Ibu Disebut Tiga Kali Dalam Hadits Nabi, Ini Penjelasannya!

Ibu Disebut Tiga Kali Dalam Hadits Nabi, Ini Penjelasannya!
Ilustrasi ibu yang mengasuh anak (alif.id)

MONITORDAY.COM - Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., dia berkata, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya: ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?’ Rasul pun menjawab: ‘Ibumu’. ‘Lalu siapa lagi?’, ‘Ibumu’. ‘Siapa lagi’, ‘Ibumu’. ‘Siapa lagi’, ‘Ayahmu’. (HR. Bukhari)

Hadits ini sangat populer menjadi dalil bagi pentingnya birrul walidain. Hadits ini juga menerangkan keutamaan ibu dibandingkan dengan ayah. Karena ibu disebut sebanyak tiga kali, sementara ayah hanya sekali. Namun pernahkah kalian berpikir, kenapa ibu disebut sebanyak tiga kali? 

Secara sederhana kita menjawab pertanyaan itu dengan alasan yang masuk akal. Yakni perjuangan ibu lebih berat dibandingkan ayah. Ibu mengandung, sementara ayah tidak. Ibu lebih menanggung beban berat dalam membesarkan seorang anak. Sementara ayah lebih berat tanggung jawabnya untuk mencari nafkah. 

Lantas bagaimanakah pendapat para ulama terkait hal ini? Imam Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari menjelaskan alasan kenapa ibu disebut sebanyak tiga kali sementara ibu sekali. 

Menurutnya, disebutnya nama ibu sebanyak tiga kali karena umumnya ibu telah melewati tiga kesulitan dalam hidup. Antara lain ketika mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Sedangkan sosok ayah memang memiliki andil yakni dalam hal pendidikan dan nafkah bersama-sama dengan ibu.

Dalam QS. Al Ahqaf: 15 Allah SWT berfirman: "Dan kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:

‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri’.”

Inilah penjelasan logis mengapa dalam hadits tersebut, ibu disebut lebih utama dibandingkan ayah. Namun hal ini tak berarti menafikan peran ayah. Biar bagaimanapun, seorang ayah tidak boleh lepas tangan bagi pendidikan anaknya. Seorang ayah juga tidak boleh menyerahkan sepenuhnya pekerjaan rumah tangga kepada istri, namun harus membantu istrinya. 

Hadits di atas juga menunjukan bahwa jauh sebelum diperingati hari Ibu, Islam telah lebih dulu mengajarkan agar kita mencintai dan mengutamakan ibu. Jika ibu kita masih hidup, berbaktilah kepadanya. Jika sudah meninggal, doakan dia. Semoga kita bisa menjadi anak yang berbakti kepada ibu kita.