperti dalam keputusan Muktamar Muhammadiyah 47 di Makassar itu mempunyai 13 rekomendasi, yang diantaranya, Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu, kemudian yang lain, terbinanya kerukunan, toleransi dan lain-lain. Jadi Muhammadiyah begitu inklusif berfikirnya,” jelas Wakil Ketua PDM Bidang bidang Majelis Hikmah dan Kebijakan Publik ini.

Karena itu, Supala berpesan agar warga Muhammadiyah mulai membangun tradisi tabayyun, sesuai dengan khittah Muhammadiyah dalam menyikapi dinamika politik kebangsaan. Jangan sampai perbedaan pilihan politik mengakibatkan antara anggota satu sama lain saling bertentangan.

“Muhammadiyah komitmen untuk menjaga ukhuwah seluruh anggotanya, jangan sampai ada pertentangan karena perbedaan pilihan. Karena kalau begitu akan merugikan Muhammadiyah sendiri,” tegasnya.