Sindir Pengkritik Kata ‘Jewer’ Amien Rais, Izzul Muslimin : (Mungkin) Masih Baru Jadi Warga Muhammadiyah

Muhammad Izzul Muslimin, mantan ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah menegaskan dalam mencermati bahasa dan kata Amien Rais itu jangan parsial hanya menyoroti kata ‘jewer’, tetapi subtansi dari apa yang dimaksudnya.

Sindir Pengkritik Kata ‘Jewer’ Amien Rais, Izzul Muslimin : (Mungkin) Masih Baru Jadi Warga Muhammadiyah
Koordinator Presidium API Izzul Muslimin (dok.Istimewa)

MONITORDAY.COM - Beberapa saat lalu, muncul berbagai komentar negatif terutama dari individu anggota Muhammadiyah maupun salah satu ortomnya terkait perkataan ‘jewer’ Amien Rais kepada Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam konteks memilih calon presiden pada pemilu 2019.

Seperti ramai diberitakan, Ketua Dewan Kehormatan PAN yang merupakan mantan Ketua Umum Muhammadiyah Amien Rais di sela-sela Tabligh Akbar dan Resepsi Milad ke-106 Masehi Muhammadiyah di Islamic Center Surabaya, pada Selasa (20/11/2018), menyatakan akan ‘menjewer’ Haedar Nashir jika Muhammadiyah tidak menentukan sikap dalam pemilihan presiden.

“Di tahun politik, tidak boleh seorang Haedar nashir memilih menyerahkan ke kader untuk menentukan sikapnya di Pilpres. Kalau sampai seperti itu, akan saya jewer,” kata Amien.

Muhammad Izzul Muslimin, mantan ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah menegaskan dalam mencermati bahasa dan kata Amien Rais itu jangan parsial hanya menyoroti kata ‘jewer’, tetapi subtansi dari apa yang dimaksudnya. Dimana dalam menghadapi momentum memilih pemimpin bangsa diperlukan pedoman, agar tidak salah dalam memilih.

“Sepanjang ingatan saya, sejak adanya Pemilihan Presiden secara langsung di Indonesia, Muhammadiyah selalu membuat pedoman dan petunjuk bagi warganya,” katanya dalam pesan singkat, Kamis (22/11/2018)

Pedoman dan petunjuk itu, menurutnya, agar warga Muhammadiyah tidak dibiarkan memilih pemimpin negara yang sangat penting bagi masa depan Indonesia sehingga tidak sembarangan memilih atau salah pilih.

“Pedoman dan petunjuk itu berisi antara lain tentang prinsip-prinsip sikap Muhammadiyah yang harus diperhatikan warganya. Muhammadiyah tidak ingin warganya terjebak dalam politik tanpa nilai sehingga ketika memilih pemimpin negara hanya berdasar pertimbangan pragmatis apalagi transaksional, dan mengabaikan apa yang menjadi semangat amanat penderitaan rakyat,” tutur Koordinator Presidium Aliansi Pencerah Indonesia (API)

Diakuinya, Muhammadiyah memang tidak akan pernah secara eksplisit menentukan apalagi menyebut siapa yang harus dipilih. Karena pada dasarnya Muhammadiyah menyadari bahwa warganya cukup memiliki pemahaman, kecerdasan, dan kematangan politik sehingga mampu menerjemahkan apa yang menjadi prinsip-prinsip dasar ke-Muhammadiyahan.

“Posisi Muhammadiyah dalam politik sudah jelas, merunut hasil muktamar 1971 di Makassar dan diperkuat dengan hasil tanwir 2002 di Bali. Muhammadiyah itu menjaga jarak dengan partai politik dan berbeda dengan partai politik, tetapi Muhammadiyah membebaskan warganya menggunakan hak politik dan tidak apolitis,” ujar izzul yang juga pernah menjadi Ketua Umum Ikatan Pelajar Muhammadiyah (sebelumnya IRM) Tahun 1996-1998.

Maka dia menegaskan dalam konteks inilah Amien Rais yang juga selaku mantan ketua umum Muhammadiyah mengingatkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar dipastikan  mengeluarkan pedoman dan petunjuk untuk warganya menghadapi Pilpres 2019 nanti.

“Jika sampai tidak ada pedoman dan petunjuk, maka wajar jika sebagai sesepuh Muhammadiyah Pak Amien siap 'menjewer'. Jadi salah besar menilai bahasa ayahanda Amien Rais untuk mengarahkan ke salah satu pasangan capres-cawapres. Karena penyebutan itu tidak akan mungkin, tetapi kalau panduan memilih dan kriteria pemimpin bagi warga persyarikatan ya sah-sah saja,” imbuhnya

“Bagi kita yang terbiasa hadir dalam forum pengajian dengan pembicaranya tokoh Muhammadiyah seperti Pak Amien, maka ungkapan tersebut adalah ciri khas Pak Amien yang sudah menjadi pemahaman umum bagi warga Muhammadiyah. Jika ada warga Muhammadiyah yang tidak paham dengan ungkapan Pak Amien tersebut, barangkali masih belum lama jadi warga Muhammadiyah,” pungkasnya mengakhiri.