Survei LSI : Kekhawatiran Masyarakat Meningkat Terhadap Maraknya Hoaks Pasca Kasus Ratna Sarumpaet

Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengeluarkan rilis survei 'Hoax dan Efek Elektoral Kasus Ratna Sarumpaet'.

Survei LSI : Kekhawatiran Masyarakat Meningkat Terhadap Maraknya Hoaks Pasca Kasus Ratna Sarumpaet
Konpres Rilis Survei LSI Denny JA (Dok. Detik.com)

MONITORDAY.COM - Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengeluarkan rilis survei 'Hoax dan Efek Elektoral Kasus Ratna Sarumpaet'. Alhasil, mayoritas publik saat ini dibuat semakin khawatir akan maraknya berita hoax yang beredar di media sosial. 

Peneliti LSI-Danny JA, Ikrama Masloman menyatakan hasil survei tersebut, tercatat sebanyak 75,0 persen publik menyatakan kekhawatiran mereka dan hanya dibawah 10 persen yaitu 8,7 persen yang menyatakan tidak khawatir.

"Jadi, publik yang khawatir dengan maraknya hoax, sebesar 74,5 persen. Mereka ingin hoax di media sosial dibersihkan atau ditertibkan," ujar Ikrama saat konferensi pers di Kantor LSI-Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa, (23/10/2018).

Ikrama menjelaskan, survei dilakukan pada tanggal 10-19 Oktober 2018 melalui face to face interview menggunakan kuesioner. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan melibatkan 1200 responden dan margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen. Survei dilaksanakan di 34 provinsi di Indonesia. 

Selain itu, kata Ikrama, LSI-Denny JA juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview. 

"Dan survei ini dibiayai sendiri oleh LSI Denny JA," tegasnya. 

Ikrama menuturkan, mereka yang setuju bahwa media sosial harus dibersihkan dari hoax merata di semua segmen pemilih. Bagi mereka yang berpendidikan tinggi maupun rendah, wong cilik maupun ekonomi mapan. Survei dilakukan merata, disemua pendukung partai politik, pendukung capres hingga para pengguna media sosial. 

"Di segmen pendidikan, mereka yang hanya lulus SD atau dibawahnya sebesar 67,3 persen yang menyatakan setuju media sosial harus dibersihkan dari aneka ujaran kebencian, kebohongan, hoax dan fitnah," tuturnya. 

"Bahkan, di segmen pemiIih terpelajar (pernah kuliah atau diatasnya) tingkat persetujuan terhadap pembersihan/penertiban media sosial dari hoax Iebih tinggi Iagi yaitu sebesar 91,1 persen," imbuh dia.

Adapun, pada segmen pendapatan, mereka yang dikategorikan sebagai pemilih wong cilik tercatat sebesar 68,3 persen yang menyatakan setuju media sosial harus disterilkan dari informasi yang berbau hoax. Di segmen kelas ekonomi mapan, tercatat sebesar 80,8 persen menyatakan stuju upaya penertiban media sosial dari berita hoaks. 

Begitu juga di segmen pemilih partai politik, mayoritas pendukung masing-masing partai politik menyatakan persetujuan mereka agar media sosial bersih dari informasi hoaks. Begitupun dengan pendukung masing-masing capres. Baik pendukung Jokowi-Ma’ruf maupun pendukung Prabowo-Sandiaga, mayoritas menyatakan setuju bahwa media sosial harus bersih dari hoaks. 

"Jika dibreakdown ke pengguna media sosial, mayoritas pengguna berbagai platform media sosial (twitter, facebook, instagram dan whatsapp) menyatakan bahwa mereka mendukung media sosial bersih dari berita-berita hoaks," tandasnya