Peran Relawan Cukup Tinggi untuk Mendongkrak Partisipasi Politik
Kegaduhan politik jelang Pilpres 2019 meluas baik secara horizontal maupun vertikal. Dari perkotaan hingga pelosok. Dari kalangan elit hingga rakyat jelata. Perang tagar di dunia maya pun merembet ke perbincangan di pinggir jalan, pos ronda, pangkalan ojek, kantin-kantin, ruang perkantoran, ruang tunggu layanan publik, dan tempat-tempat lainnya.

MONITORDAY.COM – Kegaduhan politik jelang Pilpres 2019 meluas baik secara horizontal maupun vertikal. Dari perkotaan hingga pelosok. Dari kalangan elit hingga rakyat jelata. Perang tagar di dunia maya pun merembet ke perbincangan di pinggir jalan, pos ronda, pangkalan ojek, kantin-kantin, ruang perkantoran, ruang tunggu layanan publik, dan tempat-tempat lainnya.
Koordinator Balad Jokowi Muchlas Rowie menilai bahwa dampak positipnya adalah semakin tingginya tingkat pengenalan publik terhadap para calon presiden dan calon wakil presiden. Popularitas yang sangat penting menuju elektabilitas. Hal itu diungkapkannya di sela-sela roadshow ke sejumlah Koordinator Daerah Balad Jokowi di Jawa Barat pada Sabtu (9/2/2019).
“Yang harus diwaspadai adalah dampak negatif kegaduhan politik ini bisa memunculkan apatisme bagi masyarakat yang merindukan kedamaian,” kata Muchlas.
Divisi Riset Kordinator Pusat Balad Jokowi merekomendasikan agar para relawan dan simpatisannya memetakan dan mengatisipasi potensi ini. Tingkat partisipasi politik yang rendah merugikan atau setidak-tidaknya menghambat proses konsolidasi demokrasi di Indonesia. Tingginya golput bisa diakibatkan oleh distrust atau ketidakpercayaan publik pada calon pemimpinnya, pada penyelenggaraan pilpres, maupun terjadi karena kendala administratif.
Pada Pilpres 2014, angka partisipasi pemilih hanya 70,9%. Lima tahun sebelumnya angka partisipasi Pilpres 2009 sedikit lebih tinggi, yakni 71,7%. Dengan potensi golput sebesar 28% hingga 30% tersebut seharusnya menjadi peluang bagi para kandidat untuk merebut suara mereka yang diidentifikasi golongan putih atau golput.
Setidaknya ada potensi yang cukup besar pada undecided voters (belum memutuskan pilihan)dan swing voters (masih bisa berubah pilihannya). Basis massa loyalis tetap harus diperhatikan. Namun mengajak mereka yang ‘masih bingung untuk memilih siapa’ menjadi lebih penting. Menggerakkan relawan untuk menjelaskan visi kandidat dan meraih simpati calon pemilih menjadi prioritas.
Berbeda halnya dengan pemilihan anggota legislatif. Pada Pileg 2009 angka partisipasi pemilih sebanyak 70,7%. Pileg 2014 angka partisipasi melonjak hingga 75,2% atau golput hanya 24,8%. Sementara target Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebesar 77,5%. Besar kemungkinan efektifitas mesin partai dan konsolidasi yang dilakaukan para caleg memang lebih tinggi.
Balad Jokowi fokus untuk mengkaji alasan para golputers dari yang bersifat ideologis hingga teknis dan administratif. Hingga langkah yang taktis bisa dilakukan untuk merebut suara mengambang. Ada yang beralasan bahwa para kandidat tidak memenuhi keinginan pemilih, pesimistis terhadap hasil pemilu , minimnya informasi tentang pemilu, hingga kendala dalam mengurus surat pindah TPS. Alasan yang paling ideologis adalah tidak percaya pada pemilu yang merupakan bagian dari sistem demokrasi.
“Kehadiran simpul-simpul relawan akan menjadi sangat penting untuk mendorong tingkat partisipasi dalam pilpres kali ini. Mereka akan memastikan para pemilih terdata di DPT, memahami pilihan politiknya, hadir ke TPS dan memilih paslon 01, “ pungkas Muchlas Rowi.