Karunia Allah bagi Orang Beriman (2)

MONITORDAY.COM - Karunia Allah SWT
Saat itu, ketika manusia berada dalam kegelapan dan kejahilan. Akidah dan kehidupan sosial dikotori dengan dominasi hawa nafsu dan pikiran sempit. Allah menurunkan karunia-Nya dengan cara membangkitkan Rasulullah (utusan Allah) dari kalangan mereka sendiri.
Misi utama Rasulullah adalah memberi kabar gembira (bagi yang mengimaninya) dan peringatan (bagi yang mengingkarinya). Kabar gembira dan peringatan akan sampai secara efektif dan dapat dipahami dengan baik, apabila disampaikan dengan bahasa kaumnya.
“Dan kami tidak mengutus seorang rosulpun melainkan dengan bahasa kaumnya. Agar ia dapat memberi penjelasan kepada mereka. Maka Alloh menyesatkan siapa yang Ia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Ia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”(QS.14:4).
Berdasarkan QS.3:64 ada 4 (empat) cara yang harus ditempuh oleh Rasulullah dalam mewujudkan misinya. Salah satu cara diantaranya adalah membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah.
Membacakan Ayat-ayat Allah
Ayat ‘Allah’ yang disampaikan kepada manusia teridiri atas ayat ‘qauliah’ dan ‘kauniah’. Ayat kauniah terbentang di jagat raya dan tersurat pada fenomena dan peristiwa alam. Ayat qauliah merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada rasul-Nya dan tertulis dalam kitab-Nya. Kedua ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh bagai dua sisi mata uang yang akan membimbing manusia ke jalan menuju jalan Tuhannya.
Ayat kauliah mencakup ayat ‘muhkamat’ (ayat-ayat yang jelas maknanya) dan ‘mutasyabihat’ (ayat-ayat yang samar maknanya).”Dia yang telah menurunkan kepadamu Al-Kitab didalamnya ada ayat muhkamat’ yaitu ummul kitab dan yang lainnya ayat mutasyabihat(QS.2:7).
Melalui ayat qauliah dan kauniah, Allah menegaskan tentang keberadaan-Nya, ke-Esaan-Nya, ke- Maha Kuasaan-Nya, dan ke-Maha Sempurnaan sifat-sifat-Nya.
Lima ayat pertama yang diturunkan Allah kepada rasul-Nya untuk dibacakan kepada umatnya diawali dengan perintah “iqra” atau “bacalah” (QS.96:1-5). Melalui perintah ini, Allah berpesan betapa pentingya ‘literasi’.
Kenalillah Tuhanmu, bahwa Dia bukan hanya menciptakan tetapi juga memelihara, mencurahkan rahmat dan kasih sayang, serta memberi petunjuk kepada jalan yang lurus bagi makhluknya.
Disamping itu, kenali pula dirimu. Asal usul komposisi dan karakteristik kamu. Pada awalnya manusia hanyalah ‘sesuatu’ yang tidak berarti apa-apa, tidak berdaya, dan tidak mengetahui apapun.
Budaya ‘literasi’ mengantarkan manusia memperoleh pengetahuan yang luas. Dia tahu tentang siapa dirinya, pada dirinya terdapat unsur jasmani dan rohani, dari mana dia berasal, mengapa ia diciptakan, dan akan kemana dia pada akhirnya.
Selain itu, manusia juga menjadi tahu bagaimana memberdayakan dirinya, cara malaksanakan amanah-Nya terutama dalam mengelola dirinya dan bumi tempat tinggalnya dalam rangka menjalankan titah-Nya.
Perkakas ‘literasi’ bukan hanya ‘bahan bacaan’ yang telah ada, tetapi diperlukan pula alat tulis yaitu pena. Melalui ‘bahan bacaan’ dan ‘pena’, manusia diberi kemampuan untuk berkreasi dan berinovasi.
Kreasi dan inovasi diaktualisasikan dalam konteks mencari cara untuk mendekati Tuhannya agar mendapatkan keridhaan-Nya. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”(QS.5:35).
Namun demikian, Allah mengingatkan tidak dijamin manusia akan taat secara mutlak kepada Allah meskipun budaya literasi telah terwujud. “Ketahuliah. Sesungguhnya manusia itu benar-benar akan angkuh apabila dia sudah merasa berkecukupan” (QS.96:6).
Melalui firman-Nya, Allah menegaskan bahwa manusia baik dalam keadaan bodoh maupun dalam keadaan berilmu, sama saja. Manusia pada akhirnya cenderung “angkuh”. Keangkuhan, ditunjukkan dengan cara menapikan keberadaan-Nya dan mengabaikan titah-Nya. Diutusnya para rasul ditengah-tengah manusia adalah keniscayaan. Wallohu a’lam bishowab.