Benarkah Obesitas Dilarang Dalam Islam?

Benarkah Obesitas Dilarang Dalam Islam?

MONITORDAY.COM - Sebuah cuplikan serial film Omar memperlihatkan kehidupan para sahabat di zaman Khalifah Umar bin Khattab r.a. Kala itu Umar berjalan di keramaian, kemudian dengan spontan beliau menghampiri seorang sahabat yang terlihat gemuk dan perutnya buncit. Sambil menunjuk perutnya, Umar menginterogasi, “Kenapa perutmu besar kayak gini?”, Sang Sahabat menjawab, “Ini karunia dari Allah.”

Umar yang terkenal dengan ketegasannya, membantah jawaban sahabat tersebut, “Ini bukan berkah tapi adzab dari Allah.” Selepas itu Umar menyeru umat islam seperti yang biasa dilakukan Rasulullah SAW saat mengeluarkan sebuah hadits. “Hai sekalian manusia! Hindari perut yang besar (tangannya sambil menepuk-nepuk sahabat yang berperut buncit itu). Karena membuat kalian malas menunaikan shalat, merusak organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit.”

Beliau lalu memberi nasihat, “Makanlah kalian secukupnya, agar kalian semangat menunaikan shalat, terhindar dari sifat boros dan lebih giat beribadah kepada Allah.” Mendengar marahnya Umar kepada seorang sahabat pasti membuat kita bertanya-tanya. Emang iya perut buncit berefek pada ibadah? Islam melarang gemuk? Bukankah Allah tidak melihat fisik seseorang?

Memang pada hakikatnya, Allah tidak pernah memperhatikan fisik hamba-Nya, yang diperhatikan Allah hanya ketakwaan hamba-Nya. Merujuk pada hadits berikut, Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan rupa kalian. Akan tetapi Allah hanyalah melihat hati dan amalan kalian.” (H.R. Muslim)

Tetapi di sisi lain, Allah mengatur seputar kesehatan hamba-Nya, Dia menginginkan kebaikan untuk hamba-Nya. Memiliki badan gemuk bukan suatu kesalahan. Hanya saja, bila gemuk itu terlalu berlebihan atau dalam istilah medis disebut obesitas, bisa membahayakan kesehatan. Terlebih jika sebab obesitasnya itu karena rakus terhadap makanan dan pola hidup yang buruk, bukan karena faktor genetik.

Obesitas secara umum adalah suatu gangguan yang melibatkan lemak tubuh berlebihan yang meningkatkan risiko masalah kesehatan. Senada dengan yang dikatakan Umar bin Khattab r.a, obesitas bisa menimbulkan beberapa penyakit.

Dalam situs hellosehat.com dinyatakan bahwa dampak obesitas dapat memicu timbulnya beberapa penyakit, diantaranya jantung, stroke, diabetes, batu empedu, hipertensi, masalah pernapasan, kanker, gangguan sendi tulang dan tentunya rentan dengan kematian.

Hubungannya dengan ibadah kira-kira seperti ini. Untuk beribadah dengan tenang dan nyaman diperlukan tubuh yang sehat. Kita tau bahkan sakit kepala saja bisa membuat kita salat diatas kasur. Apalagi jika penyakit kronis yang bersarang di tubuh kita, tentu menghalangi kita beribadah dengan nyaman, bukan?

Dalam haditsnya, Rasulullah menyebut ciri orang yang suka berkhianat dan ingkar janji, tubuhnya obesitas.

"Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian masa setelahnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan". (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638)

Imam Al-Qurthubi menegaskan bahwa tradisi banyak makan, hobi kuliner yang berlebihan adalah kebiasaan orang kafir. Beliau berkata, "Allah mencela orang kafir karena banyak makan. Maka dari itu, apabila ada orang mukmin meniru tradisi mereka dan menikmati segala kenikmatan dunia setiap saat, lantas di mana hakikat imannya dan pelaksanaan Islam pada dirinya?

Barangsiapa yang banyak makan dan minum, maka ia akan semakin rakus dan tamak, bertambah malas dan banyak tidur di malam hari. Siang harinya dipakai untuk makan dan minum, sedangkan malamnya hanya untuk tidur." (Tafsir al-Qurthubi, 11/67).

Adalah benar yang dikatakan Umar bahwa obesitas, kegemukan, perut buncit berakibat buruk pada jalannya ibadah. Selain menimbulkan penyakit, obesitas juga mendorong untuk bermalas-malasan, banyak tidur, rebahan, yang akhirnya mengganggu produktifitas hidup dan ibadah.

Supaya terhindar dari obesitas, Rasulullah SAW mencontohkan pola hidup sehat, misalnya dengan berpuasa, berhenti makan sebelum kenyang, menyisakan 2/3 perut untuk udara dan air, dll sebagaimana diatur dalam adab makan ala Rasulullah SAW.

Menurut kesaksian sahabat, Rasulullah tidak pernah memiliki perut buncit dan tubuh gemuk. Dari Al-Hasan dari Hindi, ia berkata: “Rasulullah itu berdada lebar. Antara perut dan dada berukuran sama.” Ummu Hani juga menuturkan, “Saya tidak melihat bentuk perut Rasulullah kecuali saya ingat lipatan kertas-kertas yang digulung antara satu sama lain (maksudnya sixpack).” (H.R. Ath-Thabrani)

Rasulullah SAW dan sahabatnya Umar bin Khattab r.a melarang seorang muslim memiliki tubuh gemuk. Melarang bukan berarti haram, tapi hukumnya lebih ke makruh, karena banyak berdampak negatif. Tidak alasan lagi bagi kita untuk tidak mengikuti adab yang dicontohkan Rasulullah. Jaga tubuh kita. Itu satu-satunya tempat dimana kita tinggal. Menjaga lebih baik daripada mengobati. Salam Sehat!