Strategi Ekonomi Menghadapi Menguatnya Perekonomian AS
Bauran Strategi Ekonomi yang tepat diharapkan menjadi formula jitu mengendalikan gejolak akibat meningkatnya suku bunga acuan The Fed.

MONDAYREVIEW.COM - Kondisi di AS menimbulkan gejolak perekonomian global. Tekanan pertama yang dialami berbagai negara terjadi ketika The Fed menaikkan tingkat suku bunganya. Bagi AS langkah ini diambil seiring dengan perkembangan kondisi perekonomian mereka yang kian membaik. Tingkat pengangguran AS mencapai 3,9%, level terendah dalam 17,5 tahun, sedangkan tingkat inflasi saat ini efektif pada target 2% yang ditetapkan The Fed.
Bank sentral AS diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunganya sebanyak 2-3 kali lagi tahun ini. Pada Maret 2018, The Fed sudah menaikkan suku bunganya dari 1,5% menjadi 1,75%. Tekanan eksternal yang diakibatkan oleh kondisi keuangan gobal khususnya pengaruh kebijakan The Fed dan naiknya nilai tukar US Dollar terhadap berbagai mata uang lainnya memerlukan antisipasi yang terukur.
Indikator makroekonomi per triwulan pertama tahun 2018 ini menunjukkan kondisi yang masih sehat dan mendukung ketahanan internal terhadap gejolak yang terjadi pada perekonomian dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,06 persen. Sementar itu pertumbuhan pajak 14,9 persen dan defisit APBN 0,37 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Keseimbangan primer yang surplus Rp 24,2 triliun. Inflasi year on year per-April sebesar 3,41% dan defisit transaksi berjalan sebesar 2,1%.
Kewaspadaan dan kekompakan tim ekonomi Kabinet Kerja Jokowi diharapkan mampu mengantisipasi situasi ini. Demikian juga dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan. Hal tersebut terwujud dalam strategi yang terpadu, dikomunikasikan dengan baik, dan saling menguatkan. Bauran strategi stabilisasi perekonomian jangka pendek yang dikombinasikan dengan rencana jangka menengah dan jangka panjang diperlukan untuk mengatasi situasi yang berkembang tanpa melupakan kepentingan di masa yang akan datang.
Mengotimalkan penerimaan negara menjadi salah satu agenda penting bagi Kementerian Keuangan. Beberapa indikator seperti misalnya peningkatan penerimaan pajak terutama dari sisi PPh Badan mengindikasikan bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas ekonomi di Indonesia.
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani menjelaskan bahwa sampai dengan April (2018), penerimaan perpajakan tumbuh 14,9%. Dan kalau kita lihat komponennya, PPn tumbuh 14,1% dan PPh Badan yang tumbuh 23,6%. Kalau lihat dari PPh pertumbuhannya adalah cukup across the board jadi merata hampir di semua sektor. (Hal ini apalagi setelah tax amnesty) Sektor usaha di Indonesia menunjukkan terjadi peningkatan yang ini berarti juga menggambarkan peningkatan dari aktivitas ekonomi Indonesia. Sebagaimana dikutip dari situs kemenkeu.go.id (28/5) yang merilis hasil pertemuan antara Menko Perekonomia, Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Otoritas Jasa Keuangan dan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dengan menjaga industri, memperkuat fundamental para emiten, dan menerapkan kebijakan yang terukur saat pasar keuangan mengalami tekanan.
Lembaga penjamin SImpanan (LPS) terbuka melakukan penyesuaian jika diperlukan terhdapa kebijakan tingkat bunga penjaminan. Penyesuaian akan dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan data tingkat bunga simpanan perbankan dan hasil evaluasi stabilitas sistem keuangan.