Ya Rabb, Ampunilah Kami

Ya Rabb, Ampunilah Kami
Foto Ilustrasi/ Istimewa

MONITORDAY.COM - Mengawali tahun 2021, negeri tercinta ini dirundung dan didera dengan berbagai musibah. Jatuhnya Pesawat Sriwijaya-182 di pulau seribu meninggalkan duka yang teramat dalam. Bahkan air mata yang masih membasahi pipi ini belum sepenuhnya diusap, banjir bandang di Sumedang pun terjadi. Begitupun dengan pandemi dan beberapa peristiwa kemanusiaan di wilayah Indonesia yang telah menelan korban nyawa yang tak sedikit.

Problematika dan dinamika yang silih berganti semestinya menjadi evaluasi bersama bagi setiap hamba-hambaNYA. Pertanda apa ini? masih pantaskah manusia bertepuk dada sambil mengangkat kepala, seolah paling hebat.

Lantas hikmah apa yang bisa dipetik dari rangkaian peristiwa ini. Mampukah ujian ini mendongkrak kualitas keimanan dan mengantar pada keberkahan? masih banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam benak. Inikah caranya Tuhan mencintai hambaNYA?. Terkadang, tendensi menyalahkan sering terjadi (ah ini karena ini dan itu dan seterusnya).

Sebagai orang beriman,deretan musibah ini terdapat hikmah dan pelajaran. Bagi mereka yang bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah Subhaanahu wata'aala bakal merasakan bahwa dunia yang dhuni hanya tempat persinggahan sementara.

Parameter kesabaran seorang hamba.

Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan sebuah hadits secara marfu', "Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Barang siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah dan barang siapa yang berkeluh kesah (marah) maka ia akan mendapat murka Allah."

Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar. Apabila kesabaran itu memunculkan sikap ridha maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang ridha.

Dan jikalau memunculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika Allah mengaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, "Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya (juga)."

Semakin dekat dengan Maha Pencipta

Wahab bin Munabbih berkata, "Allah menurunkan cobaan supaya hamba memanjatkan do'a dengan sebab bala' itu."

Dalam surat Fushilat ayat 51 Allah berfirman yang artinya, "Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo'a."

Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah (inabah) seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita. 

Apabila seseorang ditimpa musibah baik berupa kefakiran, penyakit dan lainnya maka hendaknya hanya berdo'a dan memohon pertolongan kepada Allah saja sebagiamana dilakukan oleh Nabi Ayyub 'Alaihis Salam yang berdoa, 

"Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya, "(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al Anbiyaa :83)

Banyaknya kesalahan 

Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS asy Syura: 30)

Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melain-kan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu." (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain beliau bersabda:"Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa."

Sebagian ulama salaf berkata, "Kalau bukan karena musibah-musibah yang kita alami di dunia, niscaya kita akan datang di hari kiamat dalam keadaan pailit.

Berlari mendekat dengaNYA

Di antara ibadah yang muncul adalah ibadah hati berupa khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah menjauhkan diri dari kesesatan.

Kikis sikap sombong, ujub dan besar kepala

Sifat sombong, mau menang sendiri, egois, merasa berkuasa karena jabatan dan sejumlah sifat yang membuat jumawa yang tak kadang lupa diri. Jika seorang hamba kondisinya serba baik dan tak pernah ditimpa musibah maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya.

Akan tetapi ketika ia ditimpa sakit, mengeluarkan berbagai kotoran, bau tak sedap,dahak dan terpaksa harus lapar, kesakitan bahkan mati, maka ia tak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya. 

Dia tak akan mampu menguasai kematian, terkadang ia ingin mengetahui sesuatu tetapi tak kuasa, ingin mengingat sesuatu namun tetap saja lupa. Tak ada yang dapat ia lakukan untuk dirinya, demikian pula orang lain tak mampu berbuat apa-apa untuk menolongnya. Maka apakah pantas baginya menyombongkan diri di hadapan Allah dan sesama manusia?

Perkuat harapan 

Harapan merupakan ibadah yang sangat utama, karena menyebabkan seorang hamba hatinya tertambat kepada Allah dengan kuat. Apalagi orang yang terkena musibah besar, maka dalam kondisi seperti ini satu-satunya yang jadi tumpuan harapan hanyalah Allah semata, sehingga ia mengadu: 

"Ya Allah tak ada lagi harapan untuk keluar dari bencana ini kecuali hanya kepada-Mu." Dan banyak terbukti ketika seseorang dalam keadaan kritis, ketika para dokter sudah angkat tangan namun dengan permohonan yang sungguh-sungguh kepada Allah ia dapat sembuh dan sehat kembali. 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu' bahwa Rasulullah n bersabda, "Barang siapa yang dikehen-daki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya." (HR al Bukhari). Seorang mukmin meskipun hidupnya sarat dengan ujian dan musibah namun hati dan jiwanya tetap sehat.

Besarnya nikmat Yang Maha Kuasa

Jika seseorang selalu dalam keadaan senang dan sehat maka ia tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa cobaan dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Maka ketika seorang hamba terkena musibah, diharapkan agar ia bisa betapa mahalnya nikmat yang selama ini ia terima dari Allah Subhaanahu wata'aala.

Hendaknya seorang hamba bersabar dan memuji Allah ketika tertimpa musibah, sebab walaupun ia sedang terkena musibah sesungguhnya masih ada orang yang lebih susah darinya, dan jika tertimpa kefakiran maka pasti ada yang lebih fakir lagi.

Dengan demikian, ia melihat musibah yang sedang diterimanya dengan keridhaan dan kesabaran serta berserah diri kepada Allah Dzat yang telah mentakdirkan musibah itu untuknya sebagai ujian atas keimanan dan kesabarannya.

Ya Rabb, ampunilah kami.