Cara Unik Finlandia Bangun Literasi Warganya

MONITORDAY.COM - “Kejujuran adalah salah satu dasar pendidikan karakter,” ungkapan para bijak bestari ini betul adanya. Apalagi jika kita sejenak rehat ke Finlandia. Sebuah negara yang terletak di Eropa Utara dan sama luasnya dengan Pulau Sumatera.
Selain dikenal karena maysarakatnya yang sangat jujur, Finlandia juga selalu mendapatkan skor PISA yang tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia. Mereka selalu berada di tiga besar.
PISA atau Program for International Student Assessment adalah penilaian tingkat dunia yang diselenggarakan tiga tahunan, untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah yang berusia 15 tahun. PISA merupakan program internasional yang paling komprehensif untuk mengukur performance siswa dan mengumpulkan data tentang faktor siswa, keluarga, dan lembaga yang menjelaskan perbedaan kinerja.
Penyelenggara PISA adalah OECD dengan tujuan menguji dan membandingkan prestasi anak-anak sekolah di seluruh dunia. PISA dimaksudkan untuk meningkatkan metode pendidikan dan hasil-hasilnya.
Awalnya PISA meliputi; literasi membaca, literasi sains, dan literasi matematika dengan fokus cakupan ditentukan pertiga tahunan. Tapi seiring perubahan ilmu pengetahuan, cakupan PISA pun meliputi tiga hal.
Pertama Keterampilan literasi para siswa di masing-masing negara dalam perbandingan dengan keterampilan serupa di negara-negara yang berpartisifasi lainnya. Kedua, memantapkan “Benchmark” untuk peningkatan pendidikan. Ketiga, memahami kekuatan dan kelemahan relatif dari sistem pendidikan.
Literasi dalam PISA tidak dimaknai dalam konteks membaca dan menulis semata. Literasi diukur secara kontinum, bukan sekadar sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki seseorang. Literasi dalam PISA dimaknai sebagai kemampuan siswa yang kontinum.
Seseorang yang “literate” memiliki suatu rentang kompetensi dan tidak ada rentang pembatas yang nyata antara seseorang yang “fully literate” dengan yang tidak. Dengan demikian, pengenalan dan penguasaan literasi merupakan suatu proses sepanjang hayat, bukan hanya berlangsung disekolah saja tetapi juga dilakukan melalui interaksi dengan kelompok siswa, kolega, dan komunitas yang lebih luas.
Soal literasi ini, ada yang namanya masyarakat ‘literate’ yang menjadi salah satu komponen penting dalam mewujudkan kualitas pendidikan. Meminjam hasil penelitian John W. Miller, Presiden Central Connecticut State University, New Britain pada tahun 2016 dalam daftar 61 negara-negara dengan peringkat literasi di dunia, Finlandia merupakan negara paling “literate” atau terpelajar di dunia.
Cara Finlandia mewujudkan negara “literate” menjadi hal yang sangat penting. Hasil penelitian John W. Miller mengungkapkan pula bahwa pengenalan dan penguasaan literasi di Finlandia diawali dari inisiatif pemerintah dengan cara mengirimkan bingkisan paket kepada orangtua yang baru memiliki bayi. Paket tersebut diberikan untuk mendukung pendidikan anak sejak usia dini. Setiap keluarga yang baru memiliki bayi berhak mendapatkan bingkisan paket perkembangan anak yang berisi keperluan bayi, pakaian dan mainan termasuk buku untuk ayah, ibu, dan juga bagi bayi itu sendiri.
Tradisi Literasi di lingkungan keluarga dibangun dengan cara para orangtua mendongeng kepada anak-anaknya sebelum tidur. Dongeng sebelum tidur ini dibudayakan dalam rangka membangun kedekatan dan pengetahuan bagi-anak-anaknya. Kultur bercerita sudah jadi tradisi orang-orang Finlandia dari masa ke masa.
Dongeng-dongeng yang diceritakan kepada anak-anaknya sebelum tidur ini umumnya berkaitan dengan cerita rakyat dan kepercayaan atau mitologi Finlandia di orientasikan untuk membentuk karakter anak, terutama untuk memperkenalkan anak dengan hal-hal yang baik dan buruk, menghormati orangtua, dan menghargai sesama. Lewat kebiasaan bercerita ini, minat baca anak terpupuk sejak dini, keaktifan orang tua sebagai penunjang belajar anak pun dapat terus berjalan, dan minat baca dalam keluarga menjadi berkembang.
Perpustakaan merupakan institusi budaya yang menjadi kebanggaan bagi orang-orang Finlandia. Setiap tahun, jumlah buku yang diterbitkan di Finlandia dan jumlah buku yang dipinjam dari perpustakaan umum oleh masyarakat selalu tinggi. Buku yang diterbitkan lebih banyak buku anak-anak dengan jumlah penerbitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya. Stok buku-buku baru yang sesuai dengan rentang usia dan kebutuhan pembaca selalu tersedia.
Petugas perpustakaan di Finlandia merupakan lulusan terdidik yang dengan senang hati menjadi referensi tambahan bagi tamu yang ingin bertanya. Di Finlandia selain ada perpustakaan keliling untuk daerah yang sulit dijangkau juga tak asing dengan perpustakaan yang menyatu dengan mall. Dengan demikian, Ibu-ibu yang sedang berbelanja yang membawa anaknya bisa meninggalkan anaknya di perpustakaan untuk membaca.
Program TV yang menayangkan serial yang berasal dari luar Finlandia tidak dilakukan slang baik primer maupun skunder tetapi hanya diberi teks terjemahan. Pemerintah atau Institusi sebagai pemilik studio TV lebih memilih mencantumkan subtitles atau teks terjemahan di tayangan asing yang tampil di TV. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kebiasaan membaca pada anak-anak dan masyarakat Finlandia. Jika mereka ingin mengetahui kelanjutan kisah tayangan favorit mereka, tentunya mereka harus mampu membaca dengan cepat.
Finlandia adalah model dan fenomena dalam mewujudkan negara literate yang berdampak positif pada peningkatan mutu pendidikan negaranya. Betapa panjang perjalanan yang ditempuh untuk mewujudkannya. Kokohnya sinergitas dan kolaborasi yang di bangun oleh pemerintah, orang tua, dan masyarakat dalam membangun tradisi literasi didukung dengan komitmen yang kuat dan konsistensi dalam membangun tradisi literasi diantara unsur pemerintah, masayarakat dan orang tua, Finlandia melalui pengorbanan, waktu, materi, dan energi dalam membangun negara literate telah menuai hasil yang luar biasa. Produk pendidikan yang berkualitas di Finlandia melahirkan generasi masa depan dengan karakter berfikir kritis, kompeten, kreatif, dan komunikatif dan siap menjadi generasi yang kompetetif.
Meskipun berdasarkan hasil penelitian John W. Miller, Indonesia berada pada posisi 60 dari 61 negara yang diteliti dalam konteks Negara literate. Sesungguhnya Indonesia potensial untuk mewujudkan negara literate pada posisi tertinggi. Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, sila pertama dari Pancasila mengisyaratkan bahwa Indonesia sangat layak bagi orang-orang yang meyakini adanya Tuhan atau menganut suatu agama. Salah satu karakteristik orang beragama, selalu merefleksikan ajaran agamanya dalam kehidupan seharai-hari baik dalam berinteraksi dengan Tuhannya maupun dengan sesamanya selalu berbasis pada kitab sucinya.
Dengan demikian, spirit membangun tradisi membaca untuk membangun masyarakat literate (literacy society) dan Negara literate (literacy state) adalah keniscayaan. Jauhnya jarak yang harus ditempuh, lamanya waktu yang diperlukan untuk mengejar ketertinggalan, banyaknya energi yang harus dikeluarkan untuk mencapainya, gotong royong menjadi salahsatu taruhannya. Wallohu’alam bishowab.