Mengenal Grand Syeikh Al-Azhar Lebih Dekat (2)

Mengenal Grand Syeikh Al-Azhar Lebih Dekat (2)
Foto: wasathiyah.com

MONITORDAY.COM - Perhatian Grand Syeikh Terhadap Mahasiswa Asing

Salah satu komitmen beliau yang sangat jelas dan gamblang adalah bahwa mahasiswa asing di Al-Azhar merupakan tulang punggung Al-Azhar dalam melakukan misi internasional Al-Azhar untuk menyebarkan misi perdamaian dunia yang merupakan esensi ajaran Islam. Untuk itu, beliau memberikan perhatian yang sangat luar biasa kepada para mahasiswa asing.

Diantara perhatian beliau diwujudkannya dengan membentuk Parlemen Wafidin (Parlemen Mahasiswa Asing/PMA). Lembaga ini independen dan dibimbing langsung oleh Grand Syeikh. Fungsi utama lembaga ini adalah menampung seluruh aspirasi dan persoalan mahasiswa asing di Al-Azhar dan mengkomunikasikannya secara langsung kepada GISYA.

Beliau membuka akses komunikasi langsung para pengurus PMA dengan beliau, sehingga tidak ada keluhan mahasiswa asing yang terkendala birokrasi. Tidak ada persoalan yang sampai kepada beliau, kecuali beliau akan mencarikan solusinya saat itu juga. Untuk itu, beliau dijuluki sebagai Abu al Wafidin (Ayah bagi mahasiswa asing). 

Demikian pula perhatian beliau terhadap pelajar/mahasiswa Indonesia di Mesir yang saat ini berjumlah hamper 10.000 orang, dimana mayoritas mereka belajar di Universitas Al Azhar. Seluruh pelajar dan mahasiswa Indonesia (bahkan seluruh pelajar/mahasiswa asing program S-1 di fakultas keislaman), tidak dikenakan pembayaran tution fee.

Saat ini, ada sekitar 1000 pelajar/mahasiswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa full dari Al-Azhar berupa: uang saku dan gratis asrama. Setiap tahun, GISYA memberikan 110 beasiswa untuk mahasiswa baru dari Indonesia. Selain itu, setiap tahun Al Azhar mengirimkan sebanyak 25–40 tenaga guru agama dan bahasa Arab untuk mengajar di Indonesia selama dua tahun dengan biaya penuh dari Al Azhar.

Penghargaan

Grand Syeikh Al-Azhar meraih berbagai penghargaan dari berbagai negara atas jasanya yang sangat luar biasa untuk umat Islam dan kemanusiaan. Beliau mendapatkan beberapa gelar Doktor Honoris Causa dari berbagai perguruan tinggi di dunia, termasuk dari Univeristas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang pada 2016. Pada 2017, beliau dinobatkan oleh website “themuslim500" Yordania sebagai tokoh nomor 1 dari 500 tokoh Muslim berpengaruh di dunia serta penghargaan-pernghargaan lainnya.

Pribadi Yang Luhung

Beruntung, penulis sempat berguru langsung kepada beliau, tepatnya Ketika menempuh S2 di Al-Azhar. Setiap saya mengadap beliau, saya selalu disambut beliau dengan hangat. Dari sorot mata dan cara beliau bicara, saya menangkap bahwa seluruh kata-kata beliau keluar dari hati. “Indonesia adalah harapan kami, sebab di sanalah penduduk Muslim terbesar di dunia berada. Saya berharap, agar para para mahasiswa Indonesia, kelak dapat menjadi para duta besar Al-Azhar di Indonesia, serta menjadi panutan umat” salah satu kata-kata yang selalu beliau ucapkan setiap kali saya berkunjung ke ruangannya.

Menurut informasi dari salah satu surat kabar Mesir, Dr. Ahmad Thayyeb adalah GISYA yang sampai saat ini tidak mau mengambil gaji dan tunjangan apapun atas jabatannya, padahal jabatan GISYA setara dengan Perdana Menteri. Bahkan, banyak negara yang memberikan uang atas penghargaan yang mereka berikan kepada Grand Imam, tetapi beliau segera menghibahkan dana tersebut untuk kepentingan Al-Azhar.

Dikisahkan pula, setiap kali liburan di kampung halamannya, beliau tidak pernah mau menggunakan mobil dinasnya. Ia lebih memilih kendaraan tua yang ia miliknya secara pribadi. Inilah pribadi luhung yang telah menjadikan jabatannya sebagai jalan menuju ridha-Nya, bukan untuk mencari kesenangan dan kepentingan pribadi yang bersipat duniawi. Bahkan, saat saya S2 di Al-Azhar dan kesulitan keuangan, beliau berkenan membayarkan SPP kami dari uang pribadinya.

Harapan dan Peluang Bagi Indonesia

Setelah mengamati perhatian Al-Azhar terhadap Indonesia yang sangat besar, saya memandang adanya harapan dan peluang yang lebih besar bagi Indonesia pada Al-Azhar, terutama dalam bidang kerjasama keagamaan dan kemanusiaan.

Dalam bidang keagamaan, optimisme tersebut didasari adanya kesamaan pandaangan dan prinsip dalam sikap dan pemahaman keagamaan antara sebagian besar umat Islam Indonesia dan Al-Azhar, sehingga kedua pihak tidak akan menghadapi kendala berarti dalam kerja sama di bidang tersebut.

Selain itu, bidang pendidikan keagamaan perlu menjadi salah satu prioritas utama kerja sama Indonesia-Al-Azhar ke depan adalah dengan menambah jumlah pelajar dan mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu keislama di Al-Azhar dengan perhatian penuh dari pemerintah RI, berupa bantuan beasiswa pendidikan.

Pemerintah juga perlu terus mendorong agar ormas-ormas Islam di tanah air menjadi subjek utama pengembangan kerja sama dengan Al-Azhar dalam menghadapi isu-isu global terkait keumatan dan kemanusiaan.