Isti'adzah, Memohon Perlindungan

Isti'adzah, Memohon Perlindungan
Foto: freepik

MONITORDAY.COM - Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang di turunkan kepada utusannya Muhammad Saw sebagai “khatimun nabiyin” (penutup para nabi). Dengan demikian, Al-Qur’an terbukti sebagai kitab penutup dari Allah Swt, untuk membimbing umat manusia menempuh jalan lurus yaitu jalan kebenaran yang haqiqi.

Bukti bahwa Al-Qur’an sebagai wahyu diungkapkan oleh Al-Qur’an itu sendiri, seperti yang tercantum dalam surat Al-Waqiah: Selanjutnya Aku bersumpah demi tempat-tempat terbenamnya bintang-bintang. Dan itu sungguh sumpah yang amat agung jika kamu tahu. Sesungguhnya inilah Al-Qur’an yang amat mulia. Dalam kitab yang terjaga dengan baik. Tiada yang menyentuhnya selain mereka yang bersih. Diturunkan dari Tuhan Maha Pemelihara alam semesta.” (QS. Al-Waqiah [56]:75-80).

Tidak dapat dipungkiri bahwa Al-Qur’an merupakan kitab yang paling populer di dunia. Didalamnya terkandung ajaran moral, etika, spiritual, dan isyarat-isyarat ilmiah. Meskipun demikian, Al-Qur’an pun menjadi kitab yang paling banyak menimbulkan kesalah pahaman.

Untuk menghindari kesalahpahaman, diperlukan keinginan yang mendalam dan upaya yang ekstra untuk membuat pesan Al-Qur’an dapat diakses dan berguna secara langsung bagi umat manusia yang lebih luas.

Langkah awalnya adalah membangun budaya literasi Al-Qur’an secara intensif di kalangan kaum muslimin. Budaya literasi merupakan wahana dalam membangun peradaban islam yang terefleksikan dalam kehidupan Islami yaitu kehidupan yang diwarnai dengan akhlaq Al-Qur’an seperti tercermin dalam kepribadian Rasulullah.

Al-Qur’an telah memberi arah yang jelas terkait dengan tahapan membangun literasi. Ia mengungkapkan tahapannya secara tidak langsung yaitu dengan cara menginformasikan tugas dan tanggung jawab utusan-Nya.

“Dia-lah yang telah membangkitkan di kalangan masyarakat yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis) seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, membersihkan mereka, mengajarkan kepada mereka al-kitab dan hikmah, Dan sesungguhnya keadaan mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.Al-Jumu’ah[62]:2).

Salah satu kata kunci  dalam konteks membangun literasi yang tercantum dalam ayat tersebut adalah kata membersihkan mereka.” Kata ini mengindikasikan bahwa diantara hal terpenting dalam membaca ayat-ayat Allah adalah kebersihan lahir dan batin.

Aktivitas membaca hakekatnya melibatkan unsur lahir dengan instrumen utamanya mata, dan unsur bathin dengan instrumen utama hati. Kedua unsur tersebut tidak akan terbebas dari debu-debu yang mengotorinya. Agar dapat menangkap pesan yang terkandung dalam ayat-ayat Allah yang dibacanya dengan benar, sebelum melakukan aktivitas membaca selayaknya unsur lahir dan bathin tersebut dalam keadaan bersih.

Dalam konteks membersihkan unsur lahir menurut ijtihad para fuqaha, sebelum membaca ayat-ayat Alloh yang terdapat dalam al-qur’an di sunatkan berwudu.

Secara umum, anggota wudhu meliputi wajah, tangan sampai siku, rambut, dan kaki  sampai mata kaki (QS.Al-Maidah[5]:6). Adapun secara rinci tata cara dan anggota wudhu tercantum dalam hadist-hadist shohih. Makna filosofis wudhu adalah membersihkan kotoran yang melekat pada wajah, tangan, rambut, dan kaki yang selalu menjadi media dalam perbuatan dosa yang dilakukan manusia.

Kebersihan jiwapun sangat diperlukan ketika  melakukan aktivitas membaca ayat-ayat Allah. Kebersihan jiwa di tandai dengan bersihnya hati.

Hati manusia menurut hadist qudsi, digambarkan oleh Allah sebagai berikut: "Hai anak Adam, Aku telah menciptakan taman bagimu, dan sebelum kamu bisa masuk ke taman ciptaan-Ku, Aku usir setan dari dalamnya. Dan dalam dirimu ada hati, yang seharusnya menjadi taman yang engkau sediakan bagi-Ku." (Hadis Qudsi).

Ketika menjelaskan makna- “Dan dalam dirimu ada hati, yang seharusnya menjadi taman yang engkau sediakan bagi-Ku”- dari hadis qudsi tersebut, Al-Fakhr al-Razi mengilustrasikannya: Wahai hambaku Aku sudah berada di tamanmu selama tujuh puluh tahun, mengapa belum juga kau keluarkan musuh-Ku?. Mengapa belum kau usir dia?”.

Ketika itu hamba menjawab: Tuhanku, Engkau berkuasa untuk mengeluarkan dia dari taman-Mu. Tetapi aku hamba yang rentan dan lemah. Aku tidak kuasa mengeluarkannya.” Allah bersabda: “Orang lemah akan menjadi kuat apabila ia memasuki perlindungan Raja Yang Perkasa. Masuklah dalam perlindungan-Ku sehingga engkau sanggup mengeluarkan setan dari taman hatimu.” Ucapkanlah: “Aku berlindung kepada Allah dari Setan yang terkutuk.” (Al-Fakhr al-Razi 1:99)

Keterpeliharaan hati manusia sebagai taman Allah dalam dirinya, rentan dikotori oleh bisikan-bisikan setan. Setan akan menghadirkan keraguan terhadap kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Allah. Dan setanpun akan selalu berusaha menghalangi pembacanya untuk mengamalkan ajaran Al-Qur’an.

Ada dua jenis setan yang menjadi musuh manusia dan selalu mengotori hatinya. Pertama, musuh lahir, yaitu setan dari kalangan manusia (istri, anak, suami, orang tua, teman, tetangga, atasan, pemimpin, guru,bahkan ilmuwan). Kedua musuh batin, menyangkut agama dan keyakinan, dan juga ilmu pengetahuan produk manusia. Kedua musuh ini akan menyerang manusia di berbagai tempat, di setiap waktu, dan dalam berbagai situasi dan kondisi.

Untuk memelihara hati tetap bersih terutama pada saat membaca Al-Qur’an, Allah memerintahkan agar selalu memohon perlindungan kepada-Nya. “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS.An-Nahl [16]:98).

Kapankah Isti’adzah dibaca? Sebagian besar sahabat, tabiin, dan ulama berpendapat bahwa isti’adzah dibaca sebelum membaca Al-Qur'an. Sementara sebagian lainnya seperti Abu Hurairah dan dari kalangan tabiin Malik dan Dawud berpendapat Isti’adzah dibaca setelah membaca Al-Qur’an (Tafsir bil Ma’tsur: 5).

Sebenarnya setan sebagai musuh manusia akan mengganggu manusia pada setiap tempat dan keadaan. Sebelum membaca Al-Qur’an akan menghadirkan rasa was-was atau keraguan mengenai kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, dan setelah membaca Al-Qur’an akan menghalanginya untuk mengamalkan ajarannya.

Untuk itu, idealnya bacaaan isti’adzah sebelum dan sesudah membaca al-qur’an. Agar selalu mendapatkan perlindungan Allah dari godaannya dan mampu mengusir keberadaan setan dari hati sebagai taman Allah pada diri manusia. Wallahu’alam bi showab