Mati Bunuh Diri, Apakah Takdir?

Mati Bunuh Diri, Apakah Takdir?
ilustrasi bunuh diri/okezone.com

MONITORDAY.COM - Permasalahan hidup yang menumpuk biasanya menjadi sebab depresi. Depresi kadang membuat hidup seseorang tak lagi berarti. Mengakhiri hidup seolah menjadi jalan terakhir saat mengatasi depresi. Padahal banyak jalan yang lebih mudah ditempuh, misalnya dengan sabar.

Bunuh diri akhir-akhir ini menjadi topik hangat yang meramaikan laman pemberitaan. Meskipun sejak zaman dulu, sudah banyak kasus bunuh diri yang terjadi. Tapi rasanya, kali ini kesehatan mental tengah diserang secara besar-besaran. Sedih, kesal, atau kecewa sedikit saja bisa jadi pemicu untuk bunuh diri.

Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai kehidupan, tentunya melarang keras praktik bunuh diri. Sebab, bunuh diri adalah wujud dari ketidakpercayaan seseorang akan pertolongan Allah. Dan bisa dibilang bagian dari syirik.

Dalam Surah An-Nisa ayat 29 Allah menyebut secara jelas larangan bunuh diri. “…Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Sedangkan dalam sebuah hadis qudsi, Allah menghakimi orang yang bunuh diri dengan mengharamkan surga baginya. Dari Jundub bin Abdullah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, dahulu ada seorang laki-laki yang mengalami luka, lalu dia berkeluh kesah, kemudian mengambil pisau dan dia memotong tangannya. Darah tidak berhenti mengalir hingga dia mati. Allah Azza wa Jalla kemudian berfirman: “Hamba-Ku mendahului-Ku terhadap dirinya, Aku haramkan surga baginya”  (H.R. Bukhari)

Hadis lain dari Ad-Dahak dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang terjun dari gunung hingga mati, maka dia telah terjun ke dalam neraka jahanam dan kekal selamanya disana Barangsiapa yang meminum racun hingga mati, maka racun itu akan diberikan kepadanya untuk diminum di neraka jahanam dan kekal selamanya disana. Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan senjata tajam, maka senjata itu akan diberikan kepadanya untuk ditusuk ke perutnya di neraka jahanam dan dia kekal selamanya disana.”

Hadis-hadis di atas sangat tegas mengatakan bahwa bunuh diri itu haram. Bagaimanapun bentuknya, dengan terjun, minum racun, memotong urat nadi, atau menusuk perut. Bunuh diri tidak sekalipun meringankan hidup. Karena kehidupan yang sesungguhnya adalah di akhirat. Memang bisa jadi urusan hidup di dunia selesai, tapi tidak dengan kehidupan akhirat.

Seperti yang disinggung di atas bahwa bunuh diri adalah sebuah kesyirikan. Bentuk konkret dari kesyirikannya itu, orang yang bunuh diri secara tidak langsung sudah menyekutukan Allah dengan hawa nafsunya sendiri. Dalam kata lain, ia menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya. Secara dzohir mungkin orang beriman, tapi secara batin orang yang bunuh diri itu mungkin sudah murtad, karena tidak ada iman untuk percaya kalau Allah bisa menyelesaikan masalah.

Lalu, apakah mati karena bunuh diri itu disebut takdir? Jawabannya adalah iya. Karena tidak ada kejadian belum waktunya mati, tapi sudah mati. Mati itu bagian dari takdir Allah, bunuh diri itu hanya bagian dari sebab kematian. Apakah dibunuh orang atau bunuh sendiri, tetap namanya mati dan itu sudah ditakdirkan Allah. Allah sudah mengetahui jikalau ada hambanya yang akan mati dengan cara bunuh diri.

Pernah suatu hari sahabat Rasulullah menginginkan mati syahid dalam perang. Kata Rasulullah, cobalah saja kamu ada di barisan terdepan berhadapan langsung dengan musuh. Berkali-kali sahabat tersebut mencoba mati tapi tidak kunjung mati. Bukan karena berhasil menghindar dari musuh, tapi karena Allah belum menakdirkannya mati.

Begitu juga dengan bunuh diri. Bunuh diri memang mendahului Allah tapi bukan berarti keluar dari takdir Allah. Banyak orang yang mencoba bunuh diri tapi masih selamat. Itu karena ketentuan Allahnya seperti itu, takdirnya memang belum mati.

Sebagai orang yang percaya qada dan qadar Allah, kita harus terus mempertebal iman, agar ketika ada masalah yang datang dan bikin depresi, tidak diselesaikan dengan bunuh diri. Bunuh diri adalah kesyirikan dan termasuk jenis dosa besar yang tidak akan diampuni, balasannya neraka jahanam. Na’udzubillahi min dzalik.