Rejeki Lobster di Akhir November
Bisnis lobster memang menggiurkan. Harga komoditas ini sangat tinggi. Sekilo lobster yang sudah tersaji di piring restoran di Jakarta bisa mencapai angka dua juta Rupiah bahkan lebih. Enak dan tentu saja bergizi. Itu membuat konsumen rela merogoh kocek agak dalam untuk menikmati.

MONDAYREVIEW.COM – Bisnis lobster memang menggiurkan. Harga komoditas ini sangat tinggi. Sekilo lobster yang sudah tersaji di piring restoran di Jakarta bisa mencapai angka dua juta Rupiah bahkan lebih. Enak dan tentu saja bergizi. Itu membuat konsumen rela merogoh kocek agak dalam untuk menikmati.
Nelayan pun kini sedang kecipratan rejeki. Musim panen lobster membuat pundi-pundi mereka terisi penuh. Setidaknya membuat mereka bernafas lega saat pandemi membuat ekonomi serba sulit masih ada berkah yang melimpah. Nelayan Lebak Selatan Provinsi Banten sejak sepekan terakhir ini panen udang lobster sehingga meraup keuntungan dan dapat mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat pesisir.
Bergantinya musim angin baratan ke angin timuran yang terjadi pada pekan-pekan terakhir sesungguhnya juga membuat bahagia nelayan di pesisir pantai di Cilacap dan Kebumen, Jawa Tengah (Jateng). Angin timuran membawa hasil laut seperti ikan dan udang mendekat ke wilayah perairan selatan Pulau Jawa. Itulah masa di mana panen ikan akan datang.
Tetapi, datangnya angin timuran bukanlah tidak memiliki tantangan. Justru pada awal angin timuran, ada kemunculan fenomena angin kencang dan gelombang tinggi.
Nelayan menangkap udang lobster selama tiga hari terakhir ini bisa membawa uang ke rumah Rp3 juta, padahal biasanya hanya Rp300 ribu. Begitu kata Sandi (35) seorang nelayan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Binuangeun Kabupaten Lebak.
Meningkatnya pendapatan ekonomi nelayan itu, karena memasuki musim panen udang lobster di pesisir Perairan Lebak Selatan. Mereka para nelayan di kegelapan malam menyelam ke dasar laut di sekitar Pulau Tinjil untuk menangkap udang lobster.
Dimana populasi udang lobster itu sangat mudah ditangkap setelah dilakukan pemasangan jebakan dengan perangkat jodang yang terbuat dari besi. Dalam perangkap jodang itu diberi umpan agar udang lobster masuk ke dalam perangkap tersebut.
Dari enam kilogram lobster itu dibeli oleh pengepul Rp1 juta/Kg untuk lobster mutiara dan lima kilogram lobster pasir Rp2 juta. Saat ini harga lobster pasir di tingkat pengepul Rp400 ribu/Kg. Panen udang lobster itu bisa ditandai jika musim penghujan populasi lobster melimpah.
Nelayan bersemangat dengan musim panen lobster bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp20-30 juta/bulan. Ahmad (50) seorang nelayan PPI Binuangeun Kabupaten Lebak mengatakan dirinya kini fokus mencari udang lobster di sekitar Pulau Tinjil sampai Pulau Penaitan karena populasi di daerah itu melimpah jika musim hujan. Ahmad bisa membawa uang ke rumah Rp5 juta/tiga hari dari hasil mencari udang lobster itu.
Nelayan bisa menangkap lobster berkisar antara lima sampai delapan kilogram, padahal biasanya sebanyak tiga kilogram. Permintaan udang lobster di tengah pandemi COVID-19 cukup tinggi, karena kualitas lobster dari Lebak masuk kategori terbaik dan diekspor melalui perusahaan dari Tangerang.
Saat ini lobster mutiara cukup mahal hingga Rp1 juta/Kg dan udang lobster pasir Rp400 ribu/Kg dan lobster batu Rp300 ribu/Kg. Nelayan menampung lobster dari nelayan dengan transaksi pembelian hingga Rp60 juta sebanyak 100 kilogram lobster itu. Jika tidak musim panen paling bantar sebanyak 15 kilogram.
Sementara itu, Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Binuangeun, Ahmad Hadi mengatakan selama ini kualitas udang lobster dari Lebak Selatan terbaik di dunia, karena kondisi air laut sangat bagus dan tidak ada pencemaran lingkungan juga berhadapan dengan Samudera Hindia. Nelayan menerima laporan bahwa lobster dari Lebak Selatan juga dipasok ke Jakarta dan Tangerang hingga ekspor.
Jika benur-benur tak diekspor begitu saja maka nasib nelayan akan benar-benar bahagia selamanya.