Kiat Sukses Menjadi Pembelajar Produktif di Era Pandemi COVID-19

MONITORDAY.COM - Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah produktivitas sumber daya manusia (SDM). Bangsa yang unggul dilihat dari tingginya tingkat produktivitas SDMnya. Merujuk pada data yang diterbitkan oleh Asian Productivity Organization (APO) dalam APO Productivity Data Book 2020 seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini, diketahui bahwa posisi produktivitas per pekerja Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Bahkan lebih buruk lagi bahwa produktivitas per pekerja Indonesia berada di bawah rata-rata tingkat produktivitas tenaga kerja 6 negara ASEAN terbesar.
Produktivitas tenaga pekerja Indonesia hanya seperlima dari Singapura, dimana produktivitas Singapura berada pada peringkat pertama di antara negara-negara ASEAN. Produktivitas per pekerja Indonesia hanya berkisar USD23.900. Hal tersebut hanya seperlima dari Singapura yang berada di peringkat pertama dengan produktivitas per pekerja sebesar USD149.100. Selain itu tenaga kerja Indonesia masih terpaut jauh dari Malaysia dengan produktivitas per pekerja sebesar USD55.400 atau lebih dari dua kali lipat Indonesia.
Tidak ada jalan lain solusi bagi permasalahan Indonesia untuk keluar dari zona ini yakni dengan meningkatkan keunggulan kapasitas SDM dalam waktu sesingkat-singkatnya sehingga mampu berkompetisi secara global. Pengembangan kapasitas SDM unggul di Indonesia harus dimulai dari lingkungan pembelajar pendidikan vokasi, dimana pendidikan ini yang langsung mencetak tenaga kerja terjun ke dunia kerja. Pendidikan vokasi merupakan subsistem pendidikan nasional yang berbasiskan keterampilan dan penguatan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah langsung pada dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja.
Para pembelajar sebagai makhluk biologis dan fisik tidak terlepas dari konsep “Siapa yang kuat maka dialah yang menang”. Konsep ini menuntut adanya sebuah kemajuan dan inovasi dalam produktivitas. Pembelajar semaksimal mungkin memaksimalkan potensi manusia untuk mencapai target-target dan mendapatkan hasil yang diinginkan dari sebuah tindakan.
Sayangnya pembelajar saat ini berada pada zaman yang penuh gangguan. Pembunuh utama produktivitas yang berada pada zaman ini yaitu gangguan dari Media Sosial. Media sosial YouTube masih menjadi media sosial terpopuler di Indonesia. Angka pengguna media sosial YouTube mencapai 94% dengan rentang usia berada di kisaran 16 hingga 64 tahun. Angka tersebut dikutip dari Beritasatu.com berdasarkan survei yang dilakukan GWI pada triwulan ketiga 2020 sebagai berikut.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Microsoft, diketahui bahwa penggunaan media sosial seperti Youtube, Facebook, Twitter, Instagram dan Tiktok menganggu konsentrasi pengguna dan dibutuhkan waktu dengan rata-rata 23 menit bagi pengguna untuk kembali fokus kepada aktivitas tugasnya. Gangguan ini dapat berlangsung dari beberapa menit hingga kurang dari satu jam pada awal-awal melakukan aktivitas.
Pada masa pandemi COVID-19 ini, media sosial telah menjelma menjadi penganggu produktivitas yang paling besar dan paling dominan seiring dengan penggunaan media online dalam pembelajaran jarak jauh. Akibatnya muncul rasa malas yang sangat susah untuk dilawan dan juga sulitnya berkonsentrasi ketika belajar, terlebih ketika para pengajar lebih sering memberikan banyak tugas yang membuat para pembelajar semakin bosan dan stress ketika belajar. Kondisi ini telah berlangsung lebih dari satu tahun di Indonesia. Akibatnya kondisi ini banyak mendorong para pembelajar sibuk sendiri di "dunia layar" (SCREEN world) pada smartphonenya dengan kapasitas jelajahannya jauh dan lebih tak terbatas dibanding "dunia ruang" (SPACE world).
Produktivitas dapat dimaknai sebagai output dari suatu input. Hal tersebut menandakan bahwa seberapa banyak hasil yang didapatkan dari apa yang telah investasikan. Ilustrasi mudahnya, jika seorang pembelajar menginvestasikan waktu tiga jam untuk menyelesaikan satu tugas yang seharusnya diselesaikan dalam waktu enam jam, maka secara teknis pembelajar tersebut menjadi lebih produktif. Akan tetapi definisi tersebut lebih cocok mengilustrasikan untuk sebuah pabrik dari pada bagi seorang individu pembelajar, dengan meminjam definisi yang dikembangkan Mohammed Faris (2016) dimana produktivitas adalah sebuah proses tentang membuat pilihan yang cerdas (secara terus-menerus) dengan fokus, energi, dan waktu melalui pemaksimalan potensi para pembelajar untuk meraih hasil yang bermanfaat.
Maka seorang pembelajar yang produktif harus memiliki tiga unsur sekaligus yakni -fokus, energi, dan waktu- dalam mengelola dirinya agar mencapai tujuan yang bermanfaat. Jika seorang pembelajar hanya memiliki fokus dan waktu saja, tetapi kekurangan energi, maka pembelajar tersebut akan merasa sangat lelah dan lesu untuk menangani tugas-tugasnya. Selanjutnya, Jika seorang pembelajar hanya memiliki banyak energi dan waktu saja tetapi kurang fokus, maka konsentrasi pembelajar akan terus-menerus terganggu, melompat dari satu tugas ke tugas lain, sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas yang sedang dihadapinya. Kemudian, Jika seorang pembelajar hanya memiliki energi dan fokus saja, tetapi tidak mempunyai waktu maka pembelajar tersebut juga tidak dapat produktif. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pembelajar yang produktif, maka seorang pembelajar harus memiliki hasil dari ketiga unsur tersebut.
Definisi produktivitas di atas sangat membantu bagi seorang pembelajar untuk melakukan evaluasi diri serta dapat memahami mengapa dirinya menjadi tidak produktif pada saat-saat tertentu. Jika pada saat ini seorang pembelajar menanyakan pada dirinya sendiri misalnya 'Saya ini lesu, tidak fokus, atau terburu-buru?" maka kiat sukses untuk produktif adalah dengan menjawab pertanyaan tersebut pada unsur mana saja yang harus dimaksimalkan -fokus, energi, atau waktu- untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu seorang pembelajar yang produktif harus memiliki kemampuan untuk meningkatkan ketiga faktor -fokus, energi, dan waktu- agar mencapai tujuan yang bermanfaat.
Akhirnya, untuk menjadi seorang pembelajar yang produktif pada era masa pandemi COVID-19 sangatlah tidak mudah, butuh waktu dan kerja keras untuk menjadi produktif. Seorang pembelajar harus selalu mampu membuat pilihan cerdas setiap harinya, hingga kebiasaan-kebiasaan yang bermanfaat tertanam dan sikap produktif menjadi gaya hidupnya.