Mengenal Pariwisata dan Wisatawan Premium

Hal ini ternyata berhubungan erat dengan pemerintahan sekarang yang mengusung beberapa tempat yang akan dibuat menjadi Bali Baru. Setidaknya ada 10 destinasi wisata dan salah satunya adalah TN Komodo.

Mengenal Pariwisata dan Wisatawan Premium
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Dunia pariwisata merupakan sektor yang sudah tidak asing bagi Indonesia. Bali merupakan sektor pariwisata andalan di Indonesia. Banyak warga mancanegara yang lebih mengenal Bali dibanding Indonesia. Hal ini bukti bahwa Indonesia melalui Bali telah mempunyai tempat wisata berkelas dunia. Belum lagi daerah-daerah wisata lainnya yang terkenal dari tingkat lokal sampai nasional. Sayangnya dunia pariwisata mesti terpukul sejenak oleh pandemi. Dunia pariwisata nyaris mati suri dibebabkan pandemic. Padahal Pemerintah melalui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama tengah mempersiapkan konsep pariwisata dan wisatawan premium. Seperti apakah konsep tersebut?

Dilansir dari situs super adventure, wisata premium adalah istilah yang cukup baru di dunia wisata Indonesia. Hal ini ternyata berhubungan erat dengan pemerintahan sekarang yang mengusung beberapa tempat yang akan dibuat menjadi Bali Baru. Setidaknya ada 10 destinasi wisata dan salah satunya adalah TN Komodo. Alasannya adanya wisata premium ini tentu untuk menarik lebih banyak perhatian para traveler baik mereka yang berasal dari dalam negeri sendiri atau juga mancanegara. Membuat adanya wisata premium mungkin bisa jadi salah satu cara mengantisipasi overtourism.

Sebagaimana namanya, wisata premium mengincar pariwisatawan premium pula. Yakni wisatawan yang mau mengeluarkan budget lebih banyak untuk berwisata. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio tak lagi membuat target muluk jumlah wisatawan berkunjung ke Indonesia. Tapi sebaliknya, menyasar segmen wisatawan premium atau yang berkualitas dengan tingkat pengeluaran yang lebih tinggi. Diharapkan, itu bisa tetap menggenjot penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata.

Selama ini, pengembangan pariwisata cenderung ditekankan pada kuantitas dengan target bisa mendatangkan sebanyak-banyaknya wisman. Bahkan pada 2020, sempat ditargetkan pariwisata Indonesia bisa mendatangkan 20 juta wisman. Padahal dampak pariwisata massal kerap kali mendatangkan kerugian dari sisi kerusakan alam dan lingkungan. Menteri menjelaskan spending wisman yang berkunjung di Indonesia kira-kira USD1.220, sementara di Selandia Baru hampir USD5.000 per kedatangan. Artinya, kualitas wisatawan yang datang ke Selandia Baru lebih tinggi, walaupun jumlah wisatawannya cuma empat juta, jauh lebih sedikit dibanding yang berkunjung ke Indonesia.

Data Kementerian Pariwisata pada Februari 2018 menyebutkan, pengeluaran (spending) turis asing Timteng per orangnya mencapai USD1.918 per kunjungan. Jumlah ini mengalahkan wisatawan dari Eropa sebesar USD1.538 per turis asing per kunjungan. Sementara itu, wisatawan dari Tiongkok yang mengeluarkan USD1.019 tiap turis asingnya per kunjungan. Jika diurutkan berarti tiga besar turis asing yang mengeluarkan uang paling banyak saat berwisata ke Indonesia ialah Timur Tengah, Eropa, lalu Tiongkok.  

Untuk mendukung perolehan devisa dari sektor pariwisata, Kabinet Indonesia Maju di bawah Presiden Jokowi telah menggagas pengembangan lima Destinasi Superprioritas “Bali Baru”, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung akses dan amenitas di destinasi tersebut pun ditargetkan rampung pada 2020. Presiden Joko Widodo mendukung penuh usaha ini. Pemerintahnya siap menggelontorkan  anggaran besar untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Sebab, diyakini anggaran promosi pariwisata akan mendongkrak perolehan devisa dari sektor ini.

Selain mendapatkan apresiasi, sebagian pihak juga mengkritik gagasan ini karena artinya beberapa tempat wisata tidak akan bisa dijangkau oleh masyarakat kebanyakan. Hal ini menjadikan beberapa destinasi wisata hanya bisa dijangkau oleh wisatawan premium. Beberapa permasalahan juga masih terjadi seperti konflik agraria dan SDM yang belum siap di daerah wisata. Hal ini perlu dipikirkan oleh pemerintah ke depannya.