Ancaman Resesi di Tengah Pandemi

Setelah dihantam oleh virus Covid-19, negara-negara dunia dibayangi malapetaka berikutnya, yakni resesi ekonomi.

Ancaman Resesi di Tengah Pandemi
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang dialami negara-negara dunia selama pandemi. Setelah dihantam oleh virus Covid-19, negara-negara dunia dibayangi malapetaka berikutnya, yakni resesi ekonomi. Resesi adalah kondisi perekonomian dimana aktifitas ekonomi menjadi lesu dan menurun tingkat pertumbuhannya. Kebalikan dari resesi adalah booming ekonomi, dimana ekonomi mencapai puncak pertumbuhannya.

Negara Asia Tenggara yang dilanda resesi adalah Singapura. Pemerintah Singapura mengkonfirmasi bahwa telah terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar minus 41,2% dan penurunan PDB sebesar 12,6% pada kuartal II. Data tersebut melebihi prediksi para ekonom yang mengamati ekonomi Singapura. Covid-19 memukul dengan keras ekonomi Singapura yang menjadikan perdagangan sebagai sektor paling vital.

Otoritas Singapura memperkirakan ekonomi negeri itu dalam setahun bisa berkontraksi 7-4%. Ini menjadi resesi terburuk bagi negeri kota itu sejak 1965. Contoh nyata pelemahan ekonomi Singapura sebenarnya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK).

Berdasarkan data tingkat pengangguran pada Juni, angka warga yang kehilangan pekerjaan naik ke level tertinggi dalam satu dekade. Bukan hanya itu, jumlah pekerjaan juga tercatat mengalami penurunan kuartalan paling tajam karena pasar tenaga kerja merasakan efek awal Covid-19.

Menurut laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja Pemerintah Singapura, tingkat pengangguran di Singapura mengalami kenaikan. Salah satu resor terbesar di Singapura Resorts World Santosa mengumumkan akan mem-PHK karyawan dengan alasan efisiensi karena dampak Covid-19 yang menyerang sektor pariwisata. Menurut kabar yang beredar, jumlah karyawan yang dipangkas cukup signifikan.

Menurut lembaga riset internasional Morgan Stanley, negara di kawasan Asia Tenggara yang akan menyusul Singapura di jurang resesi adalah Thailand dan Filipina. Pasalnya, kedua negara sudah mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus sejak kuartal I 2020.Tercatat, pertumbuhan ekonomi Thailand minus 1,8 persen pada tiga bulan pertama tahun ini. Sementara Filipina minus 0,2 persen.Pada kuartal II 2020, laju ekonomi Thailand diramal jatuh lebih dalam ke minus 10 persen. Sedangkan Filipina anjlok sampai minus 14 persen.

Sama seperti Singapura, penyebab Thailand mengalami resesi karena terlalu mengandalkan sektor perdagangan dan pariwisata. Negara yang mengandalkan ekspor produknya akan terkena dampak Covid-19. Indonesia dan Malaysia tidak boleh senang dulu, karena dua negara ini berada di antrian berikutnya. Prediksi para ahli resesi akan dialami Indonesia dan Malaysia pada kuartal III tahun ini. Pada kuartal I dan II ekonomi Malaysia masih tumbuh positif walaupun kecil angkanya.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa kondisi perekonomian di Indpnesia masih lebih baik dibanding prediksi para ahli. Sebelumnya prediksi yang muncul pada kuartal II perekonomian akan tumbuh di angka negatif. Pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di angka positif. Presiden Joko Widodo mengatakan jika Indonesia melakukan lockdown, maka ekonomi Indonesia bisa minus 17%. Pernyataan ini mencoba menguatkan kebijakan normal baru yang dicanangkan pemerintah untuk penyelamatan ekonomi.

Ekonom Universitas Indonesia berpandangan bahwa resesi yang akan dialami Indonesia tidak akan separah Singapura. Hal ini karena sektor vital Singapura yang menjadi penyebab resesi tidak begitu dominan dalam perekonomian Indonesia. Sektor tersebut adalah konstruksi dan ekspor barang dan jasa. Menurut Faisal agar terhindar dari krisis, yang harus digenjot adalah belanja pemerintah, konsumsi rumah tangga dan investasi. Adapun ekspor dan impor tidak terlalu berpengaruh bagi perekonomian Indonesia.

Walaupun para ahli bersikap optimis terhadap perekonomian Indonesia, namun Anggota DPR RI Ecky Awal Muharram dari fraksi PKS tetap mewanti-wanti pemerintah agar bergerak cepat menangani ancaman resesi. Ecky berpesan jangan sampai ada rakyat yang kelaparan karena pandemi. Hal ini diwujudkan dengan cara menjaga pasokan pangan dan daya beli masyarakat jangan sampai turun. Program jaring pengaman sosial dan bantuan sosial harus disalurkan secara optimal.