Ibnu al Haytham, Ilmuwan Muslim Bapak Ilmu Optik Modern

Ibnu al Haytham, Ilmuwan Muslim Bapak Ilmu Optik Modern
Sumber gambar: detik.com

MONITORDAY.COM - Pernahkah anda membayangkan ada suatu masa dimana orang-orang percaya penglihatan adalah hasil dari cahaya yang keluar dari mata menyinari benda. Percaya atau tidak, itulah pengetahuan manusia pada masa Yunani Kuno. Kepercayaan yang dianggap pengetahuan ini masih dipercaya selama berabad-abad kemudian. 

Hingga seorang Ilmuwan Muslim yang bernama Ibnu Al Haytham mematahkan pengetahuan yang salah tersebut. Ibnu Al Haytham mengatakan bahwa proses penglihatan tidak berasal dari cahaya yang berasal dari mata menyinari benda. Namun sebaliknya, bendalah yang mengirimkan cahaya masuk ke mata. 

Anak-anak kita yang belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar tentu tak asing dengan konsep penglihatan ala Ibnu Al Haytham. Sayangnya nama Ibnu Al Haytham masih kalah populer di kalangan pelajar muslim dibanding dengan ilmuwan barat lainnya. Oleh karena itu tulisan ini bermaksud untuk mengupas sosok Ibnu Al Haytham. 

Abu Ali Muhammad al-Hasan bin al-Haitham atau Ibnu Haitham (lahir di Bashrah,tahun 965 M. dan meninggal di Kairo tahun 1039 M. pada umur 74 tahun. Di barat lebih dikenal dengan nama Al Hazen. 

Ibnu Haitham adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penelitian mengenai cahaya, dan telah memberikan banyak inspirasi pada ahli sains barat, seperti Roger Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.

Dalam bidang optik, Ibnu Haitham bahkan digelari ilmuwan zaman modern sebagai "Bapak Ilmu Optik Modern." Karyanya telah terhimpun dan masih dapat dijumpai hingga kini, yaitu Kitab al-Manazir, diterjemahkan jadi The Book of Optics. Buku itu terdiri atas tujuh jilid. Uniknya, ia menghasilkan karya itu saat sedang dipenjara selama 10 tahun di Kairo.

Ibnu Al Haitham juga mengembangkan kamera lubang jarum yang menjadi cikal bakal dari kamera modern hari ini. Karena selalu menyajikan hipotesis dan data dengan berbasis eksperimen, sejarawan juga menggelarinya sebagai "Ilmuwan Modern Pertama." Dalam hal ini, al-Haytham mempelopori penggunaan eksperimen dengan parameter yang terkontrol untuk verifikasi atas sebuah teori. Ia juga kerap memaklumkan pentingnya keraguan sebagai laku kerja seorang ilmuwan sejati.

Pada tahun 2015, UNESCO menyelenggarakan International Year of Light guna memperingati jasa Ibnu Al Haytham dalam bidang optik modern. Dalam event tersebut, manuskrip karangan Ibnu Al Haytham dipamerkan. Para peneliti barat kagum dengan ketepatan teori Ibnu Al Haytham dengan penemuan optik modern. 

(Diolah dari berbagai sumber)