Kompetisi Ketat di Pilwalkot Surabaya

Pilkada Surabaya 2020 akan diikuti pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Armuji. Pesaing ketatnya Machfud-Mujiaman. Eri birokrat, Machfud purnawirawan POLRI. Sementara Eri dan Mujiaman di kubu sebelah sama-sama alumni ITS. Sedangkan Armuji berlatar anggota DPRD. Komposisi yang melahirkan kompetisi ketat.   

Kompetisi Ketat di Pilwalkot Surabaya
pasangan calon walikota-wakil walikota Surabaya Eri Cahyadi-Armuji/ net

MONDAYREVIEW.COM – Pilkada Surabaya 2020 akan diikuti pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Armuji. Pesaing ketatnya Machfud-Mujiaman. Eri birokrat, Machfud purnawirawan POLRI. Sementara Eri dan Mujiaman di kubu sebelah sama-sama alumni ITS. Sedangkan Armuji berlatar anggota DPRD. Komposisi yang melahirkan kompetisi ketat.   

Eri merupakan seorang aparatur sipil negara (ASN) sejak 2001 di Pemerintah Kota Surabaya. Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini juga sempat menjabat menjadi Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP-CKTR) pada usianya yang ke-34 tahun.

Paslon nomor urut 1 diusung oleh PDI Perjuangan dan didukung oleh PSI. Selain itu mereka juga mendapatkan tambahan kekuatan dari enam partai politik non parlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Hanura, Partai Berkarya, PKPI, dan Partai Garuda.

Sedangkan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman dengan nomor urut 2 diusung koalisi delapan partai yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat dan Partai Nasdem serta didukung partai non-parlemen yakni Partai Perindo.

Machfud berlatar perwira tinggi POLRI. Ia pernah dipercaya menjabat sebagai Kapolda Maluku Utara, kemudian setelahnya dipercaya menjabat Kapolda Kalimantan Selatan masa periode 2013-2015.

Gebrakan Eri-Armuji

Jika kemarin Mondayreview telah mengupas sosok Mujiaman maka kali ini kita akan bahas gebrakan pesaingnya. Salah satu yang dilakukan Calon Wali Kota Kota Surabaya Eri Cahyadi adalah membebaskan ijazah sejumlah pelajar SMA/SMK di Surabaya, Jawa Timur, yang ditahan akibat tunggakan biaya sumbangan biaya pendidikan (SPP).

Sejak Eri di Bappeko (Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya), sudah menganggarkan jangan sampai ijazah SMA/SMK tertahan. Ijazah tentu berarti bagi para pemegangnya. Baik untuk mendapatkan pekerjaan maupun melanjutkan studi. Maka komitmen Eri-Armuji patut diapresiasi.

Eri didampingi tim Saber Ijazah telah menyerahkan ijazah kepada sejumlah pelajar SMA/SMK. Tim Saber Ijazah selama ini melakukan pendampingan dan advokasi terhadap warga tidak mampu yang ijazah ditahan akibat tunggakan biaya SPP. Tim Saber Ijazah terdiri atas mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Bibit Unggul.

Eri mengatakan sejumlah warga yang ijazahnya ditahan kebanyakan di jenjang SMA/SMK Sederajat karena biaya pendidikan jenjang tersebut tidak lagi gratis dan disubsidi seperti saat dikelola oleh Pemkot Surabaya melalui Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA).

Saat ini SMA/SMK se-Indonesia menurut regulasi terbaru memang bukan dalam pengelolaan masing-masing pemerintah kota/kabupaten.

Eri mengatakan saat dirinya menjadi Kepala Bappeko Surabaya bahwa terdapat lebih dari 5.000 beasiswa bagi pelajar Surabaya. Eri akan terus berkomitmen memenuhi hak pendidikan seluruh siswa di Surabaya. Wajib belajar 12 tahun sudah dijamin Pemkot Surabaya. Sudah diatur dalam Perda Nomor 16 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, termasuk jaminan bagi warga tidak mampu untuk dapat mengikuti wajib belajar. Demikian janji politik cawalkot ini.

Untuk itu, Eri berkomitmen memberikan subsidi dan bantuan biaya pendidikan bagi warga Surabaya yang menempuh pendidikan jenjang SMA/SMK. Sehingga tidak ada lagi warga Kota Surabaya yang putus sekolah.

Belasan siswa yang ijazahnya tertunggak memang meminta tolong Eri Cahyadi. Siswa yang mayoritas datang dari sekolah swasta itu mengeluhkan ijazah yang tertahan karena belum bisa membayar SPP. Keluhan tersebut ditanggapi Mahasiswa Bibit Unggul. Mereka adalah mahasiswa yang mendapat beasiswa bertajuk Bibit Unggul dari Pemkot Surabaya.

Eri dan pesaingnya Mujiaman berasal dari kalangan memengah ke bawah. Mereka pernah menikmati beasiswa hingga kini menjadi ‘orang penting’. Apa yang pernah mereka rasakan itu pula yang rakyat deritakan.