Peluang dan Tantangan Teknologi 5G di Indonesia
Pemerintah berupaya untuk menghadirkan 5G ke Indonesia pada tahun depan, tanpa melupakan pemerataan jaringan 4G di sejumlah desa yang belum terlayani.

MONDAYREVIEW.COM – Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi nyata adanya. Tidak hanya nyata, bahkan sangat cepat perkembangannya. Salah satu contoh nyata kemajuan teknologi komunikasi adalah jaringan internet. Kita mengenal istilah 3G yang merupakan generasi ketiga dari jaringan internet. Sekarang 3G telah ditinggalkan diganti oleh 4G. Mayoritas provider seluler menggunakan jaringan internet generasi ke-4 tersebut. Sekarang saat teknologi 4G sedang digunakan, sudah muncul teknologi generasi kelima atau 5G. Teknologi ini sudah digunakan di luar negeri. Bagaimanakah peluang dan tantangan penggunaan 5G di Indonesia.
Pemerintah berupaya untuk menghadirkan 5G ke Indonesia pada tahun depan, tanpa melupakan pemerataan jaringan 4G di sejumlah desa yang belum terlayani. Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Widodo Muktiyo mengatakan pemerintah memiliki komitmen kuat dalam pengembangan 5G.
Untuk menghadirkan teknologi generasi kelima, kata Widodo, membutuhkan lompatan yang lebih besar dibandingkan saat 3G beralih ke 4G. Oleh sebab itu, Kemenkominfo membentuk gugus tugas pada tahun ini untuk mempersiapkan lompatan ke 5G. Selain membentuk gugus tugas, upaya dalam mempercepat akselerasi 5G ke Tanah Air adalah melalui lelang frekuensi 2,3 GHz yang diselenggarakan pada tahun ini. Kabar terakhir, ada tiga operator yang lolos seleksi penggunaan pita frekuensi radio 2,3 Ghz rentang 2.360 – 2.390 Mhz, yaitu PT Smart Telecom Tbk (Smartfren), kedua adalah PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), dan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri).
Tantangan menghadirkan 5G di Indonesia – untuk jaringan terbatas atau non terbatas – tidak hanya berkutat pada permintaan di pasar, melainkan juga regulasi dan investasi yang membutuhkan persiapan matang. CEO Forest Interactive Johary Mustapha mengatakan untuk menghadirkan 5G operator seluler harus memiliki spektrum yang cukup, dan memastikan bahwa spektrum tersebut tidak mengganggu spektrum lainnya.
Di samping itu, sambungnya, permasalahan harga perangkat juga akan menjadi tantngan dalam gelar 5G. Sejumlah gawai 5G yang beredar saat ini masih sebagian besar merupakan kelas premium. Kemudian, dari sisi kecepatan, 5G akan menyedot layanan data dengan sangat cepat, yang membuat pelanggan makin boros terhadap layanan data.
Adapun mengenai pemanfaatan 2,3 GHz untuk 5G, Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan ekosistem 2,3 GHz untuk 5G masih belum matang. Dia mengaku tidak banyak mendengar negara yang menggunakan 2,3 GHz untuk 5G. Untuk menghadirkan 5G, Indonesia harus mengikuti ekosistem dunia di 3,5 GHz dan 2,6 GHz, agar investasi yang dikeluarkan untuk menghadirkan perangkat menjadi lebih murah.Meski memiliki sejumlah tantangan, pertumbuhan 5G di dunia diprediksi akan berlangsung sangat cepat dalam 5 tahun ke depan.
Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengutarakan harapannya agar pemerintah jangan terburu-buru mengadopsi teknologi jaringan 5G sehingga ke depannya Indonesia tidak hanya menjadi pasar bagi pelaku operator telekomunikasi dari sejumlah negara asing.
Menurut Sukamta, saat ini pihak yang menggambil keuntungan dari kue besar dari pengembangan teknologi 5G hanya terletak di sejumlah negara yaitu Amerika Serikat, China, Perancis, Jerman, Korea Selatan, Jepang, dan Inggris.
Wakil Ketua Fraksi PKS ini menjelaskan bahwa yang perlu dipersiapkan dengan baik terlebih dahulu, yaitu infrastruktur dan ekosistem 5G, karena tingkat penetrasi internet dinilai belum merata di seluruh pelosok Indonesia. Masih ada daerah-daerah, lanjutnya, yang hanya bisa menangkap sinyal 2G, bahkan masih ada daerah yang tidak ada sinyal sama sekali. Selain itu, ujar dia, hal lain yang perlu dipersiapkan misalnya frekuensi, persiapan regulasi terkait, penyesuaian terhadap seluruh regulasi terdampak, dan seterusnya.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan bahwa terdapat sejumlah hal yang perlu didorong untuk menghadirkan dan mengakselerasikan jaringan 5G di Indonesia, mulai dari infrastruktur, spektrum frekuensi, hingga kebijakan terkait. Menurut Menkominfo, saat ini digitalisasi dan konektivitas sudah memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan kesetaraan peluang, akses dan inklusi, dan 5G akan mempercepatnya.
Saat ini, pemerintah telah membangun lebih dari 348 ribu kilometer kabel serat optik darat dan bawah laut. Termasuk lebih dari 12 ribu kilometer Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional Palapa Ring BAKTI Kominfo. Ada juga pembangunan 500 ribu base transceiver station (BTS) dan memanfaatkan sembilan satelit untuk memenuhi kebutuhan domestik akan konektivitas yang memadai. Selain itu, ada pula rencana meluncurkan High-Throughput Satellite 150 Gbps SATRIA-1 yang dijadwalkan pada kuartal ketiga tahun 2023.