Investasi Industri Baterai Mobil Listrik di Indonesia dari Hulu hingga Hilir

Investasi Industri Baterai Mobil Listrik di Indonesia dari Hulu hingga Hilir
pabrik LG/ net

MONITORDAY.COM – Bahan bakar fosil makin terbatas, pemanasan global juga semakin mengkhawatirkan. Komitmen untuk menyelamatkan bumi dan memenuhi kebutuhan mobilitas manusia pun menghadapi tantangan serius. Saat ini negara-negara di dunia telah mencanangkan pengurangan konsumsi bahan bakar dan pengurangan emisi karbondioksida (CO2) dan pencanangan penerapan kendaraan listrik sebanyak 15-100% dari total kendaraan yang beredar.

Komitmen pun diwujudkan dengan menghadirkan kendaraan ramah lingkungan. Diperkirakan pada tahun 2040 terdapat 49 juta unit kendaraan listrik (electric vehicle) atau sekitar 50% dari total permintaan otomotif dunia. Selain itu, beberapa pabrikan mulai mengalihkan lini produksi kendaraan konvensionalnya menjadi kendaraan listrik, yaitu antara 20-50% dari total produksinya.

Situasi ini menjadi peluang bagi Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk yang besar dan kebutuhan transportasi yang tinggi. Indonesia punya pasar dan bahan baku bagi pengembangan mobil listrik. Dan industri baterai menjadi tulang punggungnya. Maka mitra yang tepat menjadi kunci keberhasilan dalam meraih daya saing di masa yang akan datang.

Inilah berita baik di tengah masa-masa pandemi. Harapan untuk mendorong kebangkitan ekonomi agar tercipta lapangan kerja dan bangkitnya industri. Setidaknya mengerem laju deindustrialisasi. Untuk itulah Indonesia dan satu unit perusahaan Korea Selatan LG Group telah menandatangani nota kesepahaman (MOU) tentang kesepakatan investasi baterai kendaraan listrik (EV) senilai $ 9,8 miliar, kata kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia, Bahlil Lahadalia.  

Tentu ada alasan yang kuat sehingga Korea Selatan menjadikan Indonesia sebagai mitra dalam pengembangan industri baterai dan mobil listrik. Kesepakatan itu ditandatangani pada 18 Desember dan mencakup investasi di seluruh rantai pasokan EV. Kesepakatan tersebut menjadikan Indonesia negara pertama di dunia yang mengintegrasikan industri aki listrik dari pertambangan hingga memproduksi aki litium mobil listrik.

Tambang, smelter, prekursor, katoda, mobil hingga fasilitas daur ulang akan dibangun di Indonesia. Proyek tersebut akan berlokasi di Maluku Utara dan Jawa Tengah. Kesepakatan itu membuka peluang bagi Indonesia untuk membangun industri dalam negeri. Berdasarkan MOU, setidaknya 70% bijih nikel yang digunakan untuk memproduksi baterai EV harus diproses di Indonesia.

Proyek nantinya akan berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah yang sudah ditinjau oleh Presiden Jokowi pada akhir Juni lalu. Kawasan industri seluas 4.300 ha ini merupakan percontohan kerja sama pemerintah dan BUMN dalam menyediakan lahan yang kompetitif dari sisi harga, konektivitas, dan tenaga kerja.

Indonesia bertujuan untuk mulai memproses pasokan bijih nikel lateritnya yang kaya untuk digunakan dalam baterai lithium sebagai bagian dari upaya untuk pada akhirnya menjadi hub global untuk memproduksi dan mengekspor kendaraan listrik.

Indonesia mengatakan awal bulan ini bahwa produsen mobil AS Tesla, akan mengirim delegasi ke Indonesia pada Januari untuk membahas potensi investasi dalam rantai pasokan untuk kendaraan listriknya.Investasi raksasa LG Consortium US$9,8 miliar atau sekitar Rp 142 triliun membuat Indonesia sebagai yang pertama di dunia yang punya industri baterai listrik dari pertambangan hingga baterai lithium mobil listrik. Indonesia akan segera memiliki pusat industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia.

Proyek kerja sama investasi ini merupakan hasil tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Moon Jae In di Busan pada bulan November 2019 lalu. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan investasi ini merupakan yang terbesar pernah masuk Indonesia setidaknya setelah 2 dekade lebih.

Akan ada perusahaan daerah yang dilibatkan untuk supply chain dan logistik di investasi maha besar ini. BKPM bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian/Lembaga terkait lainnya melakukan berbagai pertemuan tindak lanjut dengan pihak LG. Serangkaian proses negosiasi yang panjang telah dilakukan dengan berpedoman pada prinsip saling percaya dan bertujuan untuk saling menguntungkan.

MoU berisi tentang kerjasama proyek investasi raksasa dan strategis di bidang industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri prekursor dan katoda dengan nilai rencana investasi mencapai USD9,8 miliar.

MoU menjadi sinyal keseriusan yang sangat tinggi dari pihak LG dan Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri baterai terintegrasi. Pada masa pandemi yang begitu penuh tantangan, keberhasilan ini merupakan kepercayaan luar biasa terhadap Indonesia. Nilai investasinya fantastis untuk satu korporasi, yaitu mencapai USD9,8 miliar.

Kementerian BUMN telah menyiapkan konsorsium MIND ID yang terdiri dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina, dan PT Perusahaan Listrik Negara. MIND ID akan berkolaborasi dengan LG. Menteri BUMN Erick Thohir memastikan investasi ini berjalan dari sisi produksi dan juga memiliki pasar di dalam dan luar negeri.

Investasi LG akan bermitra dengan konsorsium baterai BUMN di seluruh rantai pasok produksi. Pada pelaksanaannya akan ditindaklanjuti dengan studi bersama (joint study) untuk mengukur secara detail kerja sama yang akan dilakukan kedua pihak dari sektor hulu sampai hilirnya. Demikian menurut Erick.

Rencananya, sebagian baterai yang dihasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada dan dalam waktu dekat akan segera memulai tahap produksi.

Pengembangan industri baterai listrik terintegrasi merupakan langkah konkret yang sesuai dengan target Presiden Jokowi untuk mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju 2045. Hilirisasi pertambangan adalah salah satu wujud transformasi tersebut.

Menurut Bahlil, Indonesia akan naik kelas dari produsen dan eksportir bahan mentah menjadi pemain penting pada rantai pasok dunia untuk industri baterai kendaraan listrik, dimana baterai memegang peranan kunci, bisa mencapai 40% dari total biaya untuk membuat sebuah kendaraan listrik.

Dalam realisasi investasi proyek, perusahaan patungan ini akan memprioritaskan bekerjasama dengan pengusaha nasional, pengusaha nasional yang ada di daerah dan UKM (Usaha Kecil dan Mikro) lokal yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam setiap rantai pasok. Dengan demikian diharapkan dapat menggerakkan perekonomian nasional yang berdampak positif bagi daerah.

Hal lain yang juga menjadi bagian dari nota kesepahaman adalah memprioritaskan produk lokal untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas industri nasional. Pemerintah Indonesia juga memastikan bahwa proyek investasi raksasa ini akan menyerap sebesar-besarnya Tenaga Kerja Indonesia.