Wajah Citarum Cermin Kesadaran Kita

Rasanya miris dan putus asa melihat foto dan video sungai Citarum beberapa tahun lalu. Kotor penuh sampah. Airnya menghitam. Plastik dan styrofoam menggunung di mana-mana. Sungai itu layaknya tempat sampah raksasa terpanjang di dunia. Sungai adalah nadi kehidupan. Peradaban di banyak tempat muncul dan dimulai dengan tumbuhnya pemukiman dan perdagangan tak jauh dari daerah aliran sungai. Transportasi sungai sangat bisa diandalkan. Sungai menjadi penggerak ekonomi sekaligus sumber kehidupan utamanya memenuhi sebagian kebutuhan akan pasokan air untuk berbagai keperluan. Bahkan di sungai pula hidup berbagai habitat flora dan fauna.

Wajah Citarum Cermin Kesadaran Kita
Laman web Citarum Harum

MONDAYREVIEW.COM- Rasanya miris dan putus asa melihat foto dan video sungai Citarum beberapa tahun lalu. Kotor penuh sampah. Airnya menghitam. Plastik dan styrofoam menggunung di mana-mana. Sungai itu layaknya tempat sampah raksasa terpanjang di dunia.

Sungai adalah nadi kehidupan. Peradaban di banyak tempat muncul dan dimulai dengan tumbuhnya pemukiman dan perdagangan tak jauh dari daerah aliran sungai. Transportasi sungai sangat bisa diandalkan. Sungai menjadi penggerak ekonomi sekaligus sumber kehidupan utamanya memenuhi sebagian kebutuhan akan pasokan air untuk berbagai keperluan. Bahkan di sungai pula hidup berbagai habitat flora dan fauna.

Sungai adalah wajah sebuah negeri. Sungai mencerminkan hati dan akal warganya. Sungai yang bersih menegaskan kesadaran akan pentingnya lingkungan yang sehat sekaligus memberikan gambaran penegakan aturan yang efektif. Tak mungkin sungai menjadi bersih tanpa penegakan aturan yang tegas.

Salah satu sungai itu adalah Citarum yang pernah dikenal sebagai sungai terkotor atau paling banyak tercemar polutan. Di tahun 2016 video dan pemberitaan tentang sungai Citarum yang hitam dan penuh sampah banyak terpampang di dunia maya. Mencemarkan nama negeri kita. Hari-hari ini kita kembali air Citarum kembali terlihat hitam dan berbau.

Citarum tak hanya menjadi nadi dan wajah Jawa Barat. Air baku untuk kebutuhan masyarakat DKI Jakarta juga mengandalkan air dari sungai ini.

Sejak 2018 upaya untuk membersihkan Citarum dicanangkan. Pemrintah pusat dan daerah bahu membahu. TNI khususnya Kodam Siliwangi menjadi salah satu tulang punggung dalam gerakan nyata ini.

Sampah rumah tangga lama tak terkelola dengan baik dan masuk ke sungai. Bayangkan dari hampir 300 km panjangnya sebagian besar di kiri kanannya adalah hunian atau pemukiman warga. Tanpa gerakan massif maka sungai Citarum menjadi salah satu sumber kerusakan lingkungan yang dahsyat.

Belum lagi di beberapa titik limbah kotoran sapi megalir ke Citarum. Bakteri e coli dan gas berbahaya dari limbah sapi sekarang sudah melewati sumur resapan. Dulu semua masuk ke aliran Citarum. Ditambah lagi dengan limbah industri tekstil dan industri lainnya yang kala itu tak memiliki Instalasi Pengolah Air Limbah yang memadai.

Di Februari 2018, program baru digulirkan namanya Program Citarum Harum. Lebih terintegrasi karena dibawahi langsung pemerintah pusat melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

Sejumlah program dan rencana aksi yang dilakukan dalam pengelolaan Sungai Citarum sudah melibatkan banyak pihak. Sebut saja Citarum Bergetar (bersih, geulis dan lestari) meliputi kebijakan dan hukum, pengendalian pemulihan konservasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Pola induk Citarum Bergetar lahir sebagai respon keprihatinan atas kondisi daya dukung sumber air dan lingkungan yang kian kritis. Langkah ini digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 2001, dibentuk tim investigasi permasalahan DAS Citarum. Kemudian dibentuk action plan pengendalian kerusakan, pencemaran dan pemulihan DAS Citarum. Ada misi penting yang diemban,  memperbaiki proses dan kualitas penataan ruang berbasis ekosistem Citarum.

DAS Citarum ditangani banyak pihak, mulai pemerintah pusat, provinsi, daerah, serta BUMD dan BUMN. Mengingat, peran sungai sepanjang 297 kilometer ini memang vital.

Sementara rogram Investasi Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Citarum atau Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) diusung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2008, sebagai kebijakan baru.

Program ini bertujuan memperbaiki kualitas Citarum, mengatasi persoalan lingkungan di DAS Citarum, menyediakan pasokan air baku berkualitas serta pengendalian banjir. ICWRMIP meliputi seluruh jalur Citarum yang mencakup 12 kabupaten/kota di Jawa Barat, dengan total area 13.000 kilometer persegi. Modal pinjaman tahap pertama digelontorkan dari Asian Development Bank (ADB) sebesar 50 juta dolar AS.

Secara keseluruhan, ADB menawarkan paket pinjaman sebesar 500 juta dolar AS. Seharusnya, program ICWRMIP ini menjanjikan harapan besar bagi warga Jawa Barat pelanggan banjir luapan Sungai Citarum, seperti di Baleendah, Majalaya, dan Dayeuhkolot.