Wabah Korona Masuki Fase Krusial di Bulan Puasa, Wamendes Imbau Seluruh Perangkat Desa Lakukan Mitigasi Risiko
Jelang puasa, wabah korona akan memasuki fase krusial. Seluruh perangkat desa diminta terus memonitor lingkungan dan mitigasi risiko.

MONITORDAY.COM – Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Wamendes PDTT), Budi Arie Setiadi menyebut wabah virus korona yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia sebentar lagi akan memasuki fase krusial khususnya saat Puasa dan Hari Raya Lebaran atau Idul Fitri.
Menurut Budi Arie, suara riang anak-anak yang mengaji di selasar mushala, jamaah yang penuh sesak di masjid-masjid, hingga tradisi ngabuburit, mungkin tak lagi bisa kita lihat dan rasakan. Termasuk juga tradisi mudik lebaran, kali ini mungkin tak lagi semarak.
“Mudik di hari lebaran adalah peristiwa sosio kultural yang sudah menjadi tradisi di Indonesia. Tapi untuk kali ini, mungkin nilai-nilai kekeluargaan dan kekerabatan tersebut akan sedikit berbeda,” jelas Budi Arie Setiadi kepada media, Senin (6/2/2020).
Meski begitu, Wamendes Budi Arie meminta masyarakat untuk tidak perlu khawatir, karena di desa-desa sudah dibentuk relawan untuk menyiapkan berbagai protokol untuk menerima para pemudik.
“Seluruh desa juga sudah menyiapkan berbagai protokol untuk menerima para pemudik. Relawan desa sudah dibentuk dan bekerja untuk mengantisipasi penyebaran wabah korona. Tapi menurut hemat kami terlalu beresiko membirkan desa menerima arus mudik,” jelasnya.
Menurut Budi Arie, para relawan dan berbagai protap tersebut dibuat agar rencana mudik dan tradisi lebaran lainnya bisa tetap terlaksana namun dengan memperhatikan kesehatan dan ancaman penularan.
"Ini bukan soal siap atau tidak siap. Ini soal resiko yang harus menjadi beban desa. Jika tahun lalu ada sekitar 20 juta pemudik. Dengan asumsi sebagian besar mudik ke Pulau Jawa maka setiap desa di Jawa harus menanggung rata- rata 1200 - 1300 pemudik di momen itu. Tentu ini beban yang berat," jelas Budi.
Untuk diketahui, jumlah desa di Pulau Jawa (Luar Jakarta) saat ini total berjumlah 15.470 desa. Rinciannya; Banten 1237 desa, Jawa Barat 5311 desa, Jawa Tengah 7808 desa, DIY 391 desa dan Jawa Timur 7723 desa.
Dengan jumlah desa dan potensi pemudik yang ada, maka kata Wamendes, seluruh perangkat desa di tanah air hari melakukan mitigasi risiko secara akurat. Kata dia, jangan sampai desa menerima beban di luar kemampuannya.
"Jadi selain desa harus dilindungi dari para pemudik. Beban desa juga harus dimanage dengan jumlah yang rasional dan masuk akal. Mitigasi risiko harus akurat. Jangan biarkan desa menerima beban di luar kemampuannya. Jangan biarkan desa menanggung risiko," pungkas Budi.