Islam dan Kemerdekaan

MONITORDAY.COM - Kemerdekaan adalah fitrah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam kondisi merdeka. Konstruksi sosial dan politik yang membuat adanya perbudakan. Namun setting sosial tersebut telah hilang pada masa kini. Seiring dengan ditetapkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, perbudakan di atas dunia dihapuskan. Tak hanya itu, dalam Pembukaan UUD 1945 RI pun penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
Sejarah Islam membuktikan bahwa walaupun setting sosial politik pada saat Islam muncul masih terdapat perbudakan, namun spirit Islam adalah meminimalisir perbudakan. Hal ini terbukti dengan sikap Rasulullah SAW yang sering memerdekakan budak, bahkan diangkat sebagai anak seperti Zaid Bin Haritsah. Sahabat Abu Bakr Ash Shiddiq pun memerdekakan Bilal bin Rabah dan memerdekakannya.
Sikap Al Quran senada dengan sikap Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya di atas. Dalam QS. Al Balad : 11-14 Allah SWT memuji orang yang membebaskan budak dan memberi makan orang miskin. Meskipun dalam Al Qur'an memang masih ada ayat pembolehan menggauli budak, namun ayat ini sudah tidak berlaku lagi manakala sistem perbudakan sudah hilang.
Hilangnya perbudakan artinya tujuan Al Qur'an sudah tercapai. Karena ajaran Islam pro kemerdekaan. Maka alangkah bodohnya sekelompok orang yang mengaku mengikuti Al Qur'an dan Sunnah namun membangkitkan kembali perbudakan dengan dalih praktik pada masa Rasulullah SAW. Saya katakan mereka itu sebodoh-bodoh makhluk.
Dalam konteks masyarakat muslim awal, pada era Makkah, umat muslim mengalami intimidasi dan boikot oleh Kafir Quraisy. Dengan kata lain umat Islam tidak merdeka. Kemudian hijrahlah umat Islam ke Madinah. Di Madinah barulah umat Islam memperoleh kemerdekaan dalam menjalankan agamanya. Walaupun begitu, umat Islam masih berada dalam ancaman musuh-musuhnya.
Setelah melewati berbagai tantangan di Madinah, umat Islam berhasil menaklukan kota Mekkah. Masyarakat yang pada awalnya memusuhinya berbondong-bondong masuk Islam. Umat Islam pun memperoleh kemerdekaannya. Umat Islam tak lagi takut untuk beribadah dan meyakini keyakinannya. Sudah tidak ada lagi kelompok yang memusuhi dari bangsa Arab, namun lawan selanjutnya adalah dari peradaban yang mengepungnya yakni Romawi dan Persia.
Dalam konteks kebangsaan, kemerdekaan adalah kebebasan dari penjajahan. Artinya sebuah bangsa menjadi independen untuk menentukan nasib sendiri. Sebuah bangsa tidak lagi dikendalikan dan diatur oleh bangsa lainnya. Untuk merdeka, banyak hal yang harus dikorbankan. Harta, tenaga bahkan nyawa merupakan taruhannya.
Patut disyukuri, atas nikmat Allah SWT bangsa Indonesia berhasil merdeka. Tak dapat dimungkiri, karena umat Islam di Indonesia merupakan mayoritas, maka perannya dalam kemerdekaan pun cukup besar, tanpa mengenyampingkan jasa kelompok lainnya. Kita boleh mengatakan bahwa ajaran agama menjadi spirit perjuangan untuk meraih kemerdekaan.
Banyak pahlawan nasional yang telah ditetapkan pemerintah berasal dari kelompok santri. Hal ini menandakan umat Islam dan ajaran Islam berkontribusi dalam kemerdekaan. Sekali lagi, tanpa bermaksud mengenyampingkan peran kelompok lainnya. Tentu saja kita tidak boleh terjebak dalam romantisme perjuangan kemerdekaan. Tugas selanjutnya adalah bagaimana umat Islam menjadi yang terdepan dalam mengisi kemerdekaan, yakni memajukan Indonesia.