Mengenal Grand Syeikh Al-Azhar Lebih Dekat

Mengenal Grand Syeikh Al-Azhar Lebih Dekat
Foto: wasathiyah.com

MONITORDAY.COM - Profil dan Pendidikan Grand Imam

Al-Azhar adalah sebuah lembaga pendidikan sekaligus sebagai lembaga keagamaan dan dakwah. Sebagai Lembaga Pendidikan, Al-Azhar telah memainkan peran yang sangat luar biasa, dimana Al-Azhar telah menyelenggarakan pendidikan formal dengan sangat baik, dari jenjang PAUD hingga program S3, serta pendidikan non-formal yang dilaksanakan secara tradisional di Masjid Al-Azhar.

Dua sayap pendidikan di Al-Azhar ini, telah melahirkan sarjana dan ulama-ulama dunia berkaliber internasional. Sebagai lembaga dakwah, Al-Azhar juga telah memainkan peran dakwah secara strategis, baik bagi umat Islam maupun dalam hidup berdampingan dalam kemanusiaan. Selain itu, Al-Azhar semakin aktif dalam isu dan aktivitas kemanusiaan, dimana sikap dan aktivitas Al-Azhar seringkali dianggap sebagai representasi mayoritas umat Islam dunia.  

Sebagai sebuah lembaga yang sangat besar, Al-Azhar dipimpin oleh seorang figur sentral dengan julukan Grand Imam Syaikh Al-Azhar (Al-Imam al-Akbar Syaikhul Azhar). Untuk mempermudah ingatan kita, jabatan Grand Imam Syaikh Al-Azhar kita singkat GISYA.

Figur yang menduduki jabatan GISYA adalah seorang ulama paling senior dan paling berpengaruh di Al-Azhar, dengan puncak kredibilitas keilmuan yang diakui oleh para ulama Al-Azhar. Untuk itu, GISYA adalah pemilik otoritas tertinggi di Al-Azhar.

Julukan Grand Imam di atas, bukan hanya bermakna sebagai imam shalat dalam istilah yang paling kita kenal, tetapi yang dimaksud Grand Imam (Imam Besar) adalah pemimpin tertinggi dan dijabat seumur hidup. Seorang GISYA dipilih oleh ulama-ulama senior Al-Azhar yang jumlahnya sangat terbatas, lalu ditetapkan oleh Presiden Mesir dimana masa jabatannya adalah seumur hidup.

Sejak tahun 2010, jabatan GISYA dijabat oleh Prof. Dr. Ahmad Muhammad El-Thayyeb, seorang ulama kelahiran Qarnah/Luxor pada 3 Shafar 1365 H/06 Januari 1946 M. Beliau mendapatkan pendidikan dasarnya dari sang ayah, seorang ulama besar di kawasan Luxor yang bernama Syaikh Muhammad El-Thayyeb.

Lalu melanjutkan pendidikannya di SD hingga S3 dan beliau meraih gelar Doktor tahun 1977 pada Jurusan Aqidah dan Filsafat Universitas Al-Azhar. Pada tahun yang sama, beliau mendapatkan undangan dari pemerintah Prancis untuk melakukan penelitian (Post Doctoral) di Universitas Sorbone Paris, Prancis.

Karir akademik beliau dimulai merangkak dari dasar. Beliau meniti karir sebagai asisten dosen Universitas Al-Azhar pada 1969. Setelah meraih Guru Besar, beliau beberapa kali diangkat sebagai Dekan di beberapa Fakultas Universitas Al-Azhar. Bahkan, beliau pernah menjadi Dekan Fakultas Ushuluddin Internasional Islamic University, Islamabad-Pakistan (1999-2000). Pada 2002, beliau diangkat diangkat sebagai Grand Mufti Republik Arab Mesir; dan pada 2003 beliau diangkat sebagai Rektor Universitas Al-Azhar. Kemudia pada 19 Maret 2010, beliau diangkat menjadi Grand Imam Syeikh Al-Azhar ke-48. 

Hakikat Jabatan Grand Imam Syeikh Al-Azhar

Pada saat Dinasti Usmani memerintah Mesir, pada 1101 H/1690 M dibentuk sebuah susunan terbaru organisasi Al-Azhar, tepatnya bernama Masyikhakh Al-Azhar (Lembaga Syeikh Al-Azhar). Lembaga ini dipimpin oleh seorang ulama inti yang dijuluki Syeikh Al-‘Umum (Syeikh Induk) yang menjabat sebagai Syeikh Al-Azhar, dengan gelar dan julukan resmi: Al-Imam Al-Akbar (Grand Imam). Dengan demikian, gelar Grand Imam Syeikh Al-Azhar (GISYA) bukanlah sebuah jabatan yang biasa, sebab GISYA adalah simbol puncak ilmu keislaman dan pemegang otoritas tertinggi di Al-Azhar. Bahkan, dalam UU Mesir, protokol Grand Imam Syeikh Al-Azhar setara dengan jabatan Perdana Menteri.

Peranan Grand Imam

Selama menjabat sebagai GISYA, Prof. Syaikh Ahmad Thayyeb adalah orang yang dikenal sangat konsiten dalam menyebarkan dan menegakkan risalah perdamaian yang merupakan nilai tertinggi dari ajaran Islam, baik perdamaian antar pemeluk agama maupun internal umat Islam. Untuk itu, beliau sangat menentang oknum pemeluk agama apapun yang merendahkan martabat agama lain, baik dengan perilaku maupun perkataan. Sebagai contoh, beliau sangat menentang mereka yang melakukan kekerasan atasnama Islam, sebab dalam pandangannya, cara-cara semacam ini hanya akan menyudutkan ajaran Islam.

Grand Imam juga mendorong dan mengupayakan perjuangan kemerdekaan, kebebasan, dan kedaulatan setiap bangsa serta membela setiap bangsa yang masih terjajah dan tertindas oleh bangsa asing, terutama Palestina, serta sikapnya atas penindasan yang dialami umat Islam Rohingnya. Beliau pernah meminta seluruh cabang Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar seluruh dunia, untuk mengadakan seminar di negara masing-masing dengan mengangkat tema seputar moderatisme dan perlunya melindungi anak-anak muda dari pengaruh pemikiran radikal dan takfiri. Salah satu kegelisahan beliau adalah semakin maraknya pengaruh pemikiran radikal di kalangan remaja, yang disusupkan dengan berbagai cara yang sangat halus.

Untuk itu, beliau merasa memiliki kewajiban sangat besar untuk memperhatikan anak-anak muda yang memiliki semangat keislaman yang sangat baik, tetapi mendapatkan sumber pengajaran Islam dari pihak-pihak yang tidak tepat, dimana mereka belajar Islam hanya melalui media sosial. Melihat realitas dan tantangan semacam itu, Grand Syeikh segera mendirikan sebuah lembaga di Al-Azhar yang secara khusus memantau pemikiran radikal yang disebarkan kelompok-kelompok yang mengaku Islam, lalu mengcounternya secara ilmiah. Lembaga ini dinamai al-Marshad (Observatorium Pemikiran).

Setidaknya terdapat dua peran yang saat ini diperjuangkan oleh Grand Syeikh Al-Azhar dalam menata kondisi umat Islam: Pertama, mengokohkan dan mekakukan perubahan-perubahan dalam Al-Azhar dan masyarakat Mesir. Kedua, memperbaiki citra Islam di mata dunia yang selama ini telah dirusak oleh mereka yang mengaku diri memperjuangkan Islam, tetapi ternyata merusak Islam, sebab Islam diidentikkan dengan kekerasan dan terorisme.

Untuk itu, beberapa tahun terakhir ini, beliau sangat sibuk berkunjung ke berbagai negara di seluruh dunia, terutama di benua Eropa dan Amerika. Dalam setiap kunjungannya, beliau tidak pernah lelah menjelaskan ajaran Islam yang sebenarnya dan meluruskan citra Islam di mata masyarakat dunia. Saat ini, beliau tampil sebagai tokoh yang dipercayai umat Islam dunia untuk melakukan tugas yang sangat besar ini.