Vaksin Merah Putih vs Vaksin Sinovac
Indonesia mengembangkan vaksin sendiri untuk mengendalikan pandemi virus korona. Namun kerjasama dengan berbagai negara dan perusahaan produsen vaksin juga dilakukan. Kerjasama dengan Tiongkok, Uni Emirat Arab dan Korea Selatan sudah mulai dijalin. Tak tertutup kemungkinan sedang dijajaki pula dengan Amerika Serikat. Walau mengalami percepatan namun Vaksin baru dapat diproduksi massal setelah lolos uji klinis fase III. Pelaksanaan uji klinis tahap ketiga dari vaksin COVID-19 di Gedung Eijkman dipandu oleh Tim Peneliti Uji Klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Vaksin COVID-19 dari Sinovac akan didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bila telah menyelesaikan tahap uji klinis terakhir yang rencananya berlangsung selama enam bulan.

MONDAYREVIEW.COM – Indonesia mengembangkan vaksin sendiri untuk mengendalikan pandemi virus korona. Namun kerjasama dengan berbagai negara dan perusahaan produsen vaksin juga dilakukan. Kerjasama dengan Tiongkok, Uni Emirat Arab dan Korea Selatan sudah mulai dijalin. Tak tertutup kemungkinan sedang dijajaki pula dengan Amerika Serikat.
Walau mengalami percepatan namun Vaksin baru dapat diproduksi massal setelah lolos uji klinis fase III. Pelaksanaan uji klinis tahap ketiga dari vaksin COVID-19 di Gedung Eijkman dipandu oleh Tim Peneliti Uji Klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Vaksin COVID-19 dari Sinovac akan didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bila telah menyelesaikan tahap uji klinis terakhir yang rencananya berlangsung selama enam bulan.
Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Erick Thohir mengatakan bahwa Indonesia kini menunggu enam bulan ke depan atas vaksin produksi Sinovac yang dipastikan halal ini. Jika uji klinis fase III ini berjalan lancar, Pemerintah akan siapkan registrasi ke Badan POM untuk kemudian diproduksi massal dan bisa digunakan mengatasi virus COVID-19.
Penyuntikan dilakukan kepada 1.620 subjek relawan yang ditargetkan semua uji klinis termasuk otorisasi dari BPOM, akan tuntas pada Januari 2021.
Uji klinis tahap 3 sebelum vaksin COVID-19 diproduksi massal merupakan tahapan yang perlu dilalui semua produk farmasi termasuk obat-obatan dan vaksin. Bio Farma menyatakan BPOM sudah mengetahui hasil positif dari tahapan uji klinis vaksin COVID-19, mulai dari uji pre-klinis, uji klinis tahap 1 dan uji klinis tahap 2 yang dilakukan di China.
Kerja sama Bio Farma dengan Sinovac dilakukan karena memiliki kesamaan "platform" antara vaksin yang dikembangkan Sinovac dengan kemampuan Bio Farma dalam memproduksinya yaitu inactivated vaccine.
Relawan yang terpilih setelah lolos dari pengujian imunogenitas (respon imun) dan efikasi (respon dalam melawan virus) melalui tes darah.
Erick Thohir juga menyatakan kesiapan Bio Farma meningkatkan kapasitas produksi dijalankan dengan memanfaatkan fasilitas produksi yang sudah ada di lahan Bio Farma tanpa perlu melakukan penambahan investasi. Bio Farma disebut mampu memproduksi maksimal 100 juta vaksin pada Desember 2020. Bio Farma siap menambah kapasitas produksi sebanyak 150 juta dosis sehingga mencapai jumlah 250 juta dosis.
Vaksin Merah Putih
Sementara itu Presiden Joko Widodo menjelaskan ada dua vaksin yang saat ini sedang dikembangkan dan dikerjakan oleh pemerintah bekerja sama dengan lembaga terkait yaitu vaksin dari Sinovac, China dan vaksin Merah Putih yang seluruhnya buatan Indonesia.
Jadi kita mengembangkan 'full' sendiri oleh lembaga Eijkman dan juga BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), Kementerian Riset dan Teknologi dan universitas-universitas yang kita miliki yaitu vaksin Merah Putih.
Kita telah 3 bulan ini mengembangkan vaksin sendiri dari 'isolated' (virus) yang dikembangkan dari (virus) COVID-19 yang beredar di Indonesia. Presiden mengatakan rencananya vaksin Merah Putih tersebut akan selesai pada pertengahan 2021. Selain itu kita juga membuka diri untuk juga bekerja sama misalnya dengan Sinovac dari Tiongkok, kemudian bekerja sama dengan Uni Emirat Arab di G-42, juga Korea Selatan.
Vaksin Merah Putih merupakan vaksin COVID-19 buatan dalam negeri. Proses pengembangannya dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman. Vaksin tersebut berbeda dengan vaksin COVID-19 dari Sinovac, China yang sedang diuji klinis fase III.
Perbedaannya adalah vaksin Sinovac menggunakan satu virus kemudian diperbanyak di laboratorium dan virus itu kemudian dipisahkan dan dilakukan inaktivasi (inactivated vaccine) agar aman bagi manusia. Jadi vaksin yang diberikan adalah keseluruhan virus.
Sedangkan vaksin Merah Putih dikembangkan dengan metode rekombinan, artinya tidak seluruh virus digunakan tapi hanya bagian-bagian tertentu dari virus yang dianggap penting kemudian diperbanyak dan dijadikan antigen.
Ahmad Muttaqien Alim seorang praktisi kesehatan memaparkan bahwa perkembangan metode pembuatan vaksin saat ini sudah jauh lebih baik. Dulu untuk membuat vaksin itu dengan cara inaktivasi virus. Lalu dimasukkan ke tubuh. Efek sampingnya bisa seperti terpapar virus aslinya meski lebih ringan. Terkadang diperlukan booster untuk memperpanjang waktu keberadaan anibody di dalam tubuh.
Di Amerika Serikat sudah dikembangkan metode pembuatan yang lebih, yaitu menggambil bagian tertentu dari virus lalu dikembangkan jadi vaksin. Pemberian vaksin ini dengan cara mengambil sedikit darah dari pasien, dicampur dengan vaksin di luar tubuh untuk menghasilkan reaksi tertentu, baru kemudian dimasukkan tubuh.
Ini dikatakan lebih aman dan pasti cocok dengan orangnya. Kelebihan lainnya, ini hanya diberikan 1x, tidak perlu vaksinasi booster. Jadi meski lebih mahal secara satuan, tapi secara total jadi lebih murah.