Ormas Punya Peran Politik Moral
Ormas punya tanggung jawab untuk tidak larut bahkan menyediakan ruang bagi para pegiat dan tokohnya untuk menyumbangkan narasi besar kebangsaan yang utuh. Pertimbangan itulah yang menjadi dasar bagi Koordinator Balad Jokowi, Muchlas Rowie untuk menyampaikan himbauannya kepada kalangan organisasi kemasyarakatan di berbagai jenjang.

MONDAYREVIEW.COM - Hari-hari menjelang pilpres dan pileg semakin panas. Kepentingan politik menguat. Hampir setiap perbincangan publik berujung pada soal politik. Tak salah jargon Politik adalah panglima bagi kondisi saat ini.
Ormas punya tanggung jawab untuk tidak larut bahkan menyediakan ruang bagi para pegiat dan tokohnya untuk menyumbangkan narasi besar kebangsaan yang utuh. Pertimbangan itulah yang menjadi dasar bagi Koordinator Balad Jokowi, Muchlas Rowie untuk menyampaikan himbauannya kepada kalangan organisasi kemasyarakatan di berbagai jenjang.
“Aroma politik elektoral yang pragmatis dan transaksional semakin tercium. Kecenderungan para caleg yang abai terhadap instruksi parpol koalisi dalam memenangkan capres yang didukungnya kian terasa. Tidak ada yang berfikir jauh ke depan. Sampai di sini, kami para relawan mendorong tokoh masyarakat dan pimpinan organisasi kemasyarakatan untuk memberikan gagasan dan visinya”, kata Muchlas pada Jumat (22/03/2019).
Masih ada ruang untuk moralitas bagi organisasi kemasyarakatan dengan mengedepankan prinsip netralitas dalam pengertian keadaan dan sikap netral (tidak memihak, bebas) dalam perbenturan dan pusaran kepentingan politik praktis. Sikap ini tentu saja tidak mengesampingkan keniscayaan untuk memihak pada nilai-nilai moral agama dan kebangsaan yang menjadi sendi-sendi perjuangan organisasi kemasyarakatan.
Menurut Muchlas netralitas dalam pengertian tertentu memang sering dipersoalkan. Sebagian fihak melihat bahwa ormas harus memperlihatkan pemihakannya dalam situasi kebangsaan yang dinilai kritis. Setidaknya dengan memperlihatkan ketegasan, independensi, dan dorongan untuk memberi ruang konstestasi yang adil dalam pemilu.
Ormas memang tidak hidup di ruang hampa. Tarikan kepentingan politik dari berbagai fihak yang akan mengkapitalisasi dukungan dan memanfaatkannya terlihat sangat kuat dari masa ke masa. Bahkan ada kecenderungan ‘nilai dan harga’ ormas semakin terpuruk karena diobral oleh oknum-oknum yang berfikir jangka pendek.
“Ormas harus mampu menjawab kecurigaan bahwa netralitasnya ditunggangi oleh kepentingan politik tertentu, “ kata alumnus Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Garut ini.
Peran strategis ormas dalam pemilu 2019 ini adalah memberikan masukan yang bernilai strategis bagi penguatan konsolidasi demokrasi. Narasi besar itu harus mencakup elaborasi nilai-nilai normatif hingga visi dan pertimbangan-pertimbangan historis.
Kepercayaan antar warga bangsa yang retak harus mampu direkat kembali. Ambisi politik harus diredam dan pembagian kue kekuasaan tidak boleh secara serakah dan serampangan dikangkangi oleh suatu kelompok. “Sepanjang kita masih bisa berbagi, maka kebersamaan sebagai sesama anak bangsa masih bisa kita rajut,” pungkas Muchlas.