Suramnya Hidup Tanpa Pedoman

MONITORDAY.COM - Manusia harus hidup berpedoman. Jika tidak, standar mana yang akan dijadikan ukuran untuk hidup? Disinilah fungsi agama berperan. Agama merupakan kontrol atas jalannya kehidupan. Kita bisa belajar dari suramnya masa lalu Arab Jahiliyah, dimana saat itu pengontrol kehidupan tidak ada. Coba bayangkan, betapa sakitnya seorang ibu saat tahu bayi perempuannya dikubur hidup-hidup. Sembilan bulan diasuh dalam rahim dengan penuh peluh dan gelisah, lalu saat lahir disia-siakan begitu saja? Apa hanya karena termakan stigma ‘perempuan itu aib’ lantas hak napas seorang bayi dirampas? Begitulah kiranya kebodohan orang arab saat itu, mengancurkan nurani, tidak berperasaan. Jahiliyah. Dari namanya saja kita sudah bisa mencium adanya bau negatif. Jahil itu bodoh, Jahiliah artinya pengikut kebodohan. Menurut Sayyid Quthub, Jahiliyah mempunyai arti, “Ketidaktahuan akan petunjuk Tuhan”.
Pada zaman itu, bukan virus corona yang merajalela, melainkan virus kebodohan. Virus tersebut menginfeksi bangsa arab hingga minusnya rasa malu. Prostitusi dimana-mana, perjudian dan mabuk-mabukan adalah kebiasaan. Lebih parah lagi, patung yang hanya diam saja, mereka jadikan Tuhan. Padahal nenek moyang mereka, Ibrahim ‘alaihis salam jelas-jelas menentang praktik penyembahan patung. Dalam Surah Al-An’am ayat 74, “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar; “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan? Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” Akal sehat kita pasti bertanya, apa hebatnya sebuah patung berhala? Dihancurkan pun dia tak berkutik, apalagi membalas.
Jahiliyah menggambarkan kacaunya kehidupan yang tidak beragama, tidak berpedoman. Orang Jahiliyah cenderung menuhankan hawa nafsunya, apa-apa dikerjakan atas dasar kehendak pribadi. Terserah gue, hidup-hidup gue. Seolah-olah dengan hidup bebas sesuai keinginan, bisa melahirkan ribuan kebahagiaan. Bukankah jika segala sesuatu diatur oleh kebebasan justru akan semakin jauh dari kebahagiaan? Kita lihat fenomena hari ini, pergaulan bebas misalnya. Apakah dengan mengkonsumsi narkoba, kebahagiaan menjadi permanen? Tentu tidak, malah yang akan terjadi adalah kesakitan sakau, sering gelisah, bahkan kematian. Suram bukan? Oleh karena itu, agama ada untuk menetapkan batas-batas kebebasan.
Agama merupakan final pemberhentian kesesatan jahiliyah dari petunjuk Tuhan, ditandai dengan hadirnya Sang Pembawa Wahyu, Muhammad bin Abdullah. Kehadirannya-lah yang membawa angin baru di tengah carut-marutnya kehidupan jahiliyah. Angin baru yang dibawa olehnya perlahan tapi pasti, mengikis budaya demi budaya negatif arab jahiliyah. Satu persatu ayat quran meluruhkan kebiasaan yang berkarat di tubuh mereka. Penggalan syair “Anta syamsun, anta badrun (Engkau bagai matahari dan bulan)” yang ditujukan kepada Rasulullah, seyogyanya kita amini. Karena beliaulah yang paling berjasa mengeluarkan Arab dari masa suram menuju terang. Hingga tegaklah peradaban Islam yang penuh dengan pedoman, yang tak hanya memberi damai bagi individu melainkan seluruh manusia dan seluruh alam. Islam rahmatan lil ‘alamin.