Disiplin dalam Protokol Kesehatan Kunci Kendalikan Pandemi

MONITORDAY.COM - Malaysia dikabarkan tak akan memperpanjang lockdown pada 1 Agustus 2021 meski angka penularan dan kebutuhan ICU untuk pasien Covid-19 di negara itu tengah mencatat rekor baru. Masalah ekonomi tentu menjadi salah satu pertimbangan utamanya. Negeri jiran ini memiliki populasi sekira 32 juta jiwa dengan pendapatan per-kapita USD 11.500. Pada dasarnya tantangan mereka jauh lebih baik dibanding Indonesia dengan populasi 267 juta jiwa pada posisi USD 3. 870 pada 2020.  

Sementara itu setelah melihat angka pandemi yang kembali melonjak di Amerika Serikat karena varian Delta banyak pihak ancang-ancang bahwa pandemi akan berlangsung semakin lama. Kini kebijakan penggunaan masker kembali diterapkan di beberapa negara bagian di AS. Angka absolut kasus penularan harian Covid-19 di AS masih tergolong tinggi. Meski beberapa bulan terakhir melandai setelah puncak pandemi di akhir tahun lalu.  

Negara-negara maju memang paling siap menghadapi ‘perang jangka panjang’ melawan Covid-19. Benteng pertahanan sektor kesehatan mereka sangat kuat. Jika kita melirik kabar ekonomi di tengah pandemi di Eropa, dalam prediksi terakhir ekonomi negara dengan kasus tinggi seperti Inggris akan tumbuh 7% di tahun 2021. Demikian juga ekonomi beberapa negara Eropa lainnya yang juga akan bangkit menggeliat. Meski begitu secara global diprediksi ekonomi tumbuh tak jauh dari angka 6%. 

Meski berlangsung lama secara global, harapannya intensitasnya menurun. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi urutan 4 di dunia menghadapi tantangan yang besar. Agar tak terjadi lagi lonjakan tinggi yang mengakibatkan krisis rumah sakit, nakes, obat-obatan, vaksin dan oksigen. Produksi dan distribusi vaksin dan obat-obatan harus dibenahi terus-menerus untuk mengimbangi ancaman pandemi. Impor produk kesehatan yang mencapai Rp 150 Triliun harus diimbangi dengan kesadaran dan langkah untuk membangun industri farmasi yang kokoh.  

Pemulihan ekonomi tetap menjadi prioritas bagi semua negara tanpa menafikan masalah kesehatan. Begitulah sebuah bangsa bertahan hidup. Sama pentingnya dengan upaya di sektor kesehatan. Keruntuhan ekonomi akan membawa efek domino bagi krisis sosial. Orang butuh penghasilan dan pekerjaan. Dengan kata lain tugas berat Pemerintah adalah 
mengatasi pengangguran dan mengoptimalkan jaring pengaman sosial. 

Era digital memang menghadirkan beragam cara baru dalam bisnis. Ekosistem potensial menciptakan banyak peluang kerja. Namun demikian sektor riil seperti pertanian, manufaktur, dan industri pengolahan yang menghasilkan barang kebutuhan konsumen adalah nyawa dari aktivitas ekonomi. Lebih dari 267 juta orang di Indonesia membutuhkan pangan setiap hari. Jika tak ada barang akan terjadi hiper-inflasi. 

Salah satu kata kunci dalam membangun iklim usaha saat ini adalah kemampuan kolaborasi. Produksi dan distribusi barang akan lebih efisien dalam bingkai kolaborasi. Hubungan majikan dan pekerja berubah menjadi kemitraan. Pemerintah perlu menciptakan ruang bagi terciptanya kolaborasi antar pelaku usaha.  

Bagaimanapun setiap pelaku usaha dan pemerintah harus mampu meningkatkan efisiensi. Dengan demikian dunia usaha kita akan lebih kompetitif. Tanpa itu kita tak akan mampu menghasilkan barang bagus dengan harga murah. Sementara produk pesaing dari berbagai negara semakin banyak. Di sisi lainnya Pemerintah harus mampu menurunkan biaya logistik dengan manajemen rantai pasok yang rapi. 

Para pedagang dan pembeli, produsen dan konsumen, pelaku pasar, dan setiap orang harus ketat menerapkan disiplin. Berbagai aturan dan pembatasan tak akan mampu serta merta menahan penyebaran virus. Hanya kesadaran kolektif yang akan menyelamatkan nyawa sesama. Tingkat penerapan protokol kesehatan di pasar-pasar tradisional dan fasilitas publik pada umumnya sangat menentukan tingkat risiko. Kebiasaan yang tidak produktif harus dihilangkan. Selesai bekerja langsung pulang.Kebersihan dan kebugaran tubuh juga harus ditingkatkan.