Tenaga Pengajar Disiapkan Diknas Palembang Untuk Sekolah Inklusif

Sekolah inklusif memang terus menjadi perhatian pemerintah

Tenaga Pengajar Disiapkan Diknas Palembang Untuk Sekolah Inklusif
Pendidikan Inklusi

MONDAYREVIEW.COM – Sekolah inklusif memang terus menjadi perhatian pemerintah. Seperti halnya Dinas Pendidikan Kota Palembang yang terus mengembangkan sekolah inklusif untuk anak berkebutuhan khusus. Antara lain dengan menyiapkan tenaga pengajar yang bertaraf nasional.

“Tidak setiap guru bisa mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Perlu keahlian khusus, dan kesabaran yang lebih,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang, Ahmad Zulinto, (13/2).

Salah satu guru di Palembang yang sudah mendapat pelatihan nasional untuk mengajar anak berkebutuhan khusus yakni Nuraini, Kepala Sekolah SD Negeri 30 Palembang.

“Nanti Bu guru inilah yang akan melatih guru-guru lain untuk mengajar anak berkebutuhan khusus,” kata Zulinto.

Ia menyebutkan, saat ini ada tujuh sekolah inklusif di Palembang. Yaitu SD Negeri 30, SD Negeri 173, SD Negeri 118, SD Negeri 124, SD Negeri 220, SMP Negeri 29 dan  SMP Negeri 14.

Mengingat hal ini sangat penting, untuk ke depannya Diknas Palembang akan membuka kembali sekolah-sekolah inklusif lainnya. Bak gayung bersambut, Pemerintah Kota Palembang turut mendukung program ini.

Wali Kota Palembang Harnojoyo, mengatakan, penambahan sekolah inklusif akan disesuaikan dengan kebutuhan.

“Jika memang diperlukan dan kebutuhanya mendesak, akan buka sekolah inklusif,” ujar Harnojoyo.

Ia berharap peran media massa untuk menyebarluaskan informasi terkait sekolah inklusif ini.

“Mungkin masih banyak masyarakat Palembang belum mengetahui ada sekolah yang bisa menampung anak-anak yang berkebutuhan khusus. Mohon bantuan media massa untuk menyosialisasikan sekolah inklusif tersebut,” ujarnya.

Kepala Sekolah SDN 30 Palembang, Nuraini mengatakan anak berkebutuhan khusus itu memiliki tiga tingkatan, yaitu ringan, sedang dan berat. Masing-masing tingkatan butuh perlakuan berbeda.

Menurutnya, guru inklusif itu harus ekstra sabar dan ikhlas, guru tidak hanya mengajar atau memberi ilmu saja. Guru inklusif memiliki peran yang lebih, bahkan guru pun harus siap membantu anak sampai pada urusan pribadi, seperti buang hajat.

Sebagai guru terlatih, Nuraini pun bersedia membagi ilmu dan pengalamannya kepada rekan-rekan sejawatnya.

“Iya, nanti ada pelatihannya sekarang belum, kita tunggu saja dari atasan,” tutupnya.