Saat Orang Tua Jadi Guru

Roda sejarah berputar. Rumah kembali menjadi pusat pendidikan karena pandemi masih berlangsung dan memaksa sekolah memberlakukan pembelajaran jarak jauh. Kejenuhan dan berbagai kendala dalam pendidikan harus dirasakan para peserta didik. Meski sekarang sebagian dapat menikmati pembelajaran daring.

Saat Orang Tua Jadi Guru
ilustrasi./ net

MONDAYREVIEW.COM – Roda sejarah berputar. Rumah kembali menjadi pusat pendidikan karena pandemi masih berlangsung dan memaksa sekolah memberlakukan pembelajaran jarak jauh. Kejenuhan dan berbagai kendala dalam pendidikan harus dirasakan para peserta didik. Meski sekarang sebagian dapat menikmati pembelajaran daring.

Di masa kolonial Hindia Belanda rumah adalah pusat aktivitas pendidikan. Hanya sedikit bumiputera yang memiliki kesempatan menikmati bangku sekolah. Itupun setelah kebijakan politik etis di awal abad ke-19. Hanya sebagian anak lelaki dari kalangan elit pejabat yang beruntung. Sebagian yang lain mendapat pendidikan dari padepokan atau pesantren. Yang paling banyak mendapat pendidikan dari orang tua, keluarga, dan lingkungannya.

Seiring majunya peradaban semakin banyak anak mengenyam pendidikan formal. Eksesnya banyak yang bergantung pada selembar ijazah sebagai bekal hidup. Meski demikian secara umum pendidikan tetap memegang peran penting dalam transformasi sosial ekonomi.

Agaknya anak-anak milenial memiliki tantangan baru. Pendidikan formal dan informal sama-sama penting. Banyak yang sukses dengan mengandalkan pendidikan formal hingga level doktoral. Tak sedikit pula yang belajar dari berbagai jalur informal termasuk dari platform digital dengan pendekatan informal.

Lalu pandemi datang dan belajar pun harus lebih banyak dilakukan dari rumah. Orang Tua harus belajar jadi guru. Peserta didik pun dituntut untuk belajar mandiri. Keluarga dan lingkungan rumah kembali menjadi sekolah layaknya zaman ‘kuda gigit besi’. Tak sedikit yang kelabakan. Apalagi sudah sekian generasi hidup dalam kultur yang mengandalkan pendidikan anaknya kepada guru di sekolah formal.

Apalagi ada keterbatasan infrastruktur untuk pembelajaran daring. Hanya 34,5% yang terakses, berarti ada 65% lebih daerah yang belum menjangkau materi-materi pembelajaran yang mereka sediakan.  Dengan persentase tersebut, dari 43,5 juta pelajar se-Indonesia, hanya sekitar 10 juta siswa yang mengakses materi pembelajaran dari platform online.

Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi agar Orang Tua siap menjadi guru.

Pertama, parenting itu penting. Selama ini banyak sekolah yang sudah memberikan porsi pendidikan parenting bagi orang tua peserta didik melalui program yang melibatkan Komite Sekolah. Melalui materi parenting Orang Tua sudah diajak untuk menjadi guru dan terlibat dalam pendidikan di rumah. Pada masa belajar di rumah karena pandemi materi parenting harus lebih kuat ditekankan.

Menurut Zahrok & Suarmini (2018) keluarga berperan penting dalam menanamkan kebiasaan dan pola tingkah laku, serta menanamkan nilai, agama, dan moral sesuai dengan usia dan kultur di keluarganya.

Kedua, selama ini guru seringkali juga bertindak sebagai Orang Tua. Tak sedikit siswa yang dekat kepada gurunya. Banyak Orang Tua yang sibuk dan kurang komunikasi dengan anak. Maka di saat pandemi ini kesadaran Orang Tua atas besarnya jasa guru harus mendorongnya untuk menjalankan fungsi sebagai pendidik di rumah.

Ketiga, komunikasi Orang Tua dengan guru semakin penting. Komunikasi guru dan Orang Tua saat ini terbantu dengan beragam platform digital. Banyak hal yang dapat dikomunikasikan antara guru dan Orang Tua.  

Keempat, rumah adalah sekolah. Suasana di rumah diupayakan sebagai tempat belajar yang menyenangkan. Setidaknya jauh dari suasana yang menekan mental anak. Walaupun banyak Orang Tua yang sedang mengalami tekanan mental akibat kehilangan pekerjaan atau usahanya gulung tikar.

Faktanya hasil survei UNICEF menyebut, sebanyak 66 persen dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 propinsi mengaku tidak nyaman belajar di rumah selama pandemi Covid-19.

Kelima, amati perkembangan psikologis peserta didik. Motivasi menjadi kunci keberhasilan. Aturan ketat sulit diterapkan di rumah. Maka kesadaran dan dorongan untuk belajar dengan berbagai cara harus diupayakan. Ada beberapa pendekatan ilmu psikologi yang dapat diterapkan dalam membangun motivasi anak dan mengurai problem anak untuk kemudian mencari solusinya.

Dengan kelima pendekatan itu dapat dikembangkan strategi pendidikan yang tepat saat pandemi. Orang Tua dapat berperan sebagai guru. Dengan kesadaran penuh dan ketulusan bagi kepentingan masa depan anak-anaknya.