Inovasi dan Riset Kunci Kekuatan Korea Selatan

Inovasi dan Riset Kunci Kekuatan Korea Selatan
Markas Hyundai di Seoul/ net

MONITORDAY.COM - Ginseng memang menjadi salah satu ikon Korea, utamanya Korea Selatan. Konsumen mengidentikkannya dengan obat kuat dan penambah stamina. Tentu tak hanya karena ginseng Korea Utara menjadi negara nuklir yang ditakuti dan Korea Selatan menjadi raksasa ekonomi dan teknologi di Asia.  

Semenanjung Korea memang selalu menarik perhatian dunia. Meski selalu merindukan reunifikasi duo Korea terbelah tajam secara ideologis. Wajah peradaban keduanya bagai bumi dan langit. Korea Selatan menjadi salah satu simbol kemajuan di segala lini. Sangat berbeda dengan Korut yang tertutup dan suram meski tak kalah patriotiknya dalam membela harga diri bangsa. 

Publik Indonesia lebih banyak mengenal Korea Selatan dari K-Pop dan Drama Korea (Drakor). Boleh saja para pecandunya di Indonesia merasa beruntung, emak-emak di Korut bisa dihukum keras kalau sampai ketahuan nonton drakor. Hal itu menandakan bahwa dominasi Korea tak hanya dalam produk-produk berbasis teknologi. Budaya pun menjadi komoditas yang pada akhirnya mendatangkan cuan yang tak kecil. Pundi-pundi negeri ginseng semakin melimpah.  

Korea adalah negara maju sejak era 1990-an dengan pendapatan product domestic bruto (PDB) per-kapitanya hampir USD 32.000 pada 2020. Bandingkan dengan Indonesia yang masih bertengger pada angka kurang dari USD 4.000. Satu banding delapan, jauh sekali.  

Empat dekade berlalu sejak Korea tercabik perang saudara 1950-1953. Ancaman dari Korea Utara membuat Korea Selatan menjadi negara yang selalu siaga dan tak bersantai-santai. Hingga kini kedua negara masih dalam posisi gencatan senjata. Belum secara resmi mengakhiri perang. 

Jauh sebelum era modern, Korea berada dalam jepitan kekuatan politik kekaisaran di Tiongkok dan Jepang. Bangsa Korea telah mengalami masa-masa pahit yang menempa rasa kebangsaan dan etos kerja mereka.   

Korea Selatan tergolong demokratis. Persaingan politik cukup keras. Namun tak sampai memecah belah mereka sebagai sebuah bangsa. Ada kesadaran untuk bersatu demi menghadapi ancaman eksternal. Dalam situasi semacam ini lahirlah para emimpin visioner yang menggeser ekonomi militer ke ekonomi teknologi. 

Peran Amerika Serikat di Semenanjung Korea memang besar. Selepas konflik terbuka dengan Korut, ada skema bantuan dalam wujud Marshall Plan dari AS untuk membangun ekonomi negara itu. Hal yang menguatkan persepsi Korut bahwa Korsel adalah proxy AS.

Bangsa Korea memiliki etos kerja yang tinggi. Mereka menyadari bahwa negerinya minim SDA sehingga tak ada pilihan lain kecuali menguatkan SDM. Sistem pendidikan sangat ketat dan selektif. Bagi mereka yang bersantai-santai akan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. Pun ada wajib militer bagi setiap warga negara yang menggugah militansi dan membentuk mental setiap anak muda untuk berjuang keras demi negara.  

Inovasi dan riset sangat kuat dalam pendidikan dan strategi perusahaan Korsel. Hampir sama dengan Jepang. Inovasi itu menghasilkan usaha dan industri yang memberi nilai tambah. Orientasi industrinya pada ekspor. 

KIA, Samsung. LG, Hyundai adalah sederet nama yang mendunia. Industri otomotif, gawai dan produk elektronik rumah-tangga menjadi andalan ekspor mereka.